Kamis, 28 Agustus 2008

PIMPINAN WILAYAH 'AISYIYAH SUMATERA UTARA
MAJELIS KESEHATAN & LINGKUNGAN HIDUP
Mengucapkan
SELAMAT MENJALANKAN IBADAH RAMADHAN 1429.H
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Selengkapnya.....

PERANAN AISYIYAH DALAM KELUARGA & MASYARAKAT

Oleh Sulhati Syam

Dengan mengagungkan nama Allah yang maha pengasih tanpa pilih kasih, yang maha penyayang untuk semua orang, kepadaNyalah kita memohon perlindungan dan pertolongan. Insya Allah kita termasuk orang yang mendapat petunjukNya dan bukan termasuk orang yang dalam kesesatan. Amin.

94 Tahun telah Aisyiyah berkiprah di bumi nusantara Indonesia, usia yang cukup tua melebihi dari usia kemerdekaan Republik Indonesia, maka wajarlah kalau seluruh warga Aisyiyah bergembira dalam milad kali ini sembari mengingat/mencatat pengabdian-pengabdian tanpa pamrih yang dilakukan selama ini dan merenung serta mawas diri terhadap apa yang akan dilakukan pada masa yang akan datang.

Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang sejak awal berdirinya sudah berbuat untuk kepentingan umat dan merupakan organisasi yang solid dan selalu eksis dalam situasi bagaimanapun. Tiga besar zaman di Indonesia ini telah dilalui Aisyiyah, mulai dari masa penjajahan Belanda, penjahajan Jepang sampai kepada masa kemerdekaan Republik Indonesia, Aisyiyah tetap mampu berkembang di dalam masyarakat dengan beraneka persoalan dan permasalahan.

Dalam perjalanannya dari masa ke masa gerakan dakwah Amar Maruf Nahi Munkar tetap dijalankan, membantu pemerintah dibidang pendidikan dan kesejahteraan tetap merupakan prioritas utama, isu sosial bangsa seperti kemiskinan, ekonomi lemah, kesehatan, kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan dan anak, masyarakat grass root merupakan garis perjuangan dalam Aisyiyah. Semua dilakukan oleh Aisyiyah dengan satu tujuan yaitu untuk kepentingan umat.

Milad Aisyiyah tahun ini mengangkat tema Peran Aisyiyah dalam Penguatan Ketahanan Keluarga dan Ketahanan Masyarakat. Keluarga adalah persekutuan hidup terkecil dari masyarakat. Pangkal ketenteraman dan kedamaian hidup adalah terletak dalam keluarga. Mengingat pentingnya hidup keluarga yang demikian itu Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari itu yakni sebagai lembaga hidup manusia yang dapat memberi kemungkinan celaka dan bahagianya anggota-angggota keluarga tersebut di dunia dan di akhirat. Nabi Muhammad Saw sendiri di utus oleh Allah pertama-tama diperintahkan untuk mengajarkan Islam lebih dahulu kepada keluarga sebelum ke masyarakat luas. Firman Allah yang menunjukkan perintah dimaksud ialah pada surat At. Tahrim ayat 6: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya ialah manusia dan batu.

Pendidik dalam keluarga adalah orang tua dan anggota keluarga, yaitu anak-anak, jadi kalau dahulu ada anggapan bahwa anak hanyalah merupakan objek dalam pendidikan keluarga, di era globalisasi ini anak-anak juga merupakan subjek dari pendidikan. Orang tua dan anak merupakan mitra dalam keluarga karena mungkin informasi luar lebih dahulu diperoleh anak melalui teknologi canggih yang lebih mahir dilakukan oleh anak-anak dari pada orang tua. Informasi yang sampai kepada anak-anak tak terbendung, tidak ada sisi dunia yang tidak terjangkau oleh informasi dari sisi dunia yang lain. Kemajuan ilmu pengetahuan dengan kecanggihan telekomunikasi telah membawa kemajuan yang besar bagi anak-anak dan manusia. Namun, tampaknya kemajuan dan perkembangan yang positif bagi kondisi masyarakat dan keluarga diikuti pula oleh dampak yang tidak menguntungkan. Informasi yang masuk banyak yang tidak sesuai dengan tatanan bangsa, tatanan moral dan tatanan agama Islam. Tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama dalam era globalisasi di Indonesia telah bewarna internasional, warna yang tidak seluruhnya bahkan banyak yang justru memperlihatkan ketimpangan bagi kondisi karakteristik kebangsaan, kemasyarakatan dan keagamaan Islam.

Di sinilah peran orang tua diperlukan sehingga anak-anak walaupun merupakan mitra tetapi tetap patuh dan santun kepada orang tua. Tetap dalam tatatan dan ajaran Islam yang kuat. Warga Aisyiyah harus tetap berprinsip bahwa di samping terhadap pendidikan di luar keluarga merupakan suatu kebutuhan bagi kelangsungan peran kehidupan dimasyarakat bagi anak, pendidikan di dalam keluarga adalah merupakan pendidikan yang utama, karena keluarga merupakan tiang utama kehidupan umat dan bangsa yang merupakan wadah sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif dan menetukan, karena menjadi kewajiban kita untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah. Firman Allah dalam surat Ar.Rum ayat 21: dan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah diciptakanNya untukmu suami isteri dari jenismu sendiri supaya kamu mendapat sakinah (ketetapan hati). Dan dijadikanNya kasih sayang diantara kamu. Sesungguhnya yang demikian menjadi tanda-tanda (kebenaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.

Penguatan terhadap ketahanan keluarga ini, akan berakibat kepada penguatan terhadap ketahanan masyarakat, karena keluarga yang merupakan unit terkecil ini akan menjadi besar bila dia berkelompok menjadi satu masyarakat. Satu masyarakat berkelompok dengan masyarakat yang lain akan menjadi masyarakat yang lebih besar, begitu seterusnya sampai kita menjadi kelompok besar masyarakat Indonesia. Warna kelompok besar masyarakat Indonesia dimulai dari warna masyarakat terkecil tadi yaitu keluarga. Oleh karenanya ketahanan peran keluarga memberikan dampak yang begitu besar pada ketahanan kehidupan bermasyarakat. Muhammadiyah sebagai induk organisasi telah mengkaji hal ini jauh-jauh hari sehingga jelas di dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan dalam keluarga dan kehidupan bermasyarakat.

Peran Aisyiyah ke depan perlu ditingkatkan terutama dalam sosial kemasyarakatan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia untuk mewujudkan masyarakat madani yaitu dengan menumbuhkembangkan ekonomi keumatan, pemberdayaan perempuan dalam usaha-usaha produktif. Aisyiyah harus tetap memperhatikan dan mencari solusi dalam permasalahan-permasalahan perlindungan anak dan perempuan, kasus gizi buruk pada balita dan berusaha untuk membantu pemerintah mengurangi angka kematian bagi perempuan yang hamil dan melahirkan. Penyuluhan keluarga sakinah masih terus ditingkatkan. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah menjadi prioritas untuk diperkuat. Dengan demikian Insya Allah keberadaan Aisyiyah dapat bermanfaat dan mudah-mudahan menjadi golongan yang terbaik sebagaimana yang dianjurkan Allah dalam surat AliImran ayat 110: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, niscaya hal ini baik bagi mereka. Sebahagian dari mereka beriman dan kebanyakan mereka fasik.

Penutup uraian di atas terkandung niat ikhlas untuk duduk bersama di kalangan anggota Aisyiyah, menyatukan pemikiran dari berbagai pendapat, menguatkan ukhuwah kepada induk organisasi Aisyiyah yaitu Muhammadiyah berpegangan bersama dengan organisasi otonom Muhammaddiyah, menundukkan hati, menadahkan tangan mohon maghfirah Allah, agar dalam mengemban amanat dan menjalankan roda organisasi selalu dalam naungan hidayah dan maunahNya, Amin.

Penulis adalah Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumatera Utara
Selengkapnya.....

AISYIYAH SUMUT SOSIALISASIKAN KESADARAN IMUNISASI

Medan Bisnis -- Dalam rangka turut meningkatkan kualitas hidup masyarakat di masa mendatang, pimpinan Aisyiyah Sumut di berbagai tingkatan akan berperan aktif melakukan sosialisasi dan advokasi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya imunisasi pada anak usia setahun.Pimpinan Wilayah (PW) Aisyiyah Sumut, Ir Suryawati MS dan Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup (MKLH), Yuniar R Yoga, mengatakan hal itu kepada wartawan di Medan, Senin (10/9).

Untuk itu, sebanyak 32 orang pimpinan dan tenaga medis Aisyiyah Sumut telah mendapatkan pelatihan dari tim Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah Majelis MKLH dan MCCI/IP (USAID).Sebagai organisasi persyarikatan Muhammadiyah, papar Suryawati, Aisyiyah memiliki kelembagaan yang terstruktur dari pusat hingga ke ranting dengan jumlah anggota yang sangat banyak. Oleh karenanya, peran Aisyiyah sangat besar dalam usaha meningkatkan pemahaman masyarakat dan mendorong mereka mau secara rutin melakukan imunisasi bagi putra dan putrinya.

“Untuk itu, Aisyiyah memiliki lembaga pendidikan, layanan kesehatan seperti rumah sakit, poliklinik, balai pengobatan dan posyandu yang siap memberikan partisipasi aktifnya,” jelas Suryawati. Mengenai pelatihan dan advokasi, dia mengatakan, kegiatan yang diselenggarakan di Medan pada 5 dan 6 September itu diikuti unsur PW Aisyiyah Sumut juga Pimpinan Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup Aisyiyah dari Labuhanbatu, Langkat, Deliserdang, Serdang Bedagai, Asahan, Simalungun, dan Medan.

Sedangkan para pelatih, dari PP Aisyiyah Ir Helvi Nurzaini, dr Pitut, Ratna Juwita Siregar, dan Ismarwati SKM. Dari PW Aisyiyah Sumut Dra Salmi Abbas MHum dan dari MCCI/IP (USAID) hadir Step Hen C Joseoh MD dan Dr Asmatullah Arab. Suryawati juga mejelaskan, beberapa waktu lalu Aisyiyah Sumut telah melaksanakan kegiatan milad (ulang tahun) ke-92.

Milad yang dipusatkan di Desa Halaban Gede, Besitang, Kabupaten Langkat, diisi berbagai kegiatan seperti gerak jalan, penanaman pohon penghijauan secara simbolis menandai gerakan penanaman 1.000 pohon, lomba pidato untuk anggota usia di atas 50 tahun, san khitan massal. Hadir di kesempatan itu, PP Muhammadiyah, DR Nazaruddin Rambe. (ysrat)
Selengkapnya.....

AISYIYAH SUMUT PERINGAT MILAD KE-94 DI MEDAN


Medan - Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumatera Utara mengadakan peringatan Milad ke-94 Aisyiyah dengan mengangkat tema ‘Peran Aisyiyah Dalam Penguatan Ketahanan Keluarga dan Ketahanan Masyarakat’.

Milad yang diselenggarakan di Auditorium Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ini Sabtu (23/8) dalam bentuk seminar sehari dan dibuka langsung oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara, Drs. Dalail Ahmad, MA.

Seminar mengangkat tiga topik permasalahan yang disampaikan oleh tiga nara sumber yang mempunyai keahlian di bidangnya yaitu, Peran Keluarga dalam Peningkatan Ketahanan Keluarga dan Ketahanan Masyarakat disampaikan oleh Dra. Hj. Yusnaini, M.Ag dari Biro Pemberdayaan Perempuan MUI Sumut.

Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan Di Bidang Hukum disampaikan oleh Ir. Muthia Fadhila Fakhruddin, M.Eng, Kepala Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak Universitas Negeri Medan dan Wakil Ketua lembaga Hubungan Organisasi, Hukum dan Advokasi PWA Sumut.

Topik seminar ketiga adalah UU Perlindungan Anak dan PNBAI 2015 disampaikan oleh Elvi Hadriany, Ketua Pokja Kelembagaan dan Kemitraan KPAID Sumut.

Dra. Sulhati Syam, MA dari PWA Sumut menyampaikan dalam pidato miladnya bahwa penguatan terhadap ketahanan keluarga ini, akan berakibat kepada penguatan terhadap ketahanan masyarakat, karena keluarga yang merupakan unit terkecil akan menjadi besar bila berkelompok menjadi satu masyarakat.

Seminar ini dihadiri oleh Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deliserdang, Kota Tebingtinggi dan 182 orang warga Aisyiyah Kota Medan.
Selengkapnya.....

PUNCAK MILAD 'AISYIYAH KE-94 DI BALI


Di era reformasi perempuan perlu lebih meningkatkan perannya dalam kehidupan politik, mengingat sudah ada jaminan undang-undang tentang kesetaraan politik antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dikemukakan oleh Gubernur Bali, Dewa Beratha dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Kesbang Linmas, I Made Dana Yasa, pada Milad ‘Aisyiyah ke-94 yang dipusatkan di Denpasar, Bali. Hadir memberikan sambutan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Bali, Drs. H.Muslim Latif, S.H., Ketua PP ‘Aisyiyah, Prof. Dr. Hj. Siti Chamamah Soeratno, serta laporan dari Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Bali, Hj. Entin Ch Mulyono, S.Pd, M.A.

Dalam puncak acara Milad ‘Aisyiyah ke-94 ini dilakukan pencanangan gerakan serempak tanggap flu burung di Sumatera Utara, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Bali. Sehari sebelumnya dilakukan kunjungan ke amal usaha ‘Aisyiyah di Denpasar serta konsolidasi organisasi PWA Bali.

Lebih jauh Dewa Beratha mengemukakan bahwa politik sesungguhnya berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari yang dialami oleh semua lapisan masyarakat, termasuk perempuan. "Milad ‘Aisyiyah ke-94 ini hendaknya dapat dijadikan momentum bagi peningkatan peran perempuan dalam kegiatan pembangunan di segala bidang," tegasnya.

Dewa Beratha juga mengajak pengurus ‘Aisyiyah di Bali untuk lebih mengambil peran dan ikut mendorong pembangunan di wilayah Bali. ‘Aisyiyah sebagai organisasi kemasyarakatan, dapat memainkan peran dalam menumbuhkan kesadaran bernegara, mempertebal idealisme, patriotisme, dan harga diri masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan.

Milad ‘Aisyiyah ke-94 ini menggemakan gerakan "Penguatan Ketahanan Keluarga dan Masyarakat". Gerakan ini sebagai respons atas carus marutnya pembinaan moral akibat dampak negatif. Melalui milad ini ‘Aisyiyah ingin menggalang ketahanan masyarakat dan mengajak tokoh-tokoh masyarakat sebagai figur teladan.

Dalam Tabligh Akbar, Ketua PP ‘Aisyiyah Prof. Dr. Hj.Siti Chamamah Soeratno mengajak warga ‘Aisyiyah untuk meningkatkan perannya dalam masyarakat dan ikut memberikan kontribusi membantu pemerintah memecahkan masalah pembangunan melalui kegiatan amal usahanya.

Dalam kesempatan itu Chamamah juga menguraikan tentang kiprah ‘Aisyiyah di masyarakat dalam bidang kesehatan, pendidikan, pemberdayaan ekonomi, gerakan keluarga sakinah dan qaryah thayyibah. "Saya minta kepada warga ‘Aisyiyah untuk meningkatkan ideologi dan organisasi sehingga perannya di masyarakat semakin meluas," tegasnya.

Tidak Akan Mengarahkan

Sementara Ketua PP ‘A Prof Dr. Hj. Siti Chamamah Soeratno dalam jumpa pers seusai acara menegaskan, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah akan senantiasa mendorong warganya berpartisipasi dalam kehidupan politik. Namun, pihaknya tidak akan pernah mengarahkan warga ‘Aisyiyah untuk mendukung atau memilih calon legislatif dari partai tertentu.

"Kami hanya mendorong agar warga ‘Aisyiyah memilih calon pimpinan yang bisa memperjuangkan kepentingan masyarakat, khususnya kepentingan kaum perempuan. Pendidikan politik yang dilaksanakan oleh PP ‘Aisyiyah lebih kepada bagaimana memberikan wawasan kepada anggotanya untuk bisa menjadi warga negara yang baik," tegasnya. Sementara kader yang mempunyai potensi dan ingin mencalonkan diri menjadi anggota legislatif, pihaknya tidak menghalangi bahkan mendorong. Namun, kader tersebut harus minta izin dan non-aktif dalam keanggotaan.

Dalam konsolidasi organisasi PWA Bali yang diselenggarakan sehari sebelumnya, PWM Bali yang diwakili Khairuddin Usman juga mengingatkan kepada kader 'Aisyiyah untuk tidak silau terhadap janji-janji partai politik yang belum tentu bisa terealisasi. Di tengah hingar bingar politik menjelang Pemilu 2009 akan cukup banyak partai politik yang mengaku memperjuangkan Islam atau partai Islam.

"Jangan mudah silau oleh janji-janji partai politik atau terjebak dalam bujukan untuk berpolitik praktis. Namun, kalau tertarik dalam politik praktis dan merasa punya kemampuan harus mengikuti mekanisme yang telah ditetapkan organisasi," tegasnya.

Diingatkannya, warga Muhammadiyah dan 'Aisyiyah mengemban tugas yang mulia yaitu melakukan dakwah. Namun, kalau kepentingan dakwah ini dicampuradukkan dengan politik praktis akan menurunkan nilai atau esensi kegiatan dakwah itu sendiri.

"Dakwah merupakan status tertinggi, kalau mau berpolitik hendaknya ke luar atau non-aktif dari organisasi. Politik praktis jangan dibawa dalam organisasi. Kalau aktif dalam organisasi Muhammadiyah maupun 'Aisyiyah merupakan sarana kita mendapatkan ridha Allah untuk mengharumkan nama Islam," tegasnya Khairudin Usman. (emha)
Selengkapnya.....

AISYIYAH SUMATERA UTARA TINGKATKAN PERAN SERTANYA DALAM MENNGKATKAN KUALITAS KESEHATAN


Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumatera Utara terus memantapkan kesertaannya dalam meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Upaya itu dilakukan dengan melakukan kerjasama antara PP Aisyiyah dengan lembaga donor MCC/IP (USAID) dalam memberikan pemahaman yang lebih luas kepada masyarakat diakar rumput tentang perlunya program imunisasi campak dan DPT-3.

Demikian disampaikan Ketua Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup PW Aisyiyah Sumatera Utara Ir. Suryawati Hamzah MS dan Sekretaris Majelis MKLH Yuniar R. Yoga, Rabu (7/8) kepada pers di Medan. Jelas keduanya, program pelatihan advokasi, komunikasi dan manajemen pelayanan imunisasi bagi pimpinan Aisyiyah dan tenaga kesehatan yang berlangsung di Kerasaan, Kabupaten Simalungun, pekan lalu.

Hadir pada kegiatan itu, Pimpinan Pusat Aisyiyah Majelis MKLH Ismarwati Masyud A.Md. Keb., SKM yang menyematkan PIN Kesehatan kepada 5 perwakilan Cabang Aisyiyah dari Daerah Simalungun, masing-masing PCA Dolok Malela, PCA Kerasaan, PCA Pematang Bandar, PCA Serbelawan, PCA Perdagangan. Sedangkan dari unsur pemerintahan hadir mewakili Kadinkes Simalungun Marisi Hercules Tampubolon (Kepala Seksi Pencegahan & Pengamatan Penyakit).Pihak Dinkes Simalungun menyampaikan materi ” Kondisi objectif Imunisasi Campak dan DPT-3.

Sementara itu, Pimpinan Muhammad Daerah Simalungun Iskandar dalam sambutan pembukaan pelatihan bagi 25 orang pimpinan dan tenaga kesehatan itu mengatakan, Muhammadiyah/ Aisyiyah adalah gerakan yang selalu konsisten peduli kepada kehidupan masyarakat. Masalah kesehatan, adalah masalah yang harus menjadi perhatian serius. Kita membutuhkan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Kata Iskandar, gerakan yang dilakukan Aisyiyah sudah benar. Diharapkan program Pimpinan Pusat sampai ke Pimpinan Ranting dapat dilakukan secara konsisten.

Kegiatan pelatihan bagi pimpinan dan tenaga kesehatan di Simlaungun ini merupakan program lanjutan kegiatan sebelumnya dalam upaya meningkatkan cakupan imunisasi Campak dan DPT-3 di Sumatera Utara. Sebeklumnya Aisyiyah telah melakukan pelatihan di 8 kabupaten di Sumatera Utara, yakni Langkat, Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Labuhan Batu, Asahan dan Tapanuli Selatan. (yuni)
Selengkapnya.....

Rabu, 27 Agustus 2008

JEJARING KERJASAMA 'AISYIYAH

Sejak berdiri, 'Aisyiyah telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negri. Pada masa pergerakan nasional, kerjasama lebih ditujukan untuk menjalin semangat persatuan guna perjuangan untuk melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan.

Pada tahun 1928, 'Aisyiyah menjadi salah satu pelopor berdirinya badan federasi organisasi wanita Indonesia yang sekarang dikenal dengan nama Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).

Beberapa lembaga baik semi pemerintah maupun non pemerintah yang pernah menjadi mitra kerja 'Aisyiyah dalam rangka kepentingan sosial bersama antara lain : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Peningkatan Peranan Wanita untuk Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS), Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), Yayasan Sayap Ibu, Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Di samping itu, 'Aisyiyah juga melakukan kerjasama dengan lembaga luar negri dalam rangka kesejahteraan sosial, program kemanusiaan, sosialisasi, kampanye, seminar, workshop, melengkapi prasarana amal usaha, dan lain-lain. Di antara lembaga luar negri yang pernah kerjasama dengan 'Aisyiyah adalah : Oversea Education Fund (OEF), Mobil Oil, The Pathfinder Fund, UNICEF, UNESCO, WHO, John Hopkins University, USAID, AUSAID, NOVIB, The New Century Foundation, The Asia Foundation, Regional Islamic Of South East Asia Pasific, World Conference of Religion and Peace, UNFPA, UNDP, World Bank, Partnership for Governance Reform in Indonesia, beberapa Kedutaan Besar Negara sahabat, dan lain-lain.
Selengkapnya.....

IDENTITAS, VISI & MISI 'AISYIYAH

'Aisyiyah, organisasi perempuan persyarikatan Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi mungkar, yang berazaskan Islam serta bersumber pada Al Quran dan As-sunnah.
Visi Ideal
Tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Visi Pengembangan
Tercapainya usaha-usaha 'Aisyiyah yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi mungkar secara lebih berkualitas menuju masyarakat madani, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

MISI
Misi 'Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program dan kegiatan meliputi:
  1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan
  2. Meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita sesuai dengan ajaran Islam
  3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap ajaran Islam
  4. Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta mempertinggi akhlak
  5. Meningkatkan semangat ibadah, jihad zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah, serta membangun dan memelihara tempat ibadah, dan amal usaha yang lain
  6. Membina AMM Puteri untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan 'Aisyiyah
  7. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, memperluas ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menggairahkan penelitian
  8. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas
  9. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang sosial, kesejahteraan masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup
  10. Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta memupuk semangat kesatuan dan persatuan ಬಂಗ್ಸ
  11. Meningkatkan komunikasi, ukhuwah, kerjasama di berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri
Selengkapnya.....

PROFIL 'AISYIYAH

'Aisyiyah adalah organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang sosial, keagamaan dan kemasyarakatan. Sebagai komponen organisasi perempuan Muhammadiyah, 'Aisyiyah didirikan pada tanggal 27 Rajab 1375 bertepatan dengan tanggal 19 Mei 1917 di Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan.

Bermula dari perkumpulan gadis-gadis dalam pengajian rutin yang dikenal sebagai Sapa Tresna tahun 1914, para kader 'Aisyiyah yang kemudian berkembang sampai pada kalangan ibu-ibu rumah tangga, kemudian diajak untuk memikirkan persoalan kemasyarakatan khususnya masalah peningkatan harkat kaum perempuan.

Seperti halnya Muhammadiyah, berdirinya 'Aisyiyah dilatarbelakangi oleh adanya keprihatinan mendalam akan kondisi bangsa Indonesia, khususnya kaum perempuan. Pada awal abad ke 20, paham budaya yang mensubordinasi derajat dan kedudukan kaum perempuan telah menjadi sumber kebodohan dan ketertinggalan.

Pada masa itu, sekolah-sekolah hanya diperuntukkan bagi kaum laki-laki, itupun juga terbatas pada kalangan tertentu (priyayi). Jadi, tidaklah mengherankan jika peran perempuan pada masa itu dibatasi pada sektor domestik. Pandai di dapur dan mengasuh anak menjadi tolok ukur kualitas gadis-gadis pada masa itu.

Demikianlah, "ketika para wanita disibukkan oleh pekerjaan domestik, KH. Ahmad Dahlan justru berpikir sebaliknya, dan mengatakan kepada para wanita untuk menjalankan tugas dalam menghadapi masyarakat (public)". Setelah terbentuknya perkumpulan pergerakan, 'Aisyiyah mulai melaksanakan kerja-kerja sosial untuk kemajuan dan peningkatan harkat dan martabat perempuan Indonesia.
Selengkapnya.....