Rabu, 20 Mei 2009

Hampir 100 Persen dari 8.000 Penderita Flu H1N1 Sembuh


Meski ribuan kasus influenza A (H1N1) yang dilaporkan, ternyata penderita flu H1N1 kebanyakan tidak dirawat di rumah sakit atau hanya mengalami kasus ringan.

Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP&PL) Prof dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE lewat surat elektronik, Selasa (19/5).

Prof Tjandra yang mengikuti World Health Assembly yang ke-62 di Jenewa, Swiss, dan dibuka Senin (18/5) kemarin di Assembly Hall United Nations Geneve menyebutkan bahwa berdasarkan laporan delegasi dari Kanada, dari 97 persen kasus H1N1, hanya 3 persen kasus H1N1 yang masuk rumah sakit. Angka kematian/CFR di Kanada 0,2 persen. Ini artinya 99,8 persen (hampir 100 persen) kasus yang ada sembuh.


Sementara itu, laporan dari Menteri Kesehatan Meksiko menyebutkan bahwa kasus di negara tersebut terjadi hanya pada 224 kotamadya dari total 2.443 kotamadya yang ada di Meksiko. Artinya, kasus H1N1 tidak terjadi di seluruh kotamadya yang ada di Meksiko atau kurang dari 10 persen dari seluruh kotamadya di Meksiko.

Hingga Senin, jumlah pasien H1N1 di dunia mencapai 8.829 orang, 74 orang di antaranya meninggal (angka kematian atau case fatality rate (CFR) 0,83 persen).

Sementara itu, majalah ilmiah ternama, Science, terbaru mempublikasi perkiraan CFR akibat H1N1 adalah 0,4 persen, dan reproductive rate atau R0 (berapa banyak orang yang dapat ditulari 1 pasien H1N1) hanya 1,4-1,6.




Selengkapnya.....

STATUS 'HALAL-HARAM' VAKSIN DIUMUMKAN PEKAN INI


JAKARTA -- Status kehalalan vaksin meningitis bagi jamaah haji dan umrah kemungkinan akan ditetapkan pada pekan ini. Anggota Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara (MPKS) Departemen Kesehatan (Depkes), Prof Jurnalis Udin, mengungkapkan, pemerintah bersama ulama akan segera mengumumkan kejelasan kandungan vaksin meningitis kepada umat Islam.

Langkah itu dilakukan guna meredam keresahan dan kekhawatiran para calon jamaah umrah dan haji. Menurut Prof Jurnalis, MPKS pada Rabu (20/5), akan menggelar pertemuan dengan sejumlah lembaga, seperti, Depag, Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Komisi Fatwa MUI, serta Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Menurut dia, dalam pertemuan itu, Glaxo Smith Kline (GSK), produsen vaksin meningitis akan mempresentasikan proses pembuatan vaksin yang biasa digunakan para jamaah haji dan umrah. "Setelah GSK presentasi, Rabu 920/5) ini, kami akan lakukan rapat. Dan, segera kami berikan kejelasan mengenai kandungan vaksin meningitis kepada masyarakat, pekan ini," ujar Prof Jurnalis kepada Republika , Senin (18/5).

Dalam pertemuan itu, ungkap dia, MPKS dan beberapa lembaga terkait akan melakukan tanya jawab dengan GSK tersebut seputar proses pembuatan vaksin meningitis. "Mereka akan memberikan presentasi detail bagaimana prosedur pembuatan vaksin meningitis. Ini akan sangat menentukan dicampur atau tidaknya vaksin tersebut dengan enzim babi," ungkapnya.

Sebelumnya, GSK telah mengeluarkan surat pernyataan dan mengklaim vaksin meningitis yang diproduksinya terbebas dari enzim babi, bahkan animal free. ''Itu kan barang baru, mungkin saja barang lamanya menggunakan enzim babi," ujarnya. Prof Jurnalis mengaku pihaknya tak mau begitu saja percaya pada GSK, karena itu MPKS dan lembaga terkait juga akan mengecek dari sumber lain.



Meski begitu, pihaknya optimistis pertemuan yang akan digelar pada Rabu (20/5) itu akan membuahkan hasil. "Namun, jika nantinya lembaga yang hadir ragu terhadap presentasi dari pihak GSK, kami setuju dengan usulan LPPOM MUI untuk mengecek langsung ke pabriknya di Amerika," paparnya.

Ketidakjelasan kandungan vaksin meningitis telah membuat umat Islam yang akan menunaikan umrah dan haji menjadi resah. Bahkan, sebagian dari mereka tidak mau disuntik vaksin meningitis, seperti diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI), Baluki Ahmad, beberapa waktu lalu.

"Ini memang keadaan yang dilematis, ketentuan vaksinasi berasal dari pemerintah Arab Saudi. Jadi, mau tak mau harus dipakai. Jika tidak, calon jamaah haji pasti akan dilarang masuk wilayah mereka. Sebelum ada kepastian, masih berstatus darurat," ujar Prof Jurnalis menegaskan.

Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif LPPOM MUI, Muhammad Nadratuzzaman Hosen, menegaskan, pihaknya tidak percaya dengan klaim produsen vaksin meningitis yang menyebutkan produknya halal. Menurut dia, status halal tidaknya sebuah produk, papar dia, ditentukan ulama.

"GSK itu kan bukan ulama, jadi tidak bisa mengatakan itu (vaksin meningitis) halal," tutur Nadratuzzaman. Pihaknya menegaskan, pernah mengusulkan agar LPPOM MUI beserta pemerintah melakukan audit langsung ke pabrik GSK untuk menentukan status halal atau tidaknya vaksin tersebut.

Sayangnya, kata dia, hingga kini pemerintah belum merespons usulan itu. LPPOM MUI menyayangkan sikap pemerintah yang selalu percaya kepada perusahaan pembuat vaksin tersebut. "Pemerintah ini keras kepala, tidak mau paham apa yang kami kerjakan. Mereka selalu percaya pada perusahaan. Mereka kan perusahaan non-Muslim, tak boleh dipercaya begitu saja.'' she



PPOM MUI mengusulkan audit kehalalan vaksin secara langsung di pabrik GSK.

JAKARTA -- Status kehalalan vaksin meningitis bagi jamaah haji dan umrah kemungkinan akan ditetapkan pada pekan ini. Anggota Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara (MPKS) Departemen Kesehatan (Depkes), Prof Jurnalis Udin, mengungkapkan, pemerintah bersama ulama akan segera mengumumkan kejelasan kandungan vaksin meningitis kepada umat Islam.

Langkah itu dilakukan guna meredam keresahan dan kekhawatiran para calon jamaah umrah dan haji. Menurut Prof Jurnalis, MPKS pada Rabu (20/5), akan menggelar pertemuan dengan sejumlah lembaga, seperti, Depag, Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Komisi Fatwa MUI, serta Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Menurut dia, dalam pertemuan itu, Glaxo Smith Kline (GSK), produsen vaksin meningitis akan mempresentasikan proses pembuatan vaksin yang biasa digunakan para jamaah haji dan umrah. "Setelah GSK presentasi, Rabu 920/5) ini, kami akan lakukan rapat. Dan, segera kami berikan kejelasan mengenai kandungan vaksin meningitis kepada masyarakat, pekan ini," ujar Prof Jurnalis kepada Republika , Senin (18/5).

Dalam pertemuan itu, ungkap dia, MPKS dan beberapa lembaga terkait akan melakukan tanya jawab dengan GSK tersebut seputar proses pembuatan vaksin meningitis. "Mereka akan memberikan presentasi detail bagaimana prosedur pembuatan vaksin meningitis. Ini akan sangat menentukan dicampur atau tidaknya vaksin tersebut dengan enzim babi," ungkapnya.

Sebelumnya, GSK telah mengeluarkan surat pernyataan dan mengklaim vaksin meningitis yang diproduksinya terbebas dari enzim babi, bahkan animal free. ''Itu kan barang baru, mungkin saja barang lamanya menggunakan enzim babi," ujarnya. Prof Jurnalis mengaku pihaknya tak mau begitu saja percaya pada GSK, karena itu MPKS dan lembaga terkait juga akan mengecek dari sumber lain.

Meski begitu, pihaknya optimistis pertemuan yang akan digelar pada Rabu (20/5) itu akan membuahkan hasil. "Namun, jika nantinya lembaga yang hadir ragu terhadap presentasi dari pihak GSK, kami setuju dengan usulan LPPOM MUI untuk mengecek langsung ke pabriknya di Amerika," paparnya.

Ketidakjelasan kandungan vaksin meningitis telah membuat umat Islam yang akan menunaikan umrah dan haji menjadi resah. Bahkan, sebagian dari mereka tidak mau disuntik vaksin meningitis, seperti diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI), Baluki Ahmad, beberapa waktu lalu.

"Ini memang keadaan yang dilematis, ketentuan vaksinasi berasal dari pemerintah Arab Saudi. Jadi, mau tak mau harus dipakai. Jika tidak, calon jamaah haji pasti akan dilarang masuk wilayah mereka. Sebelum ada kepastian, masih berstatus darurat," ujar Prof Jurnalis menegaskan.

Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif LPPOM MUI, Muhammad Nadratuzzaman Hosen, menegaskan, pihaknya tidak percaya dengan klaim produsen vaksin meningitis yang menyebutkan produknya halal. Menurut dia, status halal tidaknya sebuah produk, papar dia, ditentukan ulama.

"GSK itu kan bukan ulama, jadi tidak bisa mengatakan itu (vaksin meningitis) halal," tutur Nadratuzzaman. Pihaknya menegaskan, pernah mengusulkan agar LPPOM MUI beserta pemerintah melakukan audit langsung ke pabrik GSK untuk menentukan status halal atau tidaknya vaksin tersebut.

Sayangnya, kata dia, hingga kini pemerintah belum merespons usulan itu. LPPOM MUI menyayangkan sikap pemerintah yang selalu percaya kepada perusahaan pembuat vaksin tersebut. "Pemerintah ini keras kepala, tidak mau paham apa yang kami kerjakan. Mereka selalu percaya pada perusahaan. Mereka kan perusahaan non-Muslim, tak boleh dipercaya begitu saja.'' N she


Selengkapnya.....

IBRAHIM KHALIL, MISIONARIS PENDETA KOPTIK YANG BERSAHADAT


Al-Haj Ibrahim Khalil Ahmad, dulu bernama Ibrahim Khalil Philobus, Pendeta Koptik ( dari kata Kopt yakni suku kuno di Mesir) yang belajar teologi dan mendapat gelar master dari Universitas Princeton. Ia belajar Islam untuk menemukan celah menyerang sebagai ganti ia malah menerima islam bahkan bersama keempat putranya, salah satu kini menjadi guru besar di Sorbonne, Paris. Inilah cerita Ibrahim Khalil.

Ia lahir di Alexandria pada 13 Januari 1919 dan dikirim ke sekolah Misi Amerika hingga memperoleh sertifikat pendidikan menengah di sana.

Pada 1942 ia mendapat gelar diploma dari Assiut University, dan dimana ia memilih spesialisasi studi agama sebagai awal bergabung dengan Fakultas Teologi.

Menurut Ibrahim, bukanlah hal mudah untuk bergabung dengan fakultas, karena tidak ada satu kandidat dapat bergabung kecuali mendapat rekomendasi khusus dari gereja, dan juga ia harus melewati serangkaian tes sulit.

Saat itu Ibrahim mendapat rekomendasi dari Gereja Al-Attareen di Alexandria dan satu lagi dari Gereja Assembly of Lower Egypt setelah lulus banyak tes untuk mengetahui kualifikasinya untuk menjadi seorang yang benar-benar taat agama.

Lalu ia mendapat rekomendasi ketiga dari Gereja Persekutuan Snodus, termasuk para pendeta dari Sudan dan Mesir.


Snodus memberi kemudahan ia masuk Fakultas Teologi di 1944 sebagai siswa asrama. Di sana ia belajar langsung di tangan-tangan dosen Amerika dan Mesir hingga lulus pada 1948.

Ia seharusnya ditunjuk untuk meneruskan pendidikan di Jerusalem jika saja tidak ada pecah perang di Palestina pada tahun terebut. Ia pun akhirnya dikirim ke Asna, Mesir Atas. Pada tahun yang sama ia mendaftar untuk penggarapan thesis di Universitas Amerika, Kairo. Saat itu ia menulis tentang aktivitas misionari di kalangan Muslim.

"Perkenalan dengan Islam sendiri dimulai di Fakultas Teologi, dimana saya belajar Islam dan seluruh metode ibadahnya dimana melalui itu para siswa mampu mengguncang iman seorang Muslim dan menumbuhkan keraguan dalam pemahaman mereka terhadap keyakinanya," tutur Ibrahim.

Pada tahun 1952 ia mendapat gelar MA dari Princeton di USA dan ditunjuk sebagai dosen di Fakultas Teologi Assiut. Ia mengajarkan Islam di fakultas sesuai dengan pemahaman salah yang disebarkan oleh para misionari dan para penentangnya.

Selama periode itulah ia memutuskan untuk meluaskan studi Islam dan tidak hanya sekedar membaca buku-buku misionaris. "Saat itu saya cukup yakin dengan diri saya untuk membaca dari sudut pandang lain. Lalu saya mulai membaca literatur yang ditulis pengarang Muslim. Saya juga memutuskan untuk membaca Al Qur'an dan memahami artinya," aku Ibrahim panjang lebar.

"Hal itu didorong kecintaan saya terhadap pengetahuan dan digerakkan keinginan menambah lebih banyak bukti untuk menyerang Islam," imbuh Ibrahim.

Titik itulah yang justur mengubah Ibrahim. "Posisi saya mulai terguncang, dan saya mulai merasakan pergolakan kuat, dan saya tidak menemukan kesalahan di pada apapun yang pernah saya pelajari dan saya kotbahkan. Namun saya tidak berani menghadapi diri saya sendiri, dan mencoba mengatasi krisis internal itu dengan meneruskan pekerjaan," ungkapnya.

Kemudian pada 1954, ia dikirim ke Aswan sebagai sekretaris jenderal misi Jerman-Swiss. "Selama in posisi nyata saya hanyalah untuk misi berkotbah menentang Islam di Mesir Atas, terutama di kalangan Muslim," akunya.

Sementara di Aswan merupakan konferensi misionaris diselenggarakan di Hotel Catract, dan ia diberi kesempatan berbicara pada forum. "Hari itu saya berbicara terlalu banyak, mengucapkan semua, konsepsi salah menentang Islam berulang-ulang, dan pada akhir pidato, krisis internal itu tiba-tiba datang lagi dan saya mulai merevisi posisi saya," kata Ibrahim.

Ibrahim berkata, "Saya mulai bertanya pada diri sendiri, 'Mengapa saya harus melakukan semua itu ketika saya tahu pasti saya berbohong, karena itu semua bukan kebenaran? Saya meninggalkan konferensi sebelum berakhir dan pulang sendirian ke rumah,"

"Saya sepenuhnya terguncang. Saat berjalan melalui taman publik Firyal, saya mendengar sebuah ayat di Al Qur'an berbunyi 'Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan, (QS 72:1)

Lalu dilanjutkan dengan bunyi ayat berikut (QS 72:2) "(yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami,"

Ibrahim terdiam di tempat hingga ia mendengar lagi "Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. (QS 72:13)"

"Saya merasa dalam perasaan tenang luar biasa malam itu ketika pulang kerumah dan menghabiskan seluruh malam dengan diri saya membaca Al Quran di perpustakaan," ungkap Ibrahim.

Istrinya sempat menanyakan mengapa ia duduk sendirian semalaman. "Saya langsung memintanya untuk meninggalkan saya sendiri. Saya berhenti untuk beberapa lama, berpikir, dan bermeditasi ketika sampai pada ayat, "Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS 59:21)"

Juga ketika masuk ayat berikut "Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani...karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri, (QS 5:82)

Ayat berikut, "Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul, kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui: seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (QS 5:83)

Ibrahim juga menuturkan mengutip tiga ayat dari Al Qur'an yakni Surat Al A'raaf ayat 157-158.

Di malam yang sama secara dramatis Ibrahim menyimpulkan, "Saya mengambil keputusan akhir saya. Di pagi hari saya berbicara dengan istri yang dengannya saya memperoleh tiga anak lelaki dan satu orang putri,"

Namun tidak lama setelah ia merasa Ibrahim bertambah semakin menerima Islam dari yang ia takutkan ia meminta bantuan dari kepala misionari bernama Monsieur Shavits dari Switzerland. Dalam pandangan Ibrahim pria itu mempunyai kemampuan mempersuasi orang.

Ia bertanya pada Ibrahin tentang kebenaran berita itu. Ibrahim pun mengatakan terus terang apa yang ia inginkan dan Shavits berkata,

"Pertimbangkan dirimu keluar dari pekerjaan hingga kami menemukan apa yang menimpa dirimu,"

Ibrahim langsung menjawab," Ini pengundurang diri saya dari pekerjaan,"

Shavits meyakinkan Ibrahim untuk menunda itu namun Ibrahim bersikeras, dan Shavits pun memunculkan rumor Ibrahim telah gila. Ibrahim pun mesti menjalani serangkaian tes penuh tekanan hingga ia meninggalkan Aswan dan kembali ke Kairo.

Ketika di Kairo ia sempat dikenalkan dengan seorang guru besar Islam dihormati, Muhammad Abdul Moneim Al Jamal, yang membantunya menghadapi sidang mengerikan, dan Al Jamal melakukan itu tanpa mengetahui apapun cerita Ibrahim.

"Ketika Dr Jamal tahu saya telah mengundurkan diri dari pekerjaan di Aswan, dan saya menganggur, ia membantu saya mendapat pekerjaan di Perusahaan Alat Administrasi Standar di Kairo. Sehingga saya mapan kembali tak lama kemudian," ujarnya Ibrahim.

Hanya saja ia mengaku tidak bercerita pada istrinya tentang niat memeluk Islam, sehingga sang istri mengira Ibrahim telah melupakan segalanya dan tak lebih dari sekedar krisis keimanan yang tak lagi ada.

"Namun saya tahu pasti jika peralihan keyakinan saya membutuhkan bukti dan sejumlah langkah rumit panjang. Saat itu fakta yang terjadi adalah pertempuran dalam hati yang saya tunda untuk beberapa saat hingga saya benar-benar saya pahami setelah saya melengkapi studi perbandingan," tutur Ibrahim

Pada 25 Desember 1959 ia mengirimkan telegram kepada Dr Thompson, kepala Misionaris Amerika di Mesir memberi informasi jika ia akan memeluk Islam.

Setelah mengirim telegram masalah baru dimulai. Tak tanggung-tangguh tujuh rekan seperkuliahan sekaligus membujuknya membatalkan ikrar tersebut, namun Ibrahim bergeming.

Mereka bahkan mengancam akan memisahkannya dengan istrinya. Ibrahim menjawab, "Ia bebas untuk melakukan apa yang ia inginkan,". Mereka juga mengancam akan membunuhnya. Namun demi melihat sikat Ibrahim yang keras kepala, mereka meninggalkannya sendiri dan meminta teman lama Ibrahim yang juga teman seperkuliahan.

Sang teman sangat luar biasa keras mempengaruhi, dan menghina Ibrahim, yang dihina pun menjawab, "Kamu seharusnya menghina mereka yang melecehkan Tuhan dengan mendengarkan Al Qur'an dan mempercayai kebenaran yang kamu tahu tapi kau tolak,". Teman Ibrahim pun meninggalkannya setelah tahu semua upaya sia-sia belaka.

Pada bulan Januari 1960, Ibrahim pun resmi memeluk Islam.

Istri Ibrahim meninggalkannya dan mengambil semua perabot dalam rumah. "Namun semua anak saya menerima dan memeluk islam, yang paling antusias adalah putra pertama saya Isaac yang mengganti namanya menjadi Osman, anak kedua Joseph, dan yang ketiga Samuel mengganti nama menjadi Jamal, dan anak perempuan bernama Majida menjadi Najwa," tutur Ibrahim.

Ibrahim menulis dalam majalah La Monde, "Yang saya sesalkan istri saya meninggalkan rumah selama enam tahun, tapi kemudian setuju kembali pada 1966 tetap dengan agamanya. Saya menerima ini karena di Islam tidak ada paksaan dalam agama,"

"Saya berkata 'Saya tak ingin kamu peluk Islam karena saya, tapi hanya karena kamu yakin," lanjut Ibrahim dalam tulisan tersebut.

Akhirnya ketika ditanya apa hal yang membuat ia paling tertarik terhadap Islam, ia menjawab ia sangat menyukai sistem pengampunan dosa dalam Islam dan hubungan langsung antara Tuhan dan hambanya.

Namun diantara itu semua ia berkata "Saya terutama tertarik dengan konsep satu Tuhan, yang paling penting dalam Islam. Tuhan hanya satu dan tak ada yang menyerupai-Nya. Kepercayaan ini membuat saya menghamba kepada Tuhan saja, bukan yang lain. Penyerahan diri pada satu Tuhan membebaskan orang menyembah dan takut pada manusia, dan itulah kebebasan sesungguhnya,"./berbagaisumber/itz


Selengkapnya.....

Jumat, 15 Mei 2009

LUPUS HARUS DIHADAPI DENGAN SIKAP OPTIMIS

Cukup banyak penderita lupus yang menikmati karier cemerlang sambil menjaga kondisinya

Tak mudah bagi Erlinda Kristin Kiroyan untuk mengungkap akar masalah kesehatan yang dialaminya sejak sepuluh tahun silam. Kulit mantan guru SD dan SMP swasta di Papua ini selalu bermasalah jika tersengat terik matahari.

Ia akan merasa gatal dan selang sesaat kulitnya akan mengalami luka yang serius hingga berborok. `Teman sejawat mungkin mengira saya malas mengikuti upacara tetapi sebetulnya saya hanya tak tahan matahari, ujar perempuan berdarah Manado kelahiran Jayapura, 45 tahun silam.

Setelah tujuh tahun menjalani pemeriksaan silih berganti oleh tiga profesor berlatar belakang spesialis imunitas, kulit, dan penyakit dalam, barulah tersibak tabir penyakit Erlinda. Dari biopsi kulit ia terlihat mengalami lupus kulit. `Dua profesor terdahulu tidak menyimpulkan lupus sebab hasil uji laboratorium semuanya negatif,jelas Erlinda.

Seberapa mengganggu penyakit ini? fLupus beserta obat corticosteroid jangka panjang juga menurunkan penglihatan, daya ingat, fungsi ginjal, usus, dan tulang saya, tutur Erlinda yang juga aktivis Yayasan Lupus Indonesia. Pelan-pelan, Erlinda belajar hidup dengan lupus. Ia berusaha menghindari faktor pencetus kekambuhan, stres dan keletihan.


Dibarengi dengan keikhlasan serta doa, trik ini ampuh menjaganya dirawat berulang di rumah sakit. `Saya terkontrol lupusnya dan dapat beraktivitas terbatas. Hingga April 2009, Yayasan Lupus Indonesia (YLI) mencatat 8.891 orang hidup dengan lupus (odapus) dengan mortalitas 15 orang. Setahun sebelumnya, 8.693 odapus bergabung dalam yayasan yang sama. Sepanjang tahun 2008, YLI memantau 48 odapus meninggal dunia. `fSedangkan sepuluh tahun sebelumnya (1998), jumlah odapus hanya 586 saja, ungkap Ketua YLI, Tiara Savitri.

The Great Imitator
Penyakit ini, menurut dr Laniyati Hamijoyo SpPD Mkes, memang belum dikenal luas. Bahkan dalam kalangan medis sekalipun masih banyak yang tidak mengenal tanda-tanda penyakit ini. `fAkibatnya penderita membutuhkan waktu lebih lama untuk didiagnosis, bahkan kadang tidak terdiagnosis sampai keadaan fatal yang dialami oleh penderita, ungkap konsultan reumatologi FK Universitas Padjadjaran, Bandung, itu. Sebetulnya apakah lupus itu?

Lupus atau dikenal juga dengan nama lupus eritematosus sistemik (LES) adalah suatu penyakit autoimun, artinya sistem imun membentuk antibodi yang seharusnya bekerja memerangi agen-agen infeksi yang disebut antigen seperti bakteri, virus, jamur atau zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh malah berbalik menyerang dirinya sendiri.

Akibatnya, antibodi yang terbentuk menyerang sel atau jaringan tubuh sendiri dan menyebabkan berbagai kelainan, tergantung bagian tubuh yang diserang, bisa di susunan saraf, jantung, paru-paru, ginjal, kulit maupun sendi. Kelainan yang ditimbulkan bisa berupa nyeri, peradangan, ataupun kerusakan jaringan. Memang tidaklah mudah untuk mendiagnosis penyakit lupus, karena tidak ada gejala yang khas, sehingga penyakit ini sering dijuluki the Great Imitator alias peniru ulung, kata Laniyati.

Nyeri pada sendi membuat pasien didiagnosis menderita rematik, keluhan pada ginjal membuat pasien dikira menderita gangguan ginjal, kurang darah akan didiagnosis sebagai anemia. Karena itu, bisa jadi penderita lupus baru diketahui setelah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun mengidap penyakit itu. Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum diketahui secara pasti, diduga berhubungan de ngan faktor genetik dan lingkungan seperti infeksi virus, sinar ultraviolet dan obat-obatan tertentu.

Masing-masing penderita mengalami gejala dan perjalanan penyakit yang berbeda dengan penderita lain namun ada beberapa ciri yang dapat membangkitkan dugaan seseorang terkena lupus jika terdapat gejala-gejala tertentu di antaranya rasa lemas, capek yang berlebihan, demam berkepanjangan, ruam merah di wajah yang menyerupai gambar kupukupu, ruam merah di kulit yang umumnya lebih nyata bila terpapar sinar matahari, juga ruam diskoid, rambut rontok, sariawan yang berulang, nyeri pada sendi, dan bengkak pada kedua tungkai. Gangguan neurologik maupun psikiatrik juga dapat terjadi pada mereka yang menderita lupus.

Tidak sendiri
Perjalanan penyakit lupus, ungkap Laniyati, sangat bervariasi dan kerusakan yang ditimbulkan pada berbagai organ tubuh yang terkena kadang berakibat fatal. Sebagai contoh pada beberapa penderita lupus yang mengenai ginjal kadang berakhir dengan gagal ginjal sehingga mereka harus menjalani cuci darah rutin (hemodialisis). Ada pula penderita yang mengalami kebutaan akibat kerusakan pada saraf mata, dan beberapa yang mengalami gangguan psikosis harus menjalani perawatan di rumah sakit jiwa.

Beban penyakit ini semakin bertambah karena hingga saat ini belum ada obat yang dapat benarbenar menyembuhkan lupus. Meskipun demikian, kata Lani, terdapat obat-obat yang dapat mengendalikan penyakit ini, sejauh penderita rajin kontrol ke dokter dan secara teratur mengonsumsi obatobat yang diberikan. fPada penderita yang penyakit lupusnya sudah terkendali dapat mengalami kekambuhan, artinya penyakit menjadi aktif kembali, jelas Laniyati.

Suatu hal yang wajar jika seseorang didiagnosis lupus menjadi sangat depresi, membayangkan apa yang harus dialami akibat dari penyakit ini. Demikian pula keluarga yang terlibat, tidak saja masalah keuangan dalam hal menyediakan obat-obatan maupun perawatan namun juga masalah psikologis dan beban fisik untuk mendampingi dan menjaga penderita.

Masalah lain adalah usia penderita yang relatif muda dan merupakan masa produktif, sedang giat-giatnya mengejar karier, ataupun mereka yang menjadi tulang punggung keluarga harus menghadapi penyakit ini. Hal penting yang perlu diingat adalah: Anda tidaklah sendirian, kata Lani. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tidak memandang suku bangsa, ataupun latar belakang ekonominya.

Lani mencontohkan, di antaranya, penyanyi terkenal Seal Samuel yang memiliki suara merdu, telah menderita lupus sejak usia remaja. Ini menunjukkan, orang-orang bisa sukses dalam karier dan hidupnya meskipun menderita lupus.rei




Selengkapnya.....

SUSUN SOP PENANGGULANGAN BENCANA, MDMC KUMPUL KADER RELAWAN

Yogyakarta – Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) sebagai lembaga baru di Muhammadiyah terus menyusun perangkat gerakan, seperti Standard Operational Procedure (SOP). Hal berkaitan dengan upaya membentuk sistem dan prosedur penanggulangan bencana sebagai panduan semua elemen Muhammadiyah. Salah satu rangkaian upaya pembuatan SOP ini adalah diselenggarakannya Pra- Workshop SOP Kebencanaan yang diselenggarakan pada tanggal 10-11 Mei 2009 di Gedoeng Moehammadiyah, Jl KHA Dahlan 103 Yogyakarta.

Menurut Boy Matriyosa sebagai penanggungjawab acara, acara pra-workshop kali ini merupakan bagian dari rangkaian acara Workshop yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 19-21 Mei 2009 si Yogyakarta. Acara Pra-Workshop sendiri sebelumnya juga telah diadakan di Jakarta pada tanggal 14-15 April 2009.


Pada acara Pra-Workshop kali ini mengundang kader-kader muda Muhammadiyah yang sebelumnya terlah menjadi relawan psikososial di Tsunami Aceh, Longsor Banjarnegara maupun Penanggulangan Gempa Bumi Yogyakarta. Selain relawan, acara yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman para pelaku penanggulangan bencana ini juga mengundang tim penanggulangan bencana bagian medis dari PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan PKU Muhammadiyah Bantul. Hadir pula perwakilan dari Mahasiswa Pencinta Alam (MAPALA) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Proses diskusi difasilitasi oleh fasilitator dari Resource Management anda Development Consultant (REMDEC) dan dibantu oleh Hening Parlan dari Humanitarian Forum Indonesia (HFI) (arif)




Selengkapnya.....

Jumat, 08 Mei 2009

PERADABAN ISLAM SUDAH DIKENAL SEBAGAI PERINTIS BIDANG FARMASI


Peradaban Islam dikenal sebagai perintis dalam bidang farmasi. Para ilmuwan Muslim di era kejayaan Islam sudah berhasil menguasai riset ilimiah mengenai komposisi, dosis, penggunaan, dan efek dari obat-obatan sederhana dan campuran. Selain menguasai bidang farmasi, masyarakat Muslim pun tercatat sebagai peradaban pertama yang memiliki apotek atau toko obat.

Sharif Kaf al-Ghazal dalam tulisannya bertajuk The valuable contributions of Al-Razi (Rhazes) in the history of pharmacy during the Middle Ages, mengungkapkan, apotek pertama di dunia berdiri di kota Baghdad pada tahun 754 M. Saat itu, Baghdad sudah menjadi ibukota Kekhalifahan Abbasiyah. ''Apotek pertama di Baghdad didirikan oleh para apoteker Muslim,'' ungkap al-Ghazal.

Jauh sebelum peradaban Barat mengenal apotek, masyarakat Islam lebih dulu menguasainya. Sejarah mencatat, apoteker pertama di Eropa baru muncul pada akhir abad ke-14, bernama Geoffrey Chaucer (1342-1400). Ia dikenal sebagai apoteker asal Inggris. Apotek mulai menyebar di Eropa setelah pada abad ke-15 hingga ke-19 M, praktisi apoteker mulai berkembang di benua itu.

''Umat Islam-lah yang mendirikan warung pengobatan pertama,'' papar Howard R Turner dalam bukunya bertajuk Science in Medievel Islam . Philip K Hitti dalam bukunya yang terkenal bertajuk History of Arab, juga mengakui bahawa peradaban Islamlah yang pertama kali mendirikan apotek.


''Selain itu, peradaban Islam juga merupakan pendiri sekolah farmasi pertama,'' ungkap K Hitti. Ia juga membuktikan bahwa umat Muslim di era kekhalifahan sebagai pencipta pharmacopoeia yang pertama. Perkembangan ilmu farmasi yang begitu cepat, membuat apotek atau toko-toko obat tumbuh menjamur di kota-kota Islam.

Hampir di setiap rumah sakit besar di kota-kota Islam dilengkapi dengan apotek atau instalasi farmakologi. Apotek-apotek itu dikelola oleh apoteker yang menguasai ilmu peracikan obat. ''Kaum Muslimin menyumbang begitu banyak hal terhadap perkembangan apotek atau obat,'' ungkap Howard R Turner dalam bukunya bertajuk Science in Medievel Islam .

Di era kejayaan Islam, toko-toko obat bermunculan bak jamur di musim hujan. Toko obat yang banyak jumlahnya tak cuma hadir di kota Baghdad - kota metropolis dunia di era kejayaan Abbasiyah - namun juga di kota-kota Islam lainnya. Para ahli farmasi ketika itu sudah mulai mendirikan apotek sendiri. Mereka menggunakan keahlian yang dimilikinya untuk meracik, menyimpan, serta menjaga aneka obat-obatan.

Pemerintah Muslim pun turun mendukung pembangunan di bidang farmasi. Rumah sakit milik pemerintah yang ketika itu memberikan perawatan kesehatan secara cuma-cuma bagi rakyatnya juga mendirikan laboratorium untuk meracik dan memproduksi aneka obat-obatan dalam skala besar.Keamanan obat-obatan yang dijual di apotek swasta dan pemerintah diawasi secara ketat. Secara periodik, pemerintah melalui pejabat dari Al-Muhtasib - semacam badan pengawas obat-obatan - mengawasi dan memeriksa seluruh toko obat dan apotek. Para pengawas dari Al-Muhtasib secara teliti mengukur akurasi berat dan ukuran kemurnian dari obat yang digunakan.

Pengawasan yang amat ketat itu dilakukan untuk mencegah penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dalam obat dan sirup. Semua itu dilakukan semata-mata untuk melindungi masyarakat dari bahaya obat-obatan yang tak sesuai dengan aturan. Pengawasan obat-obatan yang dilakukan secara ketat dan teliti yang telah diterapkan di era kekhalifahan Islam.

Perkembangan ilmu botani dan kimia telah mendorong umat Muslim untuk mengembangkan farmasi. Pada masa itu, ilmuwan Muslim seperti Muhammad ibnu Zakariya al-Razi (865-915 M) alias Razes turut mengembangkan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan. Selain itu, dokter dan ahli farmasi Muslim lainnya Abu al-Qasim al-Zahrawi alias Abulcasis (936-1013 M) juga tercatat sebagai saintis perintis dalam bidang distiliasi dan sublimasi.

Tak cuma itu, Sabur ibnu Sahl (wafat 869 M), juga tercatat sebagai dokter pertama yang mencetuskan pharmacopoedia. Ia telah menjelaskan beragam jenis obat-obatan untuk mengobati penyakit. Saintis Muslim lainnya yang turut menopang tumbuhnya aoptek di era Islam adalah al-Biruni (973-1050 M). Sang ilmuwan legendaris Islam itu telah menulis buku farmakologi yang sangat berharga bertajuk Kitab al-Saydalah ( Buku tentang Obat-obatan).

Dalam kitabnya itu, al-Biruni menjelaskan secara detail pengetahuan mengenai peralatan untuk pembuatan oba-obatan, peran farmasi, fungsi serta tugas apoteker. Ia juga menjelaskan tentang apotek. Ilmuwan Muslim lainnya, Ibnu Sina alias Avicenna juga menulis tak kurang dari 700 persiapan pembuatan obat, peralatannya, kegunaan dan khasiat obat -obatan tersebut. Kontribusi Ibnu Sina dalam bidang farmasi itu dituliskannya dalam bukunya yang sangat monumental Canon of Medicine.

Ilmuwan Muslim lainnya yang turut menopang berdiri serta berkembangnya apotek di dunia Islam adalah al-Maridini dan Ibnu al-Wafid (1008-1074). Kedua karya ilmuwan Muslim itu telah dicetak dalam bahasa Latin lebih dari 50 kali. Kitab yang ditulis keduanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berjudul De Medicinis universalibus et particularibus dan Medicamentis simplicibus.

”Kaum Muslimin telah menyumbang banyak hal dalam bidang farmasi dan pengaruhnya sangat luar biasa terhadap Barat,” papar Turner. Menurut Turner, para sarjana Muslim di zaman kejayaan telah memperkenalkan sederet obat herbal yang terbukti berkhasiat untuk kesehatan, seperti, adas manis, kayu manis, cengkeh, kamper, sulfur, serta merkuri sebagai unsur atau bahan racikan obat-obatan.

Menurut K Hitti, kemajuan peradaban Islam dalam farmasi dan apotek ditopang oleh banyaknya buku dalam bidang farmakologi yang ditulis ilmuwan Muslim. K Hitti mencatat, buku farmakologi pertama di dunia Islam ditulis oleh Jabir bin Hayyan. Selain itu, ada pula karya al-Razi, Ibnu Sina, Tabari dan d Majusi. ''al-Razi dan Ibnu Sina adalah dua dokter yang paling terkemuka di zamannya,'' ujar K Hitti.

Sejak dulu, apotek yang dikelola apoteker merupakan bagian yang tak terpisahkan dari institusi rumah sakit. Hal itu sama halnya dengan farmasi dan farmakologi yang juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ilmu kedokteran. Dunia farmasi profesional secara resmi terpisah dari ilmu kedokteran di era kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah.

Terpisahnya farmasi dari kedokteran pada abad ke-8 M, membuat farmakolog menjadi profesi yang independen dan farmakologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Menurut Howard R Turner, praktisi seperti herbalis, kolektor, penjual tumbuhan, rempah-rempah untuk obat-obatan, penjual dan pembuat sirup, kosmetik, air aromatik, serta apoteker merupakan profesi yang menopang geliat farmasi di dunia Islam. heri ruslan


Ilmuwan Muslim Penopang Apotek

* Abu Ja’far Al-Ghafiqi (wafat 1165 M)
Ilmuwan Muslim yang satu ini juga turut memberi kontribusi dalam pengembangan farmakologi dan farmasi. Sumbangan Al-Ghafiqi untuk memajukan ilmu tentang komposisi, dosis, meracik dan menyimpan obat-obatan dituliskannya dalam kitab Al-Jami’ Al-Adwiyyah Al-Mufradah. Risalah itu memaparkan tentang pendekatan dalam metodelogi, eksperimen, serta observasi dalam farmakologi dan farmasi.

* Sabur Ibnu Sahl (wafat 869 M)
Ibnu Sahal adalah dokter pertama yang mempelopori pharmacopoeia. Kontribusinya dalam bidang farmakologi dan farmasi juga terbilang mata besar. Dia menjelaskan beragam jenis obat-obatan. Sumbangannya untuk pengembangan farmakologi dan farmasi dituangkannya dalam kitab Al-Aqrabadhin.

* Yuhanna Ibnu Masawayh (777 M - 857 M)
Orang Barat menyebutnya Mesue. Ibnu Masawayh merupakan anak seorang apoteker. Kontribusinya juga terbilang penting dalam pengembangan farmasi dan farmakologi. Dalam kitab yang ditulisnya, Ibnu Masawayh membuat daftar sekitar 30 macam aromatik.Salah satu karya Ibnu Masawayh yang terkenal adalah kitab Al-Mushajjar Al-Kabir. Kitab ini merupakan semacam ensiklopedia yang berisi daftar penyakit berikut pengobatannya melalui obat-obatan serta diet.

* Abu Hasan ‘Ali bin Sahl Rabban at- Tabari
At-Tabari lahir pada tahun 808 M. Pada usia 30 tahun, dia dipanggil oleh Khalifah Al-Mu’tasim ke Samarra untuk menjadi dokter istana. Salah satu sumbangan At-Tabari dalam bidang farmakologi adalah dengan menulis sejumlah kitab. Salah satunya yang terkenal adalah Paradise of Wisdom. Dalam kitab ini dibahas mengenai pengobatan menggunakan binatang dan organ-organ burung. Dia juga memperkenalkan sejumlah obat serta cara pembuatannya. hri


Selengkapnya.....

Kamis, 07 Mei 2009

DI EROPA, ISLAM SEMAKIN DIMINATI


Menjelajahi tiga negara Eropa: Belanda, Jerman, dan Belgia, kita dengan mudah menemui para wanita berjilbab, baik tua maupun remaja. Mereka berbusana Muslimah saat berada di jalan, kendaraan, pasar, dan pusatpusat keramaian.

Imigran asal Turki, misalnya, kalau di negaranya yang sekuler kerap menghadapi kendala saat mengenakan jilbab, tidak demikian di ketiga negara Eropa Barat itu. Selain warga Turki, Muslimah asal Maroko, Afrika Utara, yang tinggal di Eropa juga tak lepas dari jilbab. Imigran asal kedua negara Muslim itu mendominasi umat Islam di Belanda, Jerman, dan Belgia.

Ketika mengunjungi Masjid Al-Aksa di Den Haag, Republika menemui sekitar dua puluhan pemuda dan pelajar Belanda yang sedang belajar Islam. Recep Canir seorang voorzitter atau pengurus masjid itu dengan cekatan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan para pemuda.

Kepada Republika yang menunggunya sekitar satu jam, pria berusia 50 tahun itu dengan bangga mengungkapkan, Masjid Al-Aksa telah berfungsi sejak 27 Juli 1979. Menurut dia, awalnya masjid itu adalah sebuah sinagog ¡Âª tempat peribadatan Yahudi. Masyarakat imigran Turki sepakat memberi nama masjid itu Al-Aksa, diambil dari tempat suci pertama umat Islam.


Di Kota Den Haag, pusat administrasi Pemerintahan Belanda, terdapat tak kurang dari 25 masjid. Masjid atau mushala itu ada yang berasal dari gereja, pertokoan, atau gedung tua.

Bukan hanya para imigran Turki dan Maroko yang banyak membangun tempat peribadatan, juga kaum Muslimin yang berasal dari Suriname (sebagian etnis Jawa yang dikirim pemerintah kolonial ke daerah di Amerika Latin itu pada abad ke-19), maupun warga Suriname yang berasal dari etnis India.

Di seantero negeri kincir angin itu, terdapat sekitar 600 sampai 700 masjid, dengan jumlah umat Islam lebih dari 1,5 juta jiwa. Republika sempat menyusuri kota kecil Leiden, yang berpenduduk 125 ribu jiwa. Di kota itu, terdapat tiga buah masjid, dua masjid dibangun imigran Maroko dan sebuah masjid didirikan imigran Turki.

Islam kian berkembang di Eropa. Perlahan namun pasti masyarakat Eropa mulai tertarik memeluk Islam. Paul (61), seorang mualaf Belanda yang setelah Islam mengubah namanya menjadi Ahmad Fauzi Nobel, mengaku telah belasan tahun memeluk Islam. Kepada Republika, dia mengemukakan semakin mantap dengan Islam yang disebutkan sebagai agama rahmatan lilalamin.

Ia menolak dengan tegas pendapat sementara pihak di Barat yang menyebut Islam sebagai agama teroris dan kekerasan. Menurut dia, sebetulnya banyak warga Belanda yang kini memeluk Islam. Tapi, mereka masih merahasiakan identitasnya,tutur Paul.

Hal itu dibenarkan Lusi Sihabuddin yang sejak 1990-an tinggal di Belanda. Wanita dua anak itu menetap di Rotterdam. Menurutnya, di Rotterdam, terdapat lima buah masjid, dua masjid Maroko, dan tiga masjid Turki. Lusi kini tengah mengumpulkan dana untuk membangun sebuah masjid Indonesia bersama dengan masyarakat Suriname.

Fenomena serupa juga terjadi di Jerman. Dr Fuad Jindan (38) menuturkan, imigran Turki mulai banyak berdatangan ke Jerman, ketika negara itu hancur akibat Perang Dunia II. Mereka bekerja membangun gedung, bangunan, dan jalan kereta api. Sebagai tanda terima kasih, para imigran asal Turki itu diperbolehkan untuk mendatangkan istrinya.

Seperti halnya di Belanda dan Belgia, berbusana Muslimah tak jadi masalah di Jerman. Menurut Fuad, jumlah umat Muslim di negeri panser itu berkembang pesat. Pada 2008 saja, sekitar 2.000 warga Jerman telah memeluk Islam. Tak heran jika jumlah orang Jerman yang ingin menunaikan ibadah haji pun terus bertambah.

Umat Muslim yang ingin menunaikan ibadah haji difasilitasi oleh Yayasan Pengiriman Haji yang dipimpin Wolf Garing Muhammad Sidik. Pria kelahiran Jerman itu merupakan alumnus Universitas Madinah. Setiap tahun, ia memberangkatkan 400 Muslim untuk menunaikan rukun Islam kelima. Padahal, setiap tahunnya lebih dari 900 orang yang mendaftar haji.

Berkembangnya Islam di Eropa tentu saja mendapat tantangan keras, terutama dari kelompok Yahudi. Suratkabar Der Spiegel dan Focus tanpa mengenal ampun terus menjelekjelekkan Islam. Sementara Pemerintah Jerman, takut terhadap Yahudi kalau harus membayar uang duka terhadap pembantaian warga Yahudi oleh Hitler. Meski orang Jerman sendiri tidak percaya kalau peristiwa itu benar-benar terjadi. Masjid juga tersebar di berbagai kota di Jerman, seperti Koln, Berlin, dan Munchen. Seperti halnya di Belanda dan Belgia, mereka membeli gedung-gedung dan perumahan untuk dijadikan sebagai tempat ibadah. /alwi shahab/rep


Selengkapnya.....

Jumat, 01 Mei 2009

FENOMENA: AWAS PANDEMI "FLU BABI"


Dunia kini di ambang pandemi ”flu babi” H1N1. Setelah penyebaran virus yang menewaskan sekitar 176 orang di Meksiko ini meluas ke sejumlah negara, Organisasi Kesehatan Dunia, Kamis (30/4), meningkatkan kewaspadaan pandemi dari fase 4 ke fase 5. Evy Rachmawati

Ini berarti sumber penularan adalah manusia yang terinfeksi virus itu. Tinggal selangkah lagi akan terjadi pandemi influenza di dunia. Menurut Direktur Jenderal WHO Margaret Chan, dalam situs WHO, peningkatan level kewaspadaan pandemi influenza ini berdasarkan data penyebaran virus H1N1 dan konsultasi dengan para pakar.

Fase 5 ditandai penularan antarmanusia yang menyebar setidaknya di dua negara di dalam satu kawasan WHO. Fase ini merupakan sinyal kuat bahwa pandemi sudah mengancam. Jika ada deklarasi fase 6, itu berarti sedang terjadi pandemi di mana ada kejadian luar biasa influenza di negara lain di luar kawasan WHO di fase 5.

Atas dasar itu, WHO menyerukan agar semua negara di dunia segera mengaktifkan rencana kesiapsiagaan menghadapi pandemi. Pada tahap ini, hal mendasar yang harus dilakukan antara lain surveilans, deteksi secara dini, penanganan kasus, dan pengendalian infeksi di semua fasilitas kesehatan.


Sejauh ini belum dilaporkan adanya penularan virus baru H1N1 di Indonesia. Potensi berkembangnya virus baru H1N1 di Tanah Air menimbulkan polemik. Menurut Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, virus baru H1N1 tak dapat bertahan di negara tropis seperti Indonesia. Virus itu hanya bertahan di negara-negara subtropis-empat musim. Virus itu juga dinilai tidak seganas virus flu burung H5N1. Sebab, tingkat kematiannya hanya sekitar 6,4 persen, sedangkan tingkat kematian virus H5N1 lebih dari 80 persen.

Namun, Ketua Panel Ahli Komisi Nasional Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI) Amin Soebandrio menyatakan, belum ada bukti ilmiah yang menyatakan virus baru H1N1 tidak bisa muncul di Indonesia.

”Virus ini berpotensi muncul di Indonesia karena baru mati pada suhu 70 derajat celsius,” ujarnya. Pada suhu udara seperti di Indonesia, virus itu masih bisa hidup. Kemudahan akses transportasi juga membuat mobilitas penduduk antarnegara tinggi yang memicu penyebaran virus itu ke banyak negara.

Kasus H1N1 pada manusia menjadi pandemi di Spanyol pada 1918. Di Indonesia, laporan medis zaman Belanda menyebutkan, saat terjadi pandemi juga ditemukan kasus-kasus dengan gejala sama di Pulau Jawa.

Penularan antarmanusia

Ketika virus influenza dari spesies berbeda menulari babi, virus bisa saling bertukar gen dan menimbulkan virus baru, gabungan virus influenza babi, manusia, dan burung. Virus yang mewabah saat ini ditularkan dari satu orang ke orang lain lewat udara. ”Percampuran virus babi, unggas, dan manusia meningkatkan risiko pandemi,” kata Amin.

Menurut buku Influenza karya Jan C Wilschut, Janet E McElhaney, dan Abraham M Palache, ada beberapa cara munculnya virus subtipe baru yang menular ke manusia. Pertama, virus unggas ditularkan langsung ke manusia dan beradaptasi ke ”host” baru dengan bermutasi. Kedua, virus influenza manusia bercampur virus unggas dalam proses saling bertukar gen. Ketiga, virus lama manusia yang telah bersirkulasi muncul lagi ke populasi manusia.

Kepala Laboratorium Flu Unggas Universitas Airlangga CA Nidom menjelaskan, virus H1N1 di Indonesia sudah ada sejak dulu dengan subtipe H1N1 klasik yang tak berbahaya. ”Virus H1N1 tipe Meksiko atau dikenal sebagai flu babi ini berbahaya, cepat menyebar, dan daya rusak rendah. Yang dikhawatirkan apabila hasil penyusunan ulang menghasilkan virus cepat menular dengan daya rusak tinggi,” kata Nidom.

Secara teoretis, virus di unggas tidak bisa langsung ke mamalia seperti manusia. Harus ada perantara mamalia lain. Kemungkinan besar itu babi. Di tubuh babi, virus berubah dengan dua pola, yaitu adaptasi tanpa mengubah struktur virus. Pola kedua, penyusunan ulang virus hingga jadi gabungan flu babi, flu unggas, dan flu manusia yang lebih berbahaya.

”Jika itu terjadi, virus H1N1 tipe Meksiko bisa berkembang di Indonesia, apalagi banyak peternakan ayam dan babi berdekatan,” kata Nidom. Karena itu, prinsip dasar biosekuritas perlu lebih diperhatikan: tata letak dan restrukturisasi pengelolaan biosekuritas peternakan.

Sejauh ini, pemerintah menyatakan siap melaksanakan rencana kesiapsiagaan pandemi influenza. Dengan angka kasus flu burung tertinggi di dunia, Indonesia telah mengadakan simulasi besar pandemi influenza di Bali dan Makassar, serta simulasi kecil di hampir 20 desa.

Upaya lain adalah menghidupkan surveilans, menyiapkan rumah sakit rujukan, dan persediaan obat oseltamivir. Di sejumlah bandara dan pelabuhan, para penumpang dari luar negeri diperiksa dengan pemindai suhu badan. Jika suhu badan di atas 39 derajat celsius, penumpang dibawa ke ruang karantina.

Sejumlah daerah mengintensifkan pemantauan ternak babi dari ancaman virus H1N1 dan menerapkan biosekuritas di peternakan babi. Di Kulon Progo, misalnya, petugas diterjunkan memantau ternak babi dan menyelidiki kesehatan warga sekitarnya. Setiap hari, kotoran babi dibersihkan dan ternak dimandikan.(rep)


Selengkapnya.....

PENGALAMAN "ISLAM" MUSTAFA GARMENT: MENEMUKAN ISLAM DISAAT TERSULIT


NEW YORK — Buku yang terletak di meja kantor Mustafa Garment berjudul "'Merubah' Rencana Permainan Anda. Bagi lelaki Afrika-Amerika yang memutuskan berpisah dari kehidupan kriminalnya dengan memeluk Islam, buku tersebut terkait erat ketimbang buku-buku yang pernah ada.

"Saya dapat katakan dengan mengubah rencana permainan, mengubah cara berpikir, karena seperti itulah cerita hidup saya," ungkap Mustafa, seorang kordinator forensik di Mahkamah Kesehatan Mental Brooklyn.

Mustafa, bercambang dan berpenuturan lemah lembut, 64 tahun itu tak sama dengan ia saat 20 puluh tahun lalu. Kini ia bekerja di Pengadilan Kesehatan Mental, sebuah lembaga yang berafiliasi dengan Mahkamah Tinggi Negara Bagian New York. Ia membantu penghuni penjara yang mengalami sakit mental dan kecanduan obat, mendapat perawatan layak

Tak ada satupun, menurut para sipir, yang dapat membantu lebih baik ketimbang Mustafa, lelaki yang telah menghabiskan awal kehidupannnya berjuang tanpa rumah dalam kecanduan obat-obatan dan alkohol.

Tumbuh besar di lingkungan sangat miskin, Harlem, masa kecil Mustafa diliputi penderitaan. "Saya ingat ketika luar biasa lapar. Saya ingat merasa begitu lemah karena kelaparan," ungkapnya.

Sentuhan pertamanya dengan narkoba dan alkohol--yang lantas menjadi bagian gaya hidup selama 30 tahun kemudian--terjadi saat Mustafa berusia 13 tahun.

Ia mengatakan untuk diterima di kalangan temanya ia mesti terlibat dalam rutinitas merokok mariyuana dan minum anggur.

"Saya sering bertemu dengan ibu saya di bar," ujarnya menuturkan dirinya yang dulu. Ia putus sekolah di tingkat menengah di awal masuk SMP.

Namun ketika ia mulai berkenalan dengan crack, istilah kokain khusus untuk rokok, gaya hidup kecanduan Mustafa mencapai klimaksnya.


Ia mulai mengambil barang-barang dan mencuri dan bahkan menjual narkoba demi memenuhi nafsu kecanduannya. "Ketika anda kecanduan kokain, pikiran pertama yang merasuki adalah bagaimana cara untuk mendapatkan lagi," ujarnya.

Mustafa pun tumbuh menjadi lelaki getir pemarah yang keluar masuk penjara lebih 30 kali gara-gara dakwaan tindak kriminal mulai dari pengedar hingga perampokan

Titik Balik

Berada di lingkaran narkoba dan penjara, Mustafa yang dibesarkan sebagai seorang Katholik, bersentuhan dengan Islam pada 1972. Pada usia 27 tahun ia sebenarnya telah berpindah agama dan menikah dengan wanita Muslim.

Namun Mustafa mengakui jika perpindahan agama yang ia lakukan sebatas administasi, dan itu tidak menghentikannya dari tindak kriminal dan gaya hidupnya.

"Saya dulu tidak berpikir tentang mengubah rencana permainan saya," ujarnya.

Saat ia tetap meneruskan hidup dalam cengkeraman narkoba dan penjara, istrinya, seorang Muslim akhirnya menuntut cerai.

Akhirnya pada 1998, setelah sekurangnya 40 tahun hidup di jalan, bertahan dari sup-sup sisa dapur restoran, mencuri dan menggunakan narkoba, Mustafa memutuskan untuk membuka lembar baru untuk dirinya.

Ia mulai mendatangi pertemuan Narkotik Tanpa Nama dan mencari bantuan dari The Bridge, sebuah organisasi yang membantu kaum gelandangan, dan mereka yang terkena masalah kekerasan.

Disanalah Mustafa kemudian bertemu Amin, pemandu Muslimnya yang membimbing ia menjadi Muslim sesungguhya saat dalam masa penyembuhan.

Amin sendiri ialah mantan pecandu heroin dan pasien AIDS. Ia mengenalkan Mustafa kepada Milliati Islami--program penyembuhan narkoba berdasar prinsip-prinsip Islam.

"Kita berbicara tentang mendekat kepada Allah, dan beribadah serta berdoa," kenang Mustafa.

Lucille Jackson, salah satu pengelola yang dulu menjalankan The Bridges, menyatakan penemuan kembali Mustafa atas islam menjadi salah satu titik baliknya.

"Ia mengambil manfaat dengan pandangan positif terhadap apa yang terjadi di sekitarnya nya. Ia menjadikan pengetahuan tersebut dengan sebaik-baiknya," kata Lucille.

Membantu Orang Lain

Lucille sangat terkesan hingga ia memutuskan memberi Mustafa pekerjaan di organisasi tersebut meski ia tengah menjalani penyembuhan.

Ketika Lucille menjadi Direktur Proyek Pengadilan Kesehatan Mental Brooklyn, ia ingin pula mempekerjakan Mustafa sebagai kordinator forensik. Namun karena catatan kriminal yang berderet, Lucille pun mesti mendapat ijin khusus dari pengadilan tinggi negara bagian. Wanita itu pun mendapatkan ijin tersebut.

Pekerjaan Mustafa melibatkan para penghuni penjara dengan layanan yang dibutuhkan untuk menyembuhkan gangguan mental dan masalah kekerasan yang mereka hadapi. Selain itu ia juga kerap memberi bantuan terhadap pengangguran dan gelandangan.

Meski ia tidak diminta berbagi pengalamannya dengan para pasien, Ia dengan suka rela membuka masa lalunya jika ia pikir itu akan membantu seseorang, terutama pemuda yang hidup dalam trauma tragedinya.

"Saya melihat hidup mereka dipotong. Saya akan memperlakukan mereka sebagai anak saya. Saya selalu katakan,'Raihlah pendidikan. Jangan lakukan itu terhadap dirimu sendiri," ujarnya.

Lucille melabeli dedikasi Mustafa sangat istimewa. "Ia adalah sosok manusia luar biasa," ujarnya.

"Ia tidak pernah membiarkan satu pun menghalangi jalannya dalam membantu klien. Bahkan jika perlu ia akan menempuh ekstra kilometer untuk sampai kesana," kata Lucille.

Saat ini, ayah sekaligus seorang kakek itu mengaku bersyukur saban hari telah menemukan Islam kembali selama masa sulit dalam hidupnya.

Selain pekerjaanya, Mustafa juga menyelesaikan Peningkatan Pendidikan Umum (GED). Ia juga cemerlang dalam kelas Bahasa Arab yang ia ambil demi upayanya memahami Al Qur'an secara penuh.

Mustafa bahkan berencana mengambil kuliah Studi Islam suatu hari kelak.

"Ketika kamu muda, kami terbiasa menyalahkan semua hal pada pria kulit putih," kenangnya.

"Namun kini saya seorang Muslim. Kondisi saya bergantung pada upaya dan kehendak Allah," ujarnya./iol/itz


Selengkapnya.....

Prof.Dr. Jeffrey Lang : Hidayah dari Hadiah Al-Quran


Adam diturunkan ke bumi bukan karena dosa yang diperbuatnya, melainkan karena Allah SWT menginginkan seorang khalifah di bumi untuk mengatur dan menyejahterakan alam.’’ (Jeffrey Lang).

Prof Dr Jeffrey Lang,nama lengkapnya.Sehari-hari dia be -kerja sebagai dosendan peneliti bidangmatematika di Uni -versitas Kansas, salahsatu universitasterkemuka di Amerika Serikat. Gelar master dan doktor matematika diraihnya dari Purdue University pada tahun 1981. Ia dilahirkan dalam sebuah ke luarga penganut paham Katolik Roma di Bridgeport, Connecticut, pada 30 Januari 1954.

Pendidikan dasar hingga menengah ia jalani di sekolah berlatar Katolik Roma selama hampir 18 tahun. Selama itu pula, menurut Lang—sebagaimana ditulis dalam catatan hariannya tentang perjalanannya mencari Islam— menyisakan banyak pertanyaan tak berjawab dalam dirinya tentang Tuhan dan filosofiajaran Kristen yang dianutnya selama ini.

‘’Seperti kebanyakan anak-anak lain di kisaran tahun 1960-an hingga awal 1970-an, saya melewati masa kecil yang penuh keceriaan. Bedanya, pada masa itu, saya sudah mulai banyak bertanya tentang nilai-nilai kehidupan, baik itu secara politik, sosial, maupun keagamaan. Saya bahkan sering bertengkar dengan banyak kalangan, termasuk para pemuka gereja Katolik,’’ paparnya.

Menginjak usia 18 tahun, Lang remaja memutuskan menjadi seorang atheis. ‘’Jika Tuhan itu ada dan Dia punya belas kasih dan sayang, lalu mengapa ada begitu banyak penderitaan di atas bumi ini? Mengapa Dia tidak masukkan saja kita semua ke dalam surga? Mengapa juga dia menciptakan orang-orang di atas bumi ini dengan berbagai penderitaan?’’ kisah Lang tentang kegelisahan hatinya kala itu. Selama bertahun-tahun, pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus menggelayuti pikirannya.

Dihadiahi Alquran akhirnya Lang baru mendapat jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut ketika ia bekerja sebagai salah seorang asisten dosen di Jurusan Matematika, Universitas San Francisco. Di sanalah, ia menemukan petunjuk bahwa Tuhan itu ada dan nyata dalam kehidupan ini. Petunjuk itu ia dapatkan dari beberapa mahasiswanya yang beragama Islam.

Saat pertama kali memberi kuliah di Universitas San Francisco, Lang bertemu dengan seorang mahasiswa Muslim yang mengambil mata kuliah matematika. Ia pun langsung akrab dengan mahasiswa itu. Mahmoud Qandeel, nama mahasiswa tersebut. Dia berasal dari Arab Saudi.

Mahmoud, kata Lang, telah memberi banyak masukan kepadanya mengenai Islam. Menariknya, semua diskusi mereka menyangkut dengan sains dan teknologi. Salah satu yang pernah didiskusikan Lang dan Qandeel adalah riset kedokteran. Lang dibuat terpana oleh jawaban Qandeel, yang di negaranya adalah seorang mayor polisi.

Qandeel menjawab semua pertanyaan dengan sempurna sekali dan dengan menggunakan bahasa Inggris yang bagus.

Ketika pihak kampus mengadakan acara perpisahan di luar kampus yang dihadiri oleh semua dosen dan mahasiswa, Qandeel menghadiahi asisten dosen itu sebuah Alquran dan beberapa buku mengenai Islam.

Atas inisiatifnya sendiri, Lang pun mempelajari isi Alquran itu. Bahkan, buku-buku Islam tersebut dibacanya hingga tuntas. Dia mengaku kagum dengan Alquran. Dua juz pertama dari Alquran yang dipelajarinya telah mem buat dia takjub dan bagai terhipnotis.

‘’Tiap malam muncul beraneka ma cam pertanyaan dalam diri saya. Tapi, entah mengapa, jawabannya segera saya temukan esok harinya. Seakan ada yang membaca pikiran saya dan menuliskannya di setiap baris Alquran. Saya seakan menemukan diri saya di tiap halaman Alquran,’’ ungkap Lang.

Telaah Alquran Sebagai seorang pakar dalam bidang matematika dan dikenal sebagai seorang peneliti, penjelasan yang didapatkannya tidak langsung ia percayai begitu saja. Ia meneliti dan menelaah secara lebih mendalam ayatayat Alquran. Beberapa ayat yang membuatnya kagum dan telah membandingkannya dengan ajarannya yang lama adalah ayat 30-39 surah Albaqarah tentang penciptaan Adam.

Dalam bukunya Losing My Religion: A Call for Help, Jeffrey Lang secara lengkap menjelaskan pergulatannya dalam memahami ayat 30-39 surah Albaqarah tersebut.

‘’Saya membaca ayat tersebut beberapa kali, namun tak kunjung sanggup menangkap apa maksud Alquran,’’ ujarnya. ‘’Bagi saya, Alquran sepertinya sedang menyampaikan sesuatu yang sangat mendasar atau mungkin keliru. Lalu, saya membacanya lagi secara perlahan dan saksama, baris demi baris, untuk memastikan pesan yang di -sampaikan,’’ lanjutnya.

Ketika membaca ayat ke-30 surah Albaqarah, ‘’Dan, ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Malaikat berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi, mereka adalah orang-orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah. Padahal, kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan menyucikan Engkau?’ Allah berfirman, ‘Sesungguhnya, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.’’ Menurut Lang, ayat ini sangat mengganggunya. ‘’Saya merasa sangat kesepian. Seakan-akan penulis kitab suci ini telah menarik diri saya ke dalam ruang hampa dan sunyi untuk berbicara langsung dengan saya,’’ ujarnya.

‘’Saya berpikir, keterangan ayat tersebut ada sesuatu yang keliru. Saya protes. Lalu, saya baca lagi. Saya amati dengan saksama. Sebab, menurut ajaran yang pernah saya dapatkan, diturunkannya Adam ke bumi bukan menjadi khalifah, tetapi sebagai hukuman lantaran dosa Adam. Namun, dalam Alquran, tidak ada satu kata pun yang menjelaskan sebab-sebab diturunkan Adam karena perbuatan dosa,’’ jelasnya.

Menurut Lang, pertanyaan yang di utarakannya sama dengan pertanyaan malaikat yang menyatakan bahwa manusia itu berbuat kerusakan.

‘’Tapi, saya merasa ada sesuatu yang lain dari keterangan ayat selanjutnya.

Allah hanya menjawab, ‘Sesungguhnya, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’ Jawaban ini terkesan sederhana dan enteng, namun mengandung makna yang dalam,’’ ungkapnya.

Lang menjelaskan, dalam Alkitab, jawaban Tuhan atas pertanyaan malaikat disampaikan tentang hukuman yang diberikan karena berbuat dosa. ‘’Penjelasan ini berbeda dengan Alquran. Alquran menjawab pertanyaan para malaikat dengan memperlihatkan kemampuan manusia, pilihan moral, dan bimbingan Ilahi.

Allah mengajarkan manusia (Adam) nama-nama benda.’’ ‘’Ayat tersebut menunjukkan kemu liaan dan kemampuan manusia yang tidak diberikan kepada malaikat,’’ ujarnya.

Bahkan, pada ayat ke-39 dite rangkan, ‘’Adapun orang-orang yang tidak beriman dan mendustakan ayatayat Kami, mereka adalah penghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya.’’ ‘’Saya merasa ayat ini makin kuat menyerang saya. Namun, saya semakin percaya akan kebenaran Alquran dan meyakini agama Islam yang dibawa oleh Muhammad SAW,’’ jelasnya.

Islam rasional

Sekitar tahun 1980-an, belum banyak pelajar Muslim yangmenuntut ilmu di UniversitasSan Francisco. Sehingga, kalau bertemu dengan mahasiswa Muslim di area kampus, menurut Lang, itu merupakan hal yang sangat langka.

Ada cerita menarik tatkala Lang sedang menelusuri kampus. Secara tak terduga, ia menemukan sebuah ruangan kecil di lantai bawah sebuah gereja. Ruang tersebut rupanya dipakai oleh beberapa mahasiswa Islam untuk menunaikan shalat lima waktu.

Kepalanya dipenuhi tanda tanya dan rasa ingin tahu. Dia pun memutuskan masuk ke tempat shalat tersebut.

Waktu itu, bertepatan dengan waktu shalat Zuhur. Oleh para mahasiswanya, dia pun diajak untuk ikut shalat. Dia berdiri persis di belakang salah seorang mahasiswa dan mengikuti setiap gerakannya.

Dengan para mahasiswa Muslim ini, Lang berdiksusi tentang masalah agama, termasuk semua pertanyaan yang selama ini tersimpan dalam kepalanya. ‘’Sungguh luar biasa, saya benar-benar terkejut sekali dengan cara mereka menjelaskan. Masuk akal dan mudah dicerna. Ternyata, jawabannya ada dalam ajaran Islam,’’ tuturnya.

Sejak saat itu, Lang pun memutuskan masuk Islam dan mengucapkan dua kalimah syahadat. Dia menjadi seorang mualaf pada awal 1980. Ia mengaku bahwa dengan menjadi seorang Muslim, banyak sekali kepuasan batin yang didapatkannya.

Itulah kisah perjalanan spiritual sang profesor yang juga meraih karier bagus di bidang matematika. Dia mengaku sangat terinspirasi dengan matematika yang menurutnya logis dan berisi faktafakta berupa data riil untuk menda patkan jawaban konkret.

‘’Dengan cara seperti itulah, saya bekerja. Adakalanya, saya frustrasi ketika ingin mencari sesuatu, tapi tidak mendapat jawaban yang konkret. Namun, dengan Islam, semuanya rasional, masuk akal, dan mudah dicerna,’’ tukasnya.

Prof Lang saat ini ditunjuk oleh fakultasnya sebagai pembina organisasi Aso siasi Mahasiswa Islam guna menjembatani para pelajar Muslim dengan pihak universitas. Tak hanya itu, dia bah kan ditunjuk untuk memberikan ma ta kuliah agama Islam oleh pihak rektorat.

Ia menikah dengan seorang perempuan Arab Saudi bernama Raika pada tahun 1994. Mereka dikaruniai tiga anak, yakni Jameelah, Sarah, dan Fattin. Selain menulis ratusan artikel ilmiah bidang matematika, dia juga telah menulis beberapa buku Islam yang menjadi rujukan komunitas Muslim Amerika. Even Angels ask: A Journey to Islam in America adalah salah satu buku best seller-nya. Dalam buku itu, dia menulis kisah perjalanan spiritualnya hingga memeluk Islam.

Beberapa tahun belakangan ini, Lang aktif pada banyak kegiatan Islami dan dia merupakan pembicara inspirasional yang paling terkenal di sebuah organi sasi pendidikan bernama Mecca Centric. Di sana, dia melayani konsultasi segala sesuatu tentang Islam ataupun kegiatan kepemudaan.sya/dia/berbagai sumber/kem

Selengkapnya.....