Oleh Sulhati Syam
Dengan mengagungkan nama Allah yang maha pengasih tanpa pilih kasih, yang maha penyayang untuk semua orang, kepadaNyalah kita memohon perlindungan dan pertolongan. Insya Allah kita termasuk orang yang mendapat petunjukNya dan bukan termasuk orang yang dalam kesesatan. Amin.
94 Tahun telah Aisyiyah berkiprah di bumi nusantara Indonesia, usia yang cukup tua melebihi dari usia kemerdekaan Republik Indonesia, maka wajarlah kalau seluruh warga Aisyiyah bergembira dalam milad kali ini sembari mengingat/mencatat pengabdian-pengabdian tanpa pamrih yang dilakukan selama ini dan merenung serta mawas diri terhadap apa yang akan dilakukan pada masa yang akan datang.
Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang sejak awal berdirinya sudah berbuat untuk kepentingan umat dan merupakan organisasi yang solid dan selalu eksis dalam situasi bagaimanapun. Tiga besar zaman di Indonesia ini telah dilalui Aisyiyah, mulai dari masa penjajahan Belanda, penjahajan Jepang sampai kepada masa kemerdekaan Republik Indonesia, Aisyiyah tetap mampu berkembang di dalam masyarakat dengan beraneka persoalan dan permasalahan.
Dalam perjalanannya dari masa ke masa gerakan dakwah Amar Maruf Nahi Munkar tetap dijalankan, membantu pemerintah dibidang pendidikan dan kesejahteraan tetap merupakan prioritas utama, isu sosial bangsa seperti kemiskinan, ekonomi lemah, kesehatan, kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan dan anak, masyarakat grass root merupakan garis perjuangan dalam Aisyiyah. Semua dilakukan oleh Aisyiyah dengan satu tujuan yaitu untuk kepentingan umat.
Milad Aisyiyah tahun ini mengangkat tema Peran Aisyiyah dalam Penguatan Ketahanan Keluarga dan Ketahanan Masyarakat. Keluarga adalah persekutuan hidup terkecil dari masyarakat. Pangkal ketenteraman dan kedamaian hidup adalah terletak dalam keluarga. Mengingat pentingnya hidup keluarga yang demikian itu Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari itu yakni sebagai lembaga hidup manusia yang dapat memberi kemungkinan celaka dan bahagianya anggota-angggota keluarga tersebut di dunia dan di akhirat. Nabi Muhammad Saw sendiri di utus oleh Allah pertama-tama diperintahkan untuk mengajarkan Islam lebih dahulu kepada keluarga sebelum ke masyarakat luas. Firman Allah yang menunjukkan perintah dimaksud ialah pada surat At. Tahrim ayat 6: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya ialah manusia dan batu.
Pendidik dalam keluarga adalah orang tua dan anggota keluarga, yaitu anak-anak, jadi kalau dahulu ada anggapan bahwa anak hanyalah merupakan objek dalam pendidikan keluarga, di era globalisasi ini anak-anak juga merupakan subjek dari pendidikan. Orang tua dan anak merupakan mitra dalam keluarga karena mungkin informasi luar lebih dahulu diperoleh anak melalui teknologi canggih yang lebih mahir dilakukan oleh anak-anak dari pada orang tua. Informasi yang sampai kepada anak-anak tak terbendung, tidak ada sisi dunia yang tidak terjangkau oleh informasi dari sisi dunia yang lain. Kemajuan ilmu pengetahuan dengan kecanggihan telekomunikasi telah membawa kemajuan yang besar bagi anak-anak dan manusia. Namun, tampaknya kemajuan dan perkembangan yang positif bagi kondisi masyarakat dan keluarga diikuti pula oleh dampak yang tidak menguntungkan. Informasi yang masuk banyak yang tidak sesuai dengan tatanan bangsa, tatanan moral dan tatanan agama Islam. Tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama dalam era globalisasi di Indonesia telah bewarna internasional, warna yang tidak seluruhnya bahkan banyak yang justru memperlihatkan ketimpangan bagi kondisi karakteristik kebangsaan, kemasyarakatan dan keagamaan Islam.
Di sinilah peran orang tua diperlukan sehingga anak-anak walaupun merupakan mitra tetapi tetap patuh dan santun kepada orang tua. Tetap dalam tatatan dan ajaran Islam yang kuat. Warga Aisyiyah harus tetap berprinsip bahwa di samping terhadap pendidikan di luar keluarga merupakan suatu kebutuhan bagi kelangsungan peran kehidupan dimasyarakat bagi anak, pendidikan di dalam keluarga adalah merupakan pendidikan yang utama, karena keluarga merupakan tiang utama kehidupan umat dan bangsa yang merupakan wadah sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif dan menetukan, karena menjadi kewajiban kita untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah. Firman Allah dalam surat Ar.Rum ayat 21: dan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah diciptakanNya untukmu suami isteri dari jenismu sendiri supaya kamu mendapat sakinah (ketetapan hati). Dan dijadikanNya kasih sayang diantara kamu. Sesungguhnya yang demikian menjadi tanda-tanda (kebenaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.
Penguatan terhadap ketahanan keluarga ini, akan berakibat kepada penguatan terhadap ketahanan masyarakat, karena keluarga yang merupakan unit terkecil ini akan menjadi besar bila dia berkelompok menjadi satu masyarakat. Satu masyarakat berkelompok dengan masyarakat yang lain akan menjadi masyarakat yang lebih besar, begitu seterusnya sampai kita menjadi kelompok besar masyarakat Indonesia. Warna kelompok besar masyarakat Indonesia dimulai dari warna masyarakat terkecil tadi yaitu keluarga. Oleh karenanya ketahanan peran keluarga memberikan dampak yang begitu besar pada ketahanan kehidupan bermasyarakat. Muhammadiyah sebagai induk organisasi telah mengkaji hal ini jauh-jauh hari sehingga jelas di dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan dalam keluarga dan kehidupan bermasyarakat.
Peran Aisyiyah ke depan perlu ditingkatkan terutama dalam sosial kemasyarakatan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia untuk mewujudkan masyarakat madani yaitu dengan menumbuhkembangkan ekonomi keumatan, pemberdayaan perempuan dalam usaha-usaha produktif. Aisyiyah harus tetap memperhatikan dan mencari solusi dalam permasalahan-permasalahan perlindungan anak dan perempuan, kasus gizi buruk pada balita dan berusaha untuk membantu pemerintah mengurangi angka kematian bagi perempuan yang hamil dan melahirkan. Penyuluhan keluarga sakinah masih terus ditingkatkan. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah menjadi prioritas untuk diperkuat. Dengan demikian Insya Allah keberadaan Aisyiyah dapat bermanfaat dan mudah-mudahan menjadi golongan yang terbaik sebagaimana yang dianjurkan Allah dalam surat AliImran ayat 110: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, niscaya hal ini baik bagi mereka. Sebahagian dari mereka beriman dan kebanyakan mereka fasik.
Penutup uraian di atas terkandung niat ikhlas untuk duduk bersama di kalangan anggota Aisyiyah, menyatukan pemikiran dari berbagai pendapat, menguatkan ukhuwah kepada induk organisasi Aisyiyah yaitu Muhammadiyah berpegangan bersama dengan organisasi otonom Muhammaddiyah, menundukkan hati, menadahkan tangan mohon maghfirah Allah, agar dalam mengemban amanat dan menjalankan roda organisasi selalu dalam naungan hidayah dan maunahNya, Amin.
Penulis adalah Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumatera Utara
Dengan mengagungkan nama Allah yang maha pengasih tanpa pilih kasih, yang maha penyayang untuk semua orang, kepadaNyalah kita memohon perlindungan dan pertolongan. Insya Allah kita termasuk orang yang mendapat petunjukNya dan bukan termasuk orang yang dalam kesesatan. Amin.
94 Tahun telah Aisyiyah berkiprah di bumi nusantara Indonesia, usia yang cukup tua melebihi dari usia kemerdekaan Republik Indonesia, maka wajarlah kalau seluruh warga Aisyiyah bergembira dalam milad kali ini sembari mengingat/mencatat pengabdian-pengabdian tanpa pamrih yang dilakukan selama ini dan merenung serta mawas diri terhadap apa yang akan dilakukan pada masa yang akan datang.
Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang sejak awal berdirinya sudah berbuat untuk kepentingan umat dan merupakan organisasi yang solid dan selalu eksis dalam situasi bagaimanapun. Tiga besar zaman di Indonesia ini telah dilalui Aisyiyah, mulai dari masa penjajahan Belanda, penjahajan Jepang sampai kepada masa kemerdekaan Republik Indonesia, Aisyiyah tetap mampu berkembang di dalam masyarakat dengan beraneka persoalan dan permasalahan.
Dalam perjalanannya dari masa ke masa gerakan dakwah Amar Maruf Nahi Munkar tetap dijalankan, membantu pemerintah dibidang pendidikan dan kesejahteraan tetap merupakan prioritas utama, isu sosial bangsa seperti kemiskinan, ekonomi lemah, kesehatan, kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan dan anak, masyarakat grass root merupakan garis perjuangan dalam Aisyiyah. Semua dilakukan oleh Aisyiyah dengan satu tujuan yaitu untuk kepentingan umat.
Milad Aisyiyah tahun ini mengangkat tema Peran Aisyiyah dalam Penguatan Ketahanan Keluarga dan Ketahanan Masyarakat. Keluarga adalah persekutuan hidup terkecil dari masyarakat. Pangkal ketenteraman dan kedamaian hidup adalah terletak dalam keluarga. Mengingat pentingnya hidup keluarga yang demikian itu Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari itu yakni sebagai lembaga hidup manusia yang dapat memberi kemungkinan celaka dan bahagianya anggota-angggota keluarga tersebut di dunia dan di akhirat. Nabi Muhammad Saw sendiri di utus oleh Allah pertama-tama diperintahkan untuk mengajarkan Islam lebih dahulu kepada keluarga sebelum ke masyarakat luas. Firman Allah yang menunjukkan perintah dimaksud ialah pada surat At. Tahrim ayat 6: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya ialah manusia dan batu.
Pendidik dalam keluarga adalah orang tua dan anggota keluarga, yaitu anak-anak, jadi kalau dahulu ada anggapan bahwa anak hanyalah merupakan objek dalam pendidikan keluarga, di era globalisasi ini anak-anak juga merupakan subjek dari pendidikan. Orang tua dan anak merupakan mitra dalam keluarga karena mungkin informasi luar lebih dahulu diperoleh anak melalui teknologi canggih yang lebih mahir dilakukan oleh anak-anak dari pada orang tua. Informasi yang sampai kepada anak-anak tak terbendung, tidak ada sisi dunia yang tidak terjangkau oleh informasi dari sisi dunia yang lain. Kemajuan ilmu pengetahuan dengan kecanggihan telekomunikasi telah membawa kemajuan yang besar bagi anak-anak dan manusia. Namun, tampaknya kemajuan dan perkembangan yang positif bagi kondisi masyarakat dan keluarga diikuti pula oleh dampak yang tidak menguntungkan. Informasi yang masuk banyak yang tidak sesuai dengan tatanan bangsa, tatanan moral dan tatanan agama Islam. Tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama dalam era globalisasi di Indonesia telah bewarna internasional, warna yang tidak seluruhnya bahkan banyak yang justru memperlihatkan ketimpangan bagi kondisi karakteristik kebangsaan, kemasyarakatan dan keagamaan Islam.
Di sinilah peran orang tua diperlukan sehingga anak-anak walaupun merupakan mitra tetapi tetap patuh dan santun kepada orang tua. Tetap dalam tatatan dan ajaran Islam yang kuat. Warga Aisyiyah harus tetap berprinsip bahwa di samping terhadap pendidikan di luar keluarga merupakan suatu kebutuhan bagi kelangsungan peran kehidupan dimasyarakat bagi anak, pendidikan di dalam keluarga adalah merupakan pendidikan yang utama, karena keluarga merupakan tiang utama kehidupan umat dan bangsa yang merupakan wadah sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif dan menetukan, karena menjadi kewajiban kita untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah. Firman Allah dalam surat Ar.Rum ayat 21: dan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah diciptakanNya untukmu suami isteri dari jenismu sendiri supaya kamu mendapat sakinah (ketetapan hati). Dan dijadikanNya kasih sayang diantara kamu. Sesungguhnya yang demikian menjadi tanda-tanda (kebenaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.
Penguatan terhadap ketahanan keluarga ini, akan berakibat kepada penguatan terhadap ketahanan masyarakat, karena keluarga yang merupakan unit terkecil ini akan menjadi besar bila dia berkelompok menjadi satu masyarakat. Satu masyarakat berkelompok dengan masyarakat yang lain akan menjadi masyarakat yang lebih besar, begitu seterusnya sampai kita menjadi kelompok besar masyarakat Indonesia. Warna kelompok besar masyarakat Indonesia dimulai dari warna masyarakat terkecil tadi yaitu keluarga. Oleh karenanya ketahanan peran keluarga memberikan dampak yang begitu besar pada ketahanan kehidupan bermasyarakat. Muhammadiyah sebagai induk organisasi telah mengkaji hal ini jauh-jauh hari sehingga jelas di dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan dalam keluarga dan kehidupan bermasyarakat.
Peran Aisyiyah ke depan perlu ditingkatkan terutama dalam sosial kemasyarakatan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia untuk mewujudkan masyarakat madani yaitu dengan menumbuhkembangkan ekonomi keumatan, pemberdayaan perempuan dalam usaha-usaha produktif. Aisyiyah harus tetap memperhatikan dan mencari solusi dalam permasalahan-permasalahan perlindungan anak dan perempuan, kasus gizi buruk pada balita dan berusaha untuk membantu pemerintah mengurangi angka kematian bagi perempuan yang hamil dan melahirkan. Penyuluhan keluarga sakinah masih terus ditingkatkan. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah menjadi prioritas untuk diperkuat. Dengan demikian Insya Allah keberadaan Aisyiyah dapat bermanfaat dan mudah-mudahan menjadi golongan yang terbaik sebagaimana yang dianjurkan Allah dalam surat AliImran ayat 110: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, niscaya hal ini baik bagi mereka. Sebahagian dari mereka beriman dan kebanyakan mereka fasik.
Penutup uraian di atas terkandung niat ikhlas untuk duduk bersama di kalangan anggota Aisyiyah, menyatukan pemikiran dari berbagai pendapat, menguatkan ukhuwah kepada induk organisasi Aisyiyah yaitu Muhammadiyah berpegangan bersama dengan organisasi otonom Muhammaddiyah, menundukkan hati, menadahkan tangan mohon maghfirah Allah, agar dalam mengemban amanat dan menjalankan roda organisasi selalu dalam naungan hidayah dan maunahNya, Amin.
Penulis adalah Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumatera Utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar