Kamis, 28 Agustus 2008

PUNCAK MILAD 'AISYIYAH KE-94 DI BALI


Di era reformasi perempuan perlu lebih meningkatkan perannya dalam kehidupan politik, mengingat sudah ada jaminan undang-undang tentang kesetaraan politik antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dikemukakan oleh Gubernur Bali, Dewa Beratha dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Kesbang Linmas, I Made Dana Yasa, pada Milad ‘Aisyiyah ke-94 yang dipusatkan di Denpasar, Bali. Hadir memberikan sambutan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Bali, Drs. H.Muslim Latif, S.H., Ketua PP ‘Aisyiyah, Prof. Dr. Hj. Siti Chamamah Soeratno, serta laporan dari Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Bali, Hj. Entin Ch Mulyono, S.Pd, M.A.

Dalam puncak acara Milad ‘Aisyiyah ke-94 ini dilakukan pencanangan gerakan serempak tanggap flu burung di Sumatera Utara, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Bali. Sehari sebelumnya dilakukan kunjungan ke amal usaha ‘Aisyiyah di Denpasar serta konsolidasi organisasi PWA Bali.

Lebih jauh Dewa Beratha mengemukakan bahwa politik sesungguhnya berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari yang dialami oleh semua lapisan masyarakat, termasuk perempuan. "Milad ‘Aisyiyah ke-94 ini hendaknya dapat dijadikan momentum bagi peningkatan peran perempuan dalam kegiatan pembangunan di segala bidang," tegasnya.

Dewa Beratha juga mengajak pengurus ‘Aisyiyah di Bali untuk lebih mengambil peran dan ikut mendorong pembangunan di wilayah Bali. ‘Aisyiyah sebagai organisasi kemasyarakatan, dapat memainkan peran dalam menumbuhkan kesadaran bernegara, mempertebal idealisme, patriotisme, dan harga diri masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan.

Milad ‘Aisyiyah ke-94 ini menggemakan gerakan "Penguatan Ketahanan Keluarga dan Masyarakat". Gerakan ini sebagai respons atas carus marutnya pembinaan moral akibat dampak negatif. Melalui milad ini ‘Aisyiyah ingin menggalang ketahanan masyarakat dan mengajak tokoh-tokoh masyarakat sebagai figur teladan.

Dalam Tabligh Akbar, Ketua PP ‘Aisyiyah Prof. Dr. Hj.Siti Chamamah Soeratno mengajak warga ‘Aisyiyah untuk meningkatkan perannya dalam masyarakat dan ikut memberikan kontribusi membantu pemerintah memecahkan masalah pembangunan melalui kegiatan amal usahanya.

Dalam kesempatan itu Chamamah juga menguraikan tentang kiprah ‘Aisyiyah di masyarakat dalam bidang kesehatan, pendidikan, pemberdayaan ekonomi, gerakan keluarga sakinah dan qaryah thayyibah. "Saya minta kepada warga ‘Aisyiyah untuk meningkatkan ideologi dan organisasi sehingga perannya di masyarakat semakin meluas," tegasnya.

Tidak Akan Mengarahkan

Sementara Ketua PP ‘A Prof Dr. Hj. Siti Chamamah Soeratno dalam jumpa pers seusai acara menegaskan, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah akan senantiasa mendorong warganya berpartisipasi dalam kehidupan politik. Namun, pihaknya tidak akan pernah mengarahkan warga ‘Aisyiyah untuk mendukung atau memilih calon legislatif dari partai tertentu.

"Kami hanya mendorong agar warga ‘Aisyiyah memilih calon pimpinan yang bisa memperjuangkan kepentingan masyarakat, khususnya kepentingan kaum perempuan. Pendidikan politik yang dilaksanakan oleh PP ‘Aisyiyah lebih kepada bagaimana memberikan wawasan kepada anggotanya untuk bisa menjadi warga negara yang baik," tegasnya. Sementara kader yang mempunyai potensi dan ingin mencalonkan diri menjadi anggota legislatif, pihaknya tidak menghalangi bahkan mendorong. Namun, kader tersebut harus minta izin dan non-aktif dalam keanggotaan.

Dalam konsolidasi organisasi PWA Bali yang diselenggarakan sehari sebelumnya, PWM Bali yang diwakili Khairuddin Usman juga mengingatkan kepada kader 'Aisyiyah untuk tidak silau terhadap janji-janji partai politik yang belum tentu bisa terealisasi. Di tengah hingar bingar politik menjelang Pemilu 2009 akan cukup banyak partai politik yang mengaku memperjuangkan Islam atau partai Islam.

"Jangan mudah silau oleh janji-janji partai politik atau terjebak dalam bujukan untuk berpolitik praktis. Namun, kalau tertarik dalam politik praktis dan merasa punya kemampuan harus mengikuti mekanisme yang telah ditetapkan organisasi," tegasnya.

Diingatkannya, warga Muhammadiyah dan 'Aisyiyah mengemban tugas yang mulia yaitu melakukan dakwah. Namun, kalau kepentingan dakwah ini dicampuradukkan dengan politik praktis akan menurunkan nilai atau esensi kegiatan dakwah itu sendiri.

"Dakwah merupakan status tertinggi, kalau mau berpolitik hendaknya ke luar atau non-aktif dari organisasi. Politik praktis jangan dibawa dalam organisasi. Kalau aktif dalam organisasi Muhammadiyah maupun 'Aisyiyah merupakan sarana kita mendapatkan ridha Allah untuk mengharumkan nama Islam," tegasnya Khairudin Usman. (emha)

Tidak ada komentar: