JAKARTA, Sebagian besar wilayah pesisir Jakarta diprediksi akan berada di bawah permukaan laut atau tenggelam pada 2025. Pengeksploitasian air tanah secara tidak terkendali menjadi salah satu penyebab utama hal tersebut. Prediksi itu terungkap dalam Reuters Environment Summit di Jakarta, Selasa (7/10). Ketua Regional Program Air dan Sanitasi Bank Dunia Almud Weitz mengungkapkan, ekstraksi air tanah di Jakarta tidak paralel dengan bentuk kota itu sendiri. "Masyarakat menggali makin dalam untuk air, sehingga kota ini secara perlahan tenggelam," ujarnya dalam kesempatan itu.
Jakarta merupakan salah satu kota berpenduduk terpadat di Asia, namun menurut para ahli, kota ini justru memiliki jaringan pipa air yang paling minim. Bahkan, semakin parah karena perumahan, gedung pusat perbelanjaan, serta gedung-gedung pencakarlangit pun menyedot air tanah untuk kebutuhan air. Hal itu pula, lanjutnya, yang menjadi alasan mengapa banjir pasang makin sering melanda wilayah-wilayah di bagian pesisir pantai.
Berdasarkan sejumlah penelitian, Jakarta saat ini memiliki kekurangan air bersih sebesar 36 juta meter kubik per tahun. Dari jumlah air yang ada, sebagian besarnya terkontaminasi tinja karena minimnya fasilitas septic tank. Dalam beberapa tahun terakhir, Jakarta yang dikelilingi oleh 13 aliran sungai dan kanal, telah dilanda banjir besar yang dipicu oleh hujan tropis dan bertambahnya volume air laut. Konsultan Bank Dunia memprediksi, pada 2025 permukaan Jakarta setidaknya akan berada lebih rendah 60 cm dari yang ada sekarang.
Sejumlah faktor penyebabnya adalah tingginya pertumbuhan populasi, area padat perumahan, pembangunan infrastruktur, dan pengurangan area hijau dan tangkapan air. Bahkan, karena faktor-faktor tersebut, banjir Jakarta beberapa waktu lalu sempat memaksa Bandara Soekarno-Hatta tutup selama empat jam. Ahli Meteorologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Armi Susandi mengatakan penurunan permukaan di kota besar per tahunnya mencapai 0,87 cm. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata naiknya permukaan air laut sebesar 0,5 cm per tahun sampai 2080.
Mengantisipasi banjir tahunan yang makin parah, pemerintah daerah Jakarta menyusun multi strategi termasuk melakukan pengerukan jaringan kanal yang sudah ada. Selain itu, juga membangun kanal-kanal senilai US$560 juta untuk mencegah Jakarta kebanjiran setiap tahun. "Dalam waktu dua atau tiga tahun ini kami akan mengeruk semua kanal, merevitalisasi kanal, dan membuat kanal-kanal baru," ujar Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.
Langkah pengerukan sungai, sesuai yang direncanakan, akan dapat mengurangi area banjir di Jakarta hingga 70%. Namun, daerah utara Jakarta tetap saja akan terkena dampak banjir."Pengerukan mungkin bisa mengembalikan siklus banjir Jakarta seperti dulu, 25 tahun sekali, tapi tetap harus ada tindakan segera untuk pengelolaan sampah," tegas ahli infrastuktur Bank Dunia Indonesia Risyana Sukarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar