Ternyata kesadaran masyarakat Indonesia akan bahaya kanker serviks (kanker leher rahim) masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan adanya survei mengenai penyakit yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Dari 40 ribu kasus baru kanker serviks di Asia Tenggara, 22 ribu diantaranya meninggal dunia. Menurut data Globocan pada tahun 2002, prevalensi kasus baru kanker seviks sebesar 15.050 dengan angka kematian 7.566.
"Dengan tingginya angka kematian bagi para penderita kanker seviks, menunjukkan masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya kanker jenis ini," ujar Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG (K), spesialis obstetri dan Ginekologi RSCM/FK-UI dalam seminar awam bertajuk 'Saya Pikir Kanker Serviks Tidak Mungkin Saya Derita' beberapa waktu lalu di Jakarta.
Dokter yang biasa di sapa Ovi ini juga menambahkan perlunya kesadaran masyarakat tentang bahaya penyakit ini, "Kanker serviks tidak hanya berisiko kepada wanita yang suka berganti-ganti pasangan, tapi ibu rumah tangga yang selalu berada dirumah pun juga memiliki risiko yang sama," ujar Ovi.
Menurut data dari WHO, setiap tahun di seluruh dunia sebanyak 490 ribu perempuan didiagnosa menderita kanker serviks, 240 ribu diantaranya meninggal dunia dengan prevalensi 80% terjadi di negara Berkembang termasuk Indonesia. "Jumlah yang terdiagnosa saja sudah sebanyak itu, bagaimana dengan yang tidak terdiagnosa," kata Ovi.
Penyebab Kanker serviks adalah HPV. Ada sekitar 100 tipe HPV, namun hanya sekitar 30 tipe HPV yang mengenai daerah kelamin. HPV tipe-tipe tertentu dapat menyebabkan kenker serviks, sementara sebagian yang lain dapat menyebabkan penyakit HPV lainnya seperti kutil kelamin (genital wartz). HPV yang dapat mengakibatkan kanker serviks adalah HPV tipe 6, 11, 16 & 18.
"HPV sangat mudah menular, ada beberapa kasus yang ditularkan melalui kontak seksual seperti penggunaan handuk atau penggunaan toilet umum," tambah Ovi.
Muncul Tanpa Gejala
Tidak ada tanda atau gejala khusus saat virus ini menginfeksi. Hal inilah yang membuat kebanyakan penderita kanker serviks baru melakukan pemeriksaan setelah dirinya terinfeksi," ujar Ovi. Separuh dari wanita yang didiagnosa menderita kanker serviks berusia 35-55 tahun, namun kebanyakan diantara mereka mungkin terinfeksi saat usia mereka masih muda.
"Karena perjalanan HPV sampai ia menyebabkan kanker serviks cukup panjang, yakni sekitar 20 tahun. Jadi, bila ia terdiagnosa kanker pada usia 35 tahun, bisa jadi ia HPV sudah hinggap ditubuhnya ketika ia berusia 15 tahun," kata Ovi.
Pencegahan Primer dan Sekunder
Agar wanita terhindar dari kanker serviks, perlu dilakukan pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer sendiri dapat dilakukan dengan cara mencegah seseorang terkena penyakit tertentu, seperti dengan edukasi atau pendidikan mengenai penyakit ini.
Selain itu, pencegahan melalui vaksin juga sangat direkomendasikan. Pencegahan dengan metode vaksin dinilai cukup efektif, tingkat keberhasilan pencegahan HPV dengan vaksin bisa mencapai 98%. "Semua wanita bisa divaksin, mulai dari anak usia 9 - 26 tahun," kata Ovi.
Namun yang masih jadi kendala adalah mahalnya harga vaksin HPV, yakni sekitar Rp 4-5 juta untuk tiga kali suntikan vaksin. "Bagaimanapun juga, mencegah lebih murah dari pada mengobati," tambah Ovi.
Sedangkan untuk pencegahan sekunder, yakni tindakan yang dilakukan untuk mendeteksi secara dini sehingga dapat memperlambat atau menghentikan suatu penyakit pada tahap dini.
"Contohnya dengan pemeriksaan pap smear, atau Invektion Visual Asetat (IVA)," tambah Ovi. Untuk pap smear maupun IVA biayanya murah dan dapat dijangkau. Pemeriksaan dengan pap smear maupun IVA dapat dilakukan paling tidak satu tahun sekali secara teratur baik.
"Baik vaksin dan pap smear maupun IVA dapat dilakukan di rumah sakit atau puskesmas dengan dokter kandungan atau bidan-bidan terlatih," kata Ovi.
"Dengan tingginya angka kematian bagi para penderita kanker seviks, menunjukkan masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya kanker jenis ini," ujar Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG (K), spesialis obstetri dan Ginekologi RSCM/FK-UI dalam seminar awam bertajuk 'Saya Pikir Kanker Serviks Tidak Mungkin Saya Derita' beberapa waktu lalu di Jakarta.
Dokter yang biasa di sapa Ovi ini juga menambahkan perlunya kesadaran masyarakat tentang bahaya penyakit ini, "Kanker serviks tidak hanya berisiko kepada wanita yang suka berganti-ganti pasangan, tapi ibu rumah tangga yang selalu berada dirumah pun juga memiliki risiko yang sama," ujar Ovi.
Menurut data dari WHO, setiap tahun di seluruh dunia sebanyak 490 ribu perempuan didiagnosa menderita kanker serviks, 240 ribu diantaranya meninggal dunia dengan prevalensi 80% terjadi di negara Berkembang termasuk Indonesia. "Jumlah yang terdiagnosa saja sudah sebanyak itu, bagaimana dengan yang tidak terdiagnosa," kata Ovi.
Penyebab Kanker serviks adalah HPV. Ada sekitar 100 tipe HPV, namun hanya sekitar 30 tipe HPV yang mengenai daerah kelamin. HPV tipe-tipe tertentu dapat menyebabkan kenker serviks, sementara sebagian yang lain dapat menyebabkan penyakit HPV lainnya seperti kutil kelamin (genital wartz). HPV yang dapat mengakibatkan kanker serviks adalah HPV tipe 6, 11, 16 & 18.
"HPV sangat mudah menular, ada beberapa kasus yang ditularkan melalui kontak seksual seperti penggunaan handuk atau penggunaan toilet umum," tambah Ovi.
Muncul Tanpa Gejala
Tidak ada tanda atau gejala khusus saat virus ini menginfeksi. Hal inilah yang membuat kebanyakan penderita kanker serviks baru melakukan pemeriksaan setelah dirinya terinfeksi," ujar Ovi. Separuh dari wanita yang didiagnosa menderita kanker serviks berusia 35-55 tahun, namun kebanyakan diantara mereka mungkin terinfeksi saat usia mereka masih muda.
"Karena perjalanan HPV sampai ia menyebabkan kanker serviks cukup panjang, yakni sekitar 20 tahun. Jadi, bila ia terdiagnosa kanker pada usia 35 tahun, bisa jadi ia HPV sudah hinggap ditubuhnya ketika ia berusia 15 tahun," kata Ovi.
Pencegahan Primer dan Sekunder
Agar wanita terhindar dari kanker serviks, perlu dilakukan pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer sendiri dapat dilakukan dengan cara mencegah seseorang terkena penyakit tertentu, seperti dengan edukasi atau pendidikan mengenai penyakit ini.
Selain itu, pencegahan melalui vaksin juga sangat direkomendasikan. Pencegahan dengan metode vaksin dinilai cukup efektif, tingkat keberhasilan pencegahan HPV dengan vaksin bisa mencapai 98%. "Semua wanita bisa divaksin, mulai dari anak usia 9 - 26 tahun," kata Ovi.
Namun yang masih jadi kendala adalah mahalnya harga vaksin HPV, yakni sekitar Rp 4-5 juta untuk tiga kali suntikan vaksin. "Bagaimanapun juga, mencegah lebih murah dari pada mengobati," tambah Ovi.
Sedangkan untuk pencegahan sekunder, yakni tindakan yang dilakukan untuk mendeteksi secara dini sehingga dapat memperlambat atau menghentikan suatu penyakit pada tahap dini.
"Contohnya dengan pemeriksaan pap smear, atau Invektion Visual Asetat (IVA)," tambah Ovi. Untuk pap smear maupun IVA biayanya murah dan dapat dijangkau. Pemeriksaan dengan pap smear maupun IVA dapat dilakukan paling tidak satu tahun sekali secara teratur baik.
"Baik vaksin dan pap smear maupun IVA dapat dilakukan di rumah sakit atau puskesmas dengan dokter kandungan atau bidan-bidan terlatih," kata Ovi.
1 komentar:
Assalammu'alaikum wr wb, saya rayi di medan, dimana ya kami bisa imunisasi kanker serviks dini,,, selain harus ke luar negeri? terimakasih bu'.
Posting Komentar