Muhammadiyah lahir, tumbuh, dan berkembang menjadi sebesar sekarang ini tidak lain karena sikap istiqamah dalam mengukuhkan jatidirinya selaku gerakan Islam yang berkiprah di lahan dakwah dan tajdid, serta tidak berpolitik-praktis. Dalam menjaga eksistensi Muhammadiyah yang penuh mozaik, laksana mutiara sejarah itu sungguh betapa penting dan berperan optimal kekokohan dan wibawa para pimpinan Muhammadiyah. Para elite Muhammadiyah itu dengan konsisten tetap berdiri di atas prinsip, keyakinan, kepribadian, khittah, dan kebijakan Muhammadiyah di tengah berbagai arus zaman.
Pasang-surut sempat terjadi dalam babakan sejarah tertentu seperti di era keterlibatan dalam Masyumi dan Parmusi, juga pada awal babak reformasi. Namun, secara umum Muhammadiyah tetap berdiri tegak di atas jatidirinya sebagai gerakan dakwah dan tajdid yang berkpirah dalam ranah kemasyarakatan, dan tidak tergoda masuk ke ranah perjuangan politik-kekuasaan yang menjadi lahan partai politik. Namun demikian, Muhammadiyah tetap berperan aktif dalam peran-peran kebangsaan sesuai dengan misi dakwah al-amr bi al-ma’ruf wa al-nahy ‘an al-munkar.
Karakter yang menonjol dari para elite atau tokoh Muhammadiyah dalam menjaga dan mengembangkan gerakan yang membuahkan kebesaran Muhammadiyah tersebut ialah watak atau sifat keterpercayaan di hadapan publik. Masyarakat luas termasuk para pejabat publik di berbagai lini pemerintahan di setiap rezim kekuasaan menaruh kepercayaan pada Muhammadiyah, selain pada karakter dan karya gerakan Islam ini yang tetap istiqamah di jalur dakwah, juga karena para elite atau tokoh Muhammadiyah yang terpercaya. Para elite atau tokoh Muhammadiyah dari Pusat hingga Ranting pada umumnya memiliki sifat-sifat al-amin atau amanah, istiqamah, dan diterima masyarakat.
Di balik kesahajaan para tokoh atau elite Muhammadiyah tersimpan sifat-sifat otentik seperti jujur, dapat dipercaya, dan konsisten antara lisan dan tindakan. Dengan sosok kesahajaan yang terpercaya itulah, maka secara langsung maupun tidak langsung terbangun wibawa para tokoh dan elite Muhammadiyah di mata publik, yang sangat mahal harganya melebihi popularitas dan apa pun yang sifatnya atribut dan simbol lahiriah. Kita dapat menyebut tokoh-tokoh lama Kiai Haji Ahmad Dahlan, Kiai Ibrahim, Kiai Mas Mansur, Ki Bagus Hadikusuma, Buya AR Sutan Mansur, Kiai Badawi, Kiai Haji AR Fakhruddin, dan lain-lain untuk menyebut beberapa nama. Begitu juga dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah di berbagai wilayah/daerah di seluruh tanah air.
Wibawa Muhammadiyah dan tokoh-tokohnya tumbuh dan terbangun melalui proses yang alamiah, yang melekat dalam konsistensi atau sikap istiqamah. Bagaimana hadir dalam kewajaran dan kesungguhan menyebarkan dan memancarkan nilai-nilai kebaikan yang menyatu dalam misi risalah Islam yang diemban di tengah-tengah masyarakat. Bagaimana selalu menjadi obor peneguh dan penerang kehidupan, seberapa pun kelihatan kecil dan tampak sederhana untuk membawa masyarakat atau bangsa pada nilai-nilai kebaikan ke-Islaman. Bagaimana senantiasa menyebarluaskan amalan-amalan Islam yang membawa pada kemurnian sekaligus kemajuan ber-Islam sesuai dengan perkembangan kondisi masyarakat.
Bagaimana membangun relasi dengan siapa pun berdasarkan prinsip kepercayaan dan semata-mata untuk membangun nilai-nilai kebaikan sesuai dengan misi dakwah Muhammadiyah. Sekali Muhammadiyah dan para pemimpinnya menancapkan kepercayaan yang otentik di hadapan masyarakat luas, maka ketika itu pula wibawa Muhammadiyah terbentuk dan menjadi jaminan yang berharga di mahkamah publik.
Mari kita pelihara dan bangun wibawa Muhammadiyah yang otentik dan berharga laksana mutiara, insya Allah gerakan Islam ini akan tetap kokoh di negeri tercinta ini.l HNs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar