Selasa, 07 April 2009

BERAT BADAN BAYI CEPAT NAIK ? AWASI OBESITAS

JAKARTA -Bayi cepat gemuk belum tentu sehat. Bahkan para orang tua mesti waspada. Para bayi yang memiliki peningkatan berat badan cepat selama masa enam bulan pertama setelah kelahiran sangat rentan menjadi obesitas ketika masuk masa balita, demikian menurut laporan sebuah penelitian Havard.

"Kami perlu memulai metode pencegahan ketika anak-anak masih berusia sangat muda," ujar penulis penelitian Dr Elsie M Taveras. "Bahkan dalam beberapa minggu setelah kelahiran, kami bisa memberi panduan kepada orang tua untuk mencegah peningkatan berat badan dengan capat pada bayi-bayi mereka," imbuhnya

Dalam penelitian serupa terdahulu, telah ditemukan kaitan antara bobot bayi saat lahir dengan obesitas, namun pengaruh faktor lain seperti durasi kehamilan, tinggi ibu dan gaya hidup ibu sering kali tak dipertimbangkan.


Para peneliti Havard melacak 559 anak yang menjadi partisipan Project Viva, sebuah studi berjalan terhadap para wanita hamil dan anak-anak mereka. Para bayi yang lahir kemudian diukur berat dan tinggi mereka, kemudian pengukuran dilakukan lagi pada saat bayi berusia 6 bulan, dan lagi pada saat 3 tahun.

Setelah mengikutkan faktor-faktor lain seperti panjang tubuh bayi, para peneliti menemukan jika para bayi yang memiliki indeks masa tubuh meningkat saat enam bulan pertama cenderung mengalami atau bahkan sudah dapat diklasifikasikan obesitas saat usia 3 tahun mendatang.

"Saat ini, sebagian besar panduan seputar penanganan obesitas menganjurkan kita memulai pemeriksaan dan perawatan terhadap anak-anak ketika mereka masuk usia 2 tahun," ujar Elsie. "Namun dengan penemuan itu pencegahan dan perawatan pun sebaiknya dilakukan seawal mungkin," imbuhnya.

Menurut Institut Kesehatan Nasional, AS, sekitar sepertiga orang dewasa di Pamn Sam dikategorikan obese. Sepuluh hingga lima puluh persen orang-orang obese cenderung meninggal dengan semua penyebab masalah kesehatan. Pada 2000, epidemik obesitas menelan biaya sistem kesehatan AS hingga 117 milyar dolar AS.

"Kunci indikasi untuk penelitian ini adalah pentingnya pendidikan lebih baik tentang asupan bayi," ujar Connie Diekman, direktur Bidang Nutrisi, di Universitas Washington, St. Louis. "Karena studi tidak memeriksa makanan apa yang diberikan kepada bayi setelah masa menyusui, sulit untuk mengetahui jika pemberian asupan berlebih menjadi penyebab," kata Connie.

Agar tepat sasaran, bisa jadi hanya diperlukan perubahan kecil sederhana. Di jerman, sebuah air mancur ditempatkan di 32 sekolah yang terletak di kawasan miskin dua kota Jerman. Para guru kemudian mempresentasikan empat pengajaran terhadap anak-anak kelas dan kelas.

Studi menemukan, para siswa yang mendatangi sekolah tersebut, sekitar 31 persen memiliki resiko obesitas lebih kecil ketimbang murid yang bersekolah di tempat yang tak mengajarkan perihal air tadi.

Kedua studi di atas diterbitkan dalam jurnal Pediatrik terbitan April tahun ini.

"Para periset sendiri menyatakan bahwa kita membutuhkan penelitian tentang perawatan dan hubungan atau ikatan bayi, karena studi lain telah menunjukkan ikatan yang minim selama saat memberi makan, bayi akan langsung mengubah apa yang yang mereka makan," ujar Connie.

"Sebagai tambahan pula, temuan meragukan perlu disingkirkan dan studi mesti diulang lagi untuk melihat apakah penambahan berat badan berlebih saat hamil juga menjadi faktor," imbuh Connie.

"Penelitian kami memang memancing banyak pertanyaan baru, mengapa peningkatan cepat berat badan bayi bisa menyebabkan obesitas di kemudian hari," ujar Elsie. "Oleh karena itu kami membutuhkan riset lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor yang menjelaskan kaitan tersebut," katanya./healthday/itz