Jumat, 10 April 2009

BROKOLI DAPAT MENJADI PENANGKAL KANKER


JAKARTA-- Konsumsi 2,5 ons brokoli dapat mengurangi risiko dari gangguan dalam perut dan kemungkinan kanker dalam perut, berdasarkan uji coba di Jepang.

Pada penelitian, risiko kanker lambung merupakan salah satu jenis kanker ganas berhasil ditekan dengan pola makan yang mengandung brokoli. Termasuk juga kanker pada kerongkongan, saluran kemih, kulit dan paru-paru.

"Kami harus hati-hati mengenai antusiasme dari pernyataan dari penelitian yang kamilakukan," ujar peneliti dari John Hopkins School of Medicine, Jed W. Fahey yang memimpin studi awal yang kemudian dilanjutkan di Jepang.

"Studi ini merupakan ujicoba yang kecil. Namun semua bukti menunjukkan brokoli atau tunas brokoli dapat mencegah kanker pada manusia," terangnya.


Fahey mengatakan, kandungan zat kimia dalam brokoli yang mendukung perlindungan tubuh terutama terhadap bagian perut yaitu sulforaphone.

Kelompok peneliti yang dipimpinnya pertama kali menggambarkan hal tersebut sebagai antibiotik yang kuat melawan helicobacter pylori pada tahun 2002.

Penelitian di Jepang dalam Cancer Prevention Research melaporkan studi tersebut didesain untuk membuktikan apakah mengonsumsi brokoli yang kaya akan kandungan sulforaphane dalam menunrunkkan kadar bakteri H.pylori sebagai bakteri yang sering dihubungkan dengan risiko dari gangguan perut dan kanker lambung.

Peneltiian yang dilakukan di Jepang karena infeksi dari H.pylori tergolong tinggi. Sekitar 25-30 persen dari warga Amerika Serikat terinfeksi.

"Di Jepang, infeksi mencapai tingkat 90% karena kepadatan penduduk dan kondisi ekonomi yang rendah," ujar Fahey sambil menambahkan, bakteri tersebut dapat ditularkan melalui kontak tubuh.

Studi tersebut dilakukan terhadap 48 orang yang terinfeksi. Setengah dari mereka mengonsumsi tunas alfalfa, yang tidak mengandung sulforaphane.

Setelah delapan minggu, tes menunjukkan tingkat yang lebih rendah infeksi h.pylori dari yang mengonsumsi tunas brokoli, sementara yang mengonsumsi tunas alfalfa tidak mengalami perubahan sama sekali.

"H.pylori dikenal sebagai karsinogen. Fakta yang menunjukkan kami dapat mengurangi efek dari infeksi yang juga merupakan karsinogen memberikan harapan jika seseorang memakan tunas brokoli atau brokoli secara teratur dapat mengurangi tingkat H.pylori dan setelah beberapa tahun akan menurunkan risiko untuk mengalami kanker. Hal itu sulit dibuktikan, namun hasilnya sangat disarankan," tutur Fahey.

Brokoli dan tunasnys sama-sama penting. Demikian dikatakan Dr. Steven H.Zeisel, direktur Nutrition Research Institute di University of North Carolina.

"Secara khusus, tunas yang tumbuh sebelum brokoli memiliki kandungan sulforaphane yang sangat tinggi," terang Zeisel.

Manfaatnya hanya dapat diperoleh ketika brokoli atau tunasnya direndam, kemudian di kunyah. Hanya dengan memisahkan bagian-bagiannya, maka kandungan kimianya akan terbentuk.

Sulforephane kemudian dapat mendukung hati untuk memproduksi enzim yang penting untuk mencegah kanker,tegas Zeisel.

"Orang yang mengonsumsi brokoli lebih banyak, mampu memaksimalisasi fungsi hati dan bagian sel lain untuk menghancurkan sel kanker," ujarnya. Bawang putih memiliki efek yang hampir sama.

Dengan meningkatkan kedua jenis makanan tersebut dalam makanan sehari-hari, yaitu brokoli dan tunasnya, dapat memproduksi kandungan kimia bioaktif yang bermanfaat.

Hal itu merupakan saran yang baik, namun Fahey menuturkan, sebagian orang akan mengambil jalan pintas dengan mengonsumsi pil sulforaphane dibandingkan memakan produk yang baik untuk mereka.

"Saya menyimpulkan, kita tidak dapat meminta seseorang untuk mengganti pola makannya secara drastis. Sebuah pil lebih baik dibandingkan tidak sala sekali. Namun bukan berarti saya menyanrankan atau memprosmosikan konsumsi pil dengan kandungan sulforaphane," tegasnya.

Hanya dua hingga tinga ons per hari, brokoli yang sudah dimasak mampu melindungi tubuh. (healthday/rin)