Sebanyak 1.500 warga dilaporkan terluka dalam musibah ini, dan 50.000 kehilangan rumah.
Lima anak dilaporkan meninggal dunia dan banyak lagi warga yang nasibnya belum dipastikan sementara pencarian besar-besaran untuk menemukan warga yang terjebak di puing-puing bangunan berlanjut.
Gempa berkekuatan 6,3 itu mengguncang Senin dini hari, sekitar pukul 03.30 (08.30 WIB).
Pusat gempa itu berada di dekat kota abad pertengahan, L’Aquila, sekitar 95km arah timur laut kota Roma.
Setidaknya 19 suster asal Indonesia bekerja di kota yang dilanda gempa tersebut.
Duta besar Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan, Suprapto Marto Sutomo memastikan warga Indonesia yang tinggal di kota itu selamat.
Silvester Payak, atase di kantor kedutaan Indonesia di Vatikan menjelaskan tiga suster tersebut meloncat dari rumah mereka begitu getaran pertama terasa.
Sebagian besar suster-suster tersebut saat ini berada di tenda-tenda penampungan.
Seorang pejabat perlindungan sipil mengatakan, antara 3.000 hingga 10.000 bangunan di kota abad pertengahan itu mungkin rusak. Dan, sekitar 50.000 warga dikhawatirkan kehilangan tempat tinggal. Bangunan-bangunan kuno yang berumur ratusan tahun ikut hancur.
Sebuah hostel untuk pelajar ambruk dan para penolong sedang menggali reruntuhan, tempat para korban diduga terperangkap.
Keadaan darurat
Komisaris Palang Merah Italia, Fransesco Rocha mengatakan ia memprihatinkan fasilitas kesehatan di kota itu.
Para pejabat setempat mengatakan ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan mereka memperkirakan jumlah yang tewas akan meningkat.
Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi telah menerapkan keadaan darurat dan membatalkan lawatannya ke ibukota Rusia, Moskow.
Juru bicara badan perlindungan sipil, Agostino Miozzo, menggambarkan suasana panik di kawasan bencana di L’Aquila.
“Upaya pencarian masih berlangsung untuk menemukan orang yang tertimpa reruntuhan,” kata Miozzo.
Petugas pemadam kebakaran dan relawan yang datang dari seluruh Italia dikerahkan untuk memberikan pertolongan dan menyalurkan bantuan.
“Bantuan kami berikan tidak hanya di kota L’Aquila tetapi juga di desa-desa kecil yang juga terkena bencana,” katanya.
Panik
Gempa bumi terjadi beberapa jam setelah guncang berkekuatan 4,6 melanda kawasan yang sama, tapi tidak ada laporan terjadi kerusakan.
Ribuan dari sekitar 70.000 penduduk kota berlarian ke jalan dalam kepanikan menyusul guncangan gempa bumi yang berlangsung kurang lebih 30 detik.
Korban selamat menggambarkan bagaimana mereka mendapati diri mereka tiba-tiba melihat ke jalan terbuka, sebab dinding bangunan yang tempat mereka berada tiba-tiba runtuh.
Sebuah asrama mahasiswa dilaporkan termasuk bangunan yang rusak berat. Para penolong dilaporkan mencari puing-puing untuk menemukan orang yang dikhawatirkan terjebak di bawah.
“Kami berhasil keluar dengan mahasiswa lain, tapi kami harus menyusup melalui lubang di tangga, sebab seluruh lantai runtuh,” tutur Luigi Alfonsi, 22 tahun.
“Saya di ranjang – [kejadian] itu seperti tidak akan pernah berakhir, sebab saya mendengar bagian-bagian gedung ambruk di sekeliling saya,” katanya.
Para wartawan mengatakan, L’Aquila, ibukota kawasan bergunung-gunung Abruzzo, memiliki banyak bangunan tua yang tidak dirancang untuk menahan getaran gempa kuat.
Bahkan, beberapa banguan modern di pinggiran kota dilaporkan ambruk.
Getaran gempa bumi juga dirasakan di Roma.
Italia berada di dua garis patahan bumi. Negara Eropa ini pernah diguncang gempa dahsyat di masa lalu, khususnya di belahan selatan.
Media Komunikasi -- berita dan kebijakan persyarikatan -- Guna Meningkatkan Syiar Organisasi
Selasa, 07 April 2009
KORBAN GEMPA BUMI ITALIA CAPAI 150 ORANG, 19 SUSTER INDONESIA SELAMAT
Label:
Info Lingkungan