Selasa, 07 April 2009

HARI KESEHATAN SEDUNIA: BENAHI SISTEM PENANGANAN BENCANA


Organisasi Kesehatan Dunia menyerukan kepada negara-negara di seluruh dunia untuk membangun rumah sakit-rumah sakit yang bisa menangani bencana alam dan bencana lainnya.

Hal ini diungkap Direktur Regional WHO Wilayah Pasifik Barat Shin Young-soo, Senin (6/4) di Manila, Filipina, sebagaimana dikutip kantor berita AFP, pada peringatan Hari Kesehatan Sedunia terkait masalah bencana alam dan bencana akibat ulah manusia di seluruh dunia.

”Saat bencana dan situasi darurat, fasilitas-fasilitas kesehatan sangat diperlukan untuk menyelamatkan jiwa para korban,” katanya. Karena itu, fasilitas-fasilitas kesehatan harus ditata dengan baik, dengan fasilitas memadai dan tenaga kesehatan yang terlatih dalam menangani kegawatdaruratan.

Beberapa negara di dunia kerap mengalami bencana alam, badai, letusan gunung berapi, dan gempa bumi. Akhir tahun lalu, gempa bumi di China menghancurkan dan merusak lebih dari separuh wilayah Provinsi Sichuan. Rumah sakit-rumah sakit di provinsi itu harus melayani puluhan ribu korban.

Akhir tahun lalu, angin puyuh menghancurkan 89 rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Filipina, dan tahun 2007 tsunami menghancurkan banyak rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Pulau Solomon.

”Hasil riset menunjukkan, kerusakan pada fasilitas kesehatan meningkatkan biaya kesehatan tahunan pemerintah hingga 60 persen,” ujar Shin.

Karena itu, pembangunan fasilitas kesehatan yang aman juga berarti menghemat biaya kesehatan. ”Pemerintah dan pengelola rumah sakit harus memastikan bahwa rumah sakit dibangun di lokasi yang aman dari bencana, desain dan konstruksi bangunan yang bagus, dan ditangani tenaga kesehatan terlatih,” katanya.


Standar

Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Adib Yahya menyatakan, kesiapan jajaran rumah sakit di semua provinsi di Tanah Air sangat diperlukan dalam penanggulangan bencana, apalagi Indonesia termasuk negara rawan bencana.

”Tiap ada bencana, rumah sakit memegang peranan penting dalam penanganan kesehatan para korban. Sebab, banyak korban bencana yang terluka, patah tulang, dan penyakit infeksi lain pascabencana,” kata Adib.

Sejauh ini, rumah sakit merupakan subsistem dalam penanggulangan bencana secara keseluruhan. ”Karena itu, sistem penanganan bencana juga perlu dibenahi secara keseluruhan, tak terbatas pada kesiapan rumah sakit,” katanya menegaskan.

Namun, sampai saat ini baru 10 persen dari sekitar 1.200 rumah sakit yang memiliki manajemen penanganan bencana yang baik.

”Beberapa rumah sakit sudah ada manajemen penanggulangan bencana, tetapi sebagian besar belum memiliki manajemen yang baik. Ini disebabkan tidak ada standar dari pemerintah mengenai prosedur penanganan bencana,” ujarnya.

Sistem penanganan bencana secara keseluruhan sudah mulai sejak kejadian, siapa yang bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan di lapangan, tim evakuasi korban, dan rumah sakit mana saja yang siap menampung para korban bencana.

Dengan manajemen penanganan bencana yang baik, para korban yang butuh penanganan bisa dirujuk ke beberapa rumah sakit. Tujuannya agar rumah sakit tidak kewalahan melayani para korban bencana. Bila terlalu banyak pasien, kualitas pelayanan dikhawatirkan akan menurun sehingga malah merugikan pasien.

Sebelum bencana

Dalam menangani bencana dan situasi kegawatdaruratan lainnya, rumah sakit harus disiapkan sejak sebelum ada bencana. ”Yang harus disiapkan antara lain mekanisme penanganan pasien, bagaimana menggerakkan para dokter dan perawat, sistem logistik obat-obatan dan keamanan,” ujarnya.

Rumah sakit harus siap menghadapi lonjakan jumlah pasien melebihi kapasitas yang ada. Sebagai contoh, bila rumah sakit yang berkapasitas 200 tempat tidur harus melayani 250 pasien, rumah sakit bersangkutan bisa menambah kapasitas dengan memanfaatkan ruang aula. Ruang darurat itu harus dilengkapi tempat mengganti infus dan ketersediaan obat-obatan.

Untuk mengantisipasi bencana, saat ini Persi bekerja sama dengan Ikatan Ahli Bedah Indonesia dan Departemen Kesehatan tengah mengadakan pelatihan manajemen penanggulangan bencana di berbagai daerah. ”Kami berkeliling ke semua daerah. Tentunya ini butuh waktu hingga semua rumah sakit punya pola sama,” kata Adib.

Selain itu, Departemen Kesehatan kini tengah menyusun buku panduan mengenai kesiapsiagaan rumah sakit-rumah sakit di semua provinsi dalam menghadapi bencana. Dengan adanya panduan itu, pola penanganan bencana yang dilakukan tiap rumah sakit diharapkan sesuai standar nasional. (EVY/KPS)