Selasa, 28 April 2009

MASJID SEBAGAI PUSAT GERAKAN


Saya sering kali menyebut masjid adalah bukan hanya semata-mata sebagai tempat untuk beribadah umat, melainkan juga sebagai pusat kebudayaan. Tetapi, saya lebih menekankan lagi, bahwa masjid sesungguhnya harus difungsikan dan diperuntukkan untuk semua gerakan dan kegiatan hajat manusia.

Semasa kepemimpinan Nabi Muhammad saw, sebagai pimpinan gerakan Islam dan sekaligus pimpinan umat, menjadikan masjid sebagai tempat pemersatu umat Islam dari beberapa suku dan golongan. Bahkan, menjadi pusat musyawarah untuk mencapai kompromi berbagai persoalan ekonomi, keluarga dll.
Sehingga tidak ayal lagi, segala perselisihan dan perbedaan umat dapat diselesaikan dalam musyawarah kesepakatan yang dilangsungkan di masjid.

Masjid keberadaannya bagi Muhammadiyah hendaknya menjadi pusat gerakan dakwah. Oleh karena itu, Persyarikatan Muhammadiyah selalu menganjurkan kepada seluruh anggotanya untuk mengembalikan masjid menjadi pusat untuk menggerakkan dakwah.

Di tingkat Pimpinan Ranting dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah harus ada pusat-pusat dakwah yang menyatu dengan masjid dan gedung perkantoran.

Kenyataannya, yang terjadi sekarang ini, masjid-masjid yang ada belum digunakan sebagaimana mestinya. Masih sebatas untuk penggunaan peribadatan, pintu masjid ditutup jika usai shalat Isa’.

Mestinya, masjid terbuka untuk seluruh kegiatan musyawarah, kegiatan perekonomian, kebudayaan, kesenian, bahkan untuk mengatasi persoalan-persoalan dengan sebuah pertemuan musyawarah.


Kita mengetahui, Muhammmadiyah saat ini sedang berada di tengah-tengah krisis global dan keuangan global yang menghimpit kesulitan seluruh umat bangsa-bangsa di dunia. Kita tidak bisa mengelak lagi, Muhammadiyah jangan turut serta berputus harapan dan kecil hati. Muhammadiyah harus tampil sebagai pemecah masalah dan bagian dari energi kebangkitan untuk mencapai semangat baru dengan penuh kegairahan untuk terus berjuang.
Sebagian besar umat menaruh harapan kepada Muhammadiyah dalam memecahkan masalah dan mengatasi persoalan yang terjadi. Karena itu, Muhammadiyah harus dapat memberikan jawaban dan solusi terbaik.

Muhammadiyah terlahir sebagai sebuah gerakan penyelesai masalah dan solusi-solusi baru dari persoalan umat. Muhammadiyah tidak perlu kehilangan kepercayaan diri. Muhammadiyah sudah teruji dan memiliki kematangan dalam menghadapi masalah-masalah berat. Bahkan terkenal karena hal ini, umat lain justru terkena ‘sindrom tidak mau bersaing’ dengan Muhammadiyah. Dengan kondisi yang seperti itu, Muhammadiyah jangan sampai justru menjadi pihak yang tidak mau bersaing dengan umat-umat lain yang sudah lebih dulu maju.

Saya mengajak kepada umat untuk kembali membangkitkan kembali semangat dan kegairahan dalam berjuang. Jika mereka dapat maju, kita harus maju, jika mereka mampu bertahan kita harus melebihi dan jika mereka punya gairah kita harus lebih bersemangat.

Muhammadiyah yang hampir mencapai usia satu abad, tidak pernah mengeluh dalam mengembangkan masyarakat dan umat. Muhammadiyah satu abad adalah sebuah lembaran baru untuk melahirkan semangat baru bertajdid jilid kedua. Muhammadiyah kembali kepada bentuk identitas kelahirannya dulu. Semoga dalam perjalanan barunya nanti tidak ada lagi masalah yang menjadi kendala untuk memecahkan persoalan-persoalan umat.•(Oleh : Din Syasuddin - Ketua PP Muhammadiyah/SM)