Yogyakarta- K.H Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah, membahas surat al-maun secara berulang-ulang sebanyak 13 kali. Sampai akhirnya salah satu muridnya komplain. “Apakah al-quran itu isinya hanya surat al maun saja?” dengan arif Ahmad Dahlan menjawab dengan balik bertanya. “Apakah engkau sudah hafal isi surat tersebut?” sang murid menjawab “ya.”” Apakah engkau sudah paham makna yang terkandung di dalamnya?” Ia menjawab lagi “ya.” Kemudian Ahmad dahlan bertanya untuk terakhir kalinya, “Apakah engkau sudah mengamalkannya?” sang murid pun tidak bisa berkata apa-apa.
Surat Al-maun adalah salah satu dari sekian banyak surat dalam al-quran yang membahas tentang anak yatim, terang Ustadz Arif Hartanto dalam buka bersama yang diadakan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FE UMY) Selasa, (16/09/2008). Buka bersama dosen/karyawan FE UMY tersebut dalam rangka berbagi kebahagiaan bersama anak yatim dari Panti Asuhan Yatim Putra Al-Islam.
Surat tersebut terang Hartanto memiliki perhatian yang mendalam terhadap kehidupan anak yatim. “Hari ini kita bersama dengan adik-adik yang punya cita-cita besar serta impian-impian yang besar pula, namun Allah berkehendak lain terhadap mereka. Kehidupan mereka tidak sebahagia kita. Mereka tidak mendapatkan ketersediaan seperti yang kita miliki. Ketika kita ingin bersekolah, kita tinggal minta kepada orang tua. Ketika kita ingin menuntun ilmu di perguruan tinggi, uang tinggal dikirim. Tapi mereka tidak. Tugas kitalah sebagai muslim yang punya harta lebih untuk memperhatikan mereka.” Tegas dia.
Selain surat al maun Allah juga lebih menegaskan tentang keberadaan anak yatim dalam surat al fajr ayat 15 dan 16. Allah menegaskan bagaimana persepsi manusia terhadap kebaikan diri mereka. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku.” Menurut Hartanto, manusia di dalam ayat ini bisa digantikan dengan institusi atau lembaga. Universitas atau fakultas misalkan. Ketika sebuah universitas mendapatkan mahasiswa yang banyak, fisik yang semakin bagus, para stakeholder mengatakan bahwa Allah sedang memuliakan universitas tersebut. Namun sebaliknya, ketika diuji dengan mahasiswa yang menurun tiap tahun, prestasi yang merosot dimata masyarakat, mereka menganggap bahwa Allah sedang menghinakan universitas tersebut.
“Baik dan buruk berpatokan terhadap rizki. Inilah yang menyebabkan banyaknya terjadi kekacauan dalam kehidupan manusia. Ketika patokan kebaikan sudah berubah pada banyaknya rizki yang diterima, akreditas yang didapatkan, kemegahan gedung yang dimiliki, Allah dalam ayat selanjutnya membantah dengan tegas. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, Namun yang dikatakan kebaikan itu adalah bagaimana manusia mengayomi anak yatim.” jelas Hartanto
Surat Al-maun adalah salah satu dari sekian banyak surat dalam al-quran yang membahas tentang anak yatim, terang Ustadz Arif Hartanto dalam buka bersama yang diadakan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FE UMY) Selasa, (16/09/2008). Buka bersama dosen/karyawan FE UMY tersebut dalam rangka berbagi kebahagiaan bersama anak yatim dari Panti Asuhan Yatim Putra Al-Islam.
Surat tersebut terang Hartanto memiliki perhatian yang mendalam terhadap kehidupan anak yatim. “Hari ini kita bersama dengan adik-adik yang punya cita-cita besar serta impian-impian yang besar pula, namun Allah berkehendak lain terhadap mereka. Kehidupan mereka tidak sebahagia kita. Mereka tidak mendapatkan ketersediaan seperti yang kita miliki. Ketika kita ingin bersekolah, kita tinggal minta kepada orang tua. Ketika kita ingin menuntun ilmu di perguruan tinggi, uang tinggal dikirim. Tapi mereka tidak. Tugas kitalah sebagai muslim yang punya harta lebih untuk memperhatikan mereka.” Tegas dia.
Selain surat al maun Allah juga lebih menegaskan tentang keberadaan anak yatim dalam surat al fajr ayat 15 dan 16. Allah menegaskan bagaimana persepsi manusia terhadap kebaikan diri mereka. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku.” Menurut Hartanto, manusia di dalam ayat ini bisa digantikan dengan institusi atau lembaga. Universitas atau fakultas misalkan. Ketika sebuah universitas mendapatkan mahasiswa yang banyak, fisik yang semakin bagus, para stakeholder mengatakan bahwa Allah sedang memuliakan universitas tersebut. Namun sebaliknya, ketika diuji dengan mahasiswa yang menurun tiap tahun, prestasi yang merosot dimata masyarakat, mereka menganggap bahwa Allah sedang menghinakan universitas tersebut.
“Baik dan buruk berpatokan terhadap rizki. Inilah yang menyebabkan banyaknya terjadi kekacauan dalam kehidupan manusia. Ketika patokan kebaikan sudah berubah pada banyaknya rizki yang diterima, akreditas yang didapatkan, kemegahan gedung yang dimiliki, Allah dalam ayat selanjutnya membantah dengan tegas. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, Namun yang dikatakan kebaikan itu adalah bagaimana manusia mengayomi anak yatim.” jelas Hartanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar