Yogyakarta- Prof. Syafii Ma’arif kembali memprihatinkan gerakan Muhammadiyah yang hanya menjadi gerakan pembantu pemerintah semata. ”Kita sampai sekarang masih melengkapi apa yang dilakukan pemerintah saja, seperti sekolah, rumah sakit,” terang penasehat PP Muhammadiyah tersebut. Menurut Buya Syafii, demikian sosok ini biasa disebut, harusnya Muhammadiyah memberikan alternatif bentuk baru tidak hanya menjadi pembantu pemerintah dan itu hanya bisa dilakukan kalau Muhammadiyah menjadi gerakan ilmu.
Dalam kajian hari terakhir Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah, Ahad (7/09/2008), Buya Syafii menyatakan bahwa kita bisa saja berbangga karena jauh lebih besar dibanding organisasi Islam lain, khususnya dalam hal perkembangan amal usaha. Namun bila dibandingkan dengan cita-cita besar Muhammadiyah, yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, masih belum apa-apa.
Lebih lanjut Buya Syafii menyatakan bahwa lahirnya alternatif untuk mendekatkan pada cita-cita Muhammadiyah itu menurut Buya Syafii harus menggerakkan minat seluruh warga Muhammadiyah untuk mengkaji ilmu. ”Karena itulah kita harus menjadi gerakan ilmu” tekan Buya Syafii.”Jangan habiskan energi kita untuk mengurus pertentangan antar pimpinan atau dalam amal usaha kita. Kita harus mau belajar, termasuk internet,” lanjutnya.
Jangan Paranoid
Buya Syafii mengingatkan bahwa untuk menumbuhkan semangat berilmu, kita jangan cepat munghukum anak muda yang kemudian dianggap liberal atau sekuler. Menurutnya kita tidak perlu takut berbagai wacana yang masuk saat ini, karena memang tidak perlu ditakuti. Penyakit takut ini yang membuat kita gamang. ”Repotnya kita masih tetap ketinggalan, buta huruf masih tinggi di negara Islam, Thaliban melarang perempuan sekolah.” terangnya. ”Jangan takut, andaikata kita gagal membela Al qur’an, Allah pasti akan membelanya,” tegasnya.
Selanjutnya Buya Syafii menceritakan bagaimana Muhammadiyah sejak berdirinya adalah organisasi terbuka. ”Munculnya kepanduan Hisbul Wathan itu adalah akomodasi sistem kepanduan barat oleh Kyai Dahlan” tegasnya.”Karena timur barat itu milik Allah” lanjutnya.” Jangan takut agar ruh kita hidup, otak kita hidup, hati kita hidup dan jantung kita hidup,”terangnya. (arif)
Dalam kajian hari terakhir Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah, Ahad (7/09/2008), Buya Syafii menyatakan bahwa kita bisa saja berbangga karena jauh lebih besar dibanding organisasi Islam lain, khususnya dalam hal perkembangan amal usaha. Namun bila dibandingkan dengan cita-cita besar Muhammadiyah, yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, masih belum apa-apa.
Lebih lanjut Buya Syafii menyatakan bahwa lahirnya alternatif untuk mendekatkan pada cita-cita Muhammadiyah itu menurut Buya Syafii harus menggerakkan minat seluruh warga Muhammadiyah untuk mengkaji ilmu. ”Karena itulah kita harus menjadi gerakan ilmu” tekan Buya Syafii.”Jangan habiskan energi kita untuk mengurus pertentangan antar pimpinan atau dalam amal usaha kita. Kita harus mau belajar, termasuk internet,” lanjutnya.
Jangan Paranoid
Buya Syafii mengingatkan bahwa untuk menumbuhkan semangat berilmu, kita jangan cepat munghukum anak muda yang kemudian dianggap liberal atau sekuler. Menurutnya kita tidak perlu takut berbagai wacana yang masuk saat ini, karena memang tidak perlu ditakuti. Penyakit takut ini yang membuat kita gamang. ”Repotnya kita masih tetap ketinggalan, buta huruf masih tinggi di negara Islam, Thaliban melarang perempuan sekolah.” terangnya. ”Jangan takut, andaikata kita gagal membela Al qur’an, Allah pasti akan membelanya,” tegasnya.
Selanjutnya Buya Syafii menceritakan bagaimana Muhammadiyah sejak berdirinya adalah organisasi terbuka. ”Munculnya kepanduan Hisbul Wathan itu adalah akomodasi sistem kepanduan barat oleh Kyai Dahlan” tegasnya.”Karena timur barat itu milik Allah” lanjutnya.” Jangan takut agar ruh kita hidup, otak kita hidup, hati kita hidup dan jantung kita hidup,”terangnya. (arif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar