Sabtu, 20 September 2008

PMB KHIANATI DIN SYAMSUDDIN

Jakarta – Ironis! Din Syamsudin ternyata bukan pilihan utama kalangan internal Partai Matahari Bangsa (PMB). Tokoh yang lebih digadang-gadang justru Susilo Bambang Yudhoyono. Isyarat bahwa Din hanya jadi bahan bargaining?
Sejak lama, PMB memang mengusung Din Syamsudin, Ketua Umum PP Muhammadiyah, sebagai kandidat calon presidennya. Memang belum ada yang resmi. Tapi, anginnya mengarah seperti itu.
Tapi, arah angin itu bisa saja berbelok tak karuan. Pasalnya, hasil survei membuktikan, Din bukan pilihan utama warga PMB. Hasil survei ini pun belum dilansir secara resmi. Hanya, bocorannya menyebutkan SBY berada di posisi teratas.
"Survei ini memang cukup mengejutkan bagi PMB. Din yang selama ini menjadi ikon PMB takluk dari SBY," kata Ketua Tim Penjaringan, Pencalonan dan Pembekalan Caleg PMB Ma’mun Murod Al-Barbasy di Jakarta, Rabu (17/9).
Menurut Ma’mun, survei ini melibatkan 33 DPD PMB di seluruh Indonesia. Hasilnya, konon SBY menempati rangking pertama, diikuti Din Syamsudin, Amien Rais, Imam Addaruqutni, Hatta Rajasa dan Akbar Tandjung. “Untuk lebih jelasnya, tunggu saja pekan depan,” ucapnya.
Meski hasil survei menunjukkan lain, Ma’mun melihat peluang Din menjadi capres di PMB masih terbuka lebar. Sebab, PMB tetap akan melakukan survei lanjutan pada dua bulan mendatang. Pengurus PMB di tingkat cabang dan ranting akan dilibatkan dalam jajak pendapat kali ini. Sudah tentu, pencalonan Din akan bergantung survei mutahir itu.
Sejauh ini, PMB adalah satu-satunya partai yang terang-terangan mendukung Din menjadi capres. Partai ini sendiri memang dijejali aktivis Muhammadiyah. Bahkan, sebagian besar pengurusnya dibesarkan Din.
Selain utang budi, Din juga secara terbuka pernah menyatakan dukungan politik pada partai yang disebut-sebut sempalan PAN ini. Sikap Din itu pun langsung menuai protes. Salah satu tokoh Muhammadiyah yang mengecam adalah Amien Rais. Mantan Ketua PAN itu menyayangkan ormas Islam terbesar kedua itu diseret ke arena politik.
Dalam perspektif pengamat politik LIPI, Lili Romli, survei internal yang dilakukan PMB cukup objektif. Alasannya, popularitas Din sebagai capres memang masih di bawah SBY, Megawati Soekarnoputri, Wiranto, dan Prabowo. Namun, Lili tidak melihat kendaraan politik Din sudah mulai limbung.
"PMB adalah partai yang diisi oleh kader-kader Muhammadiyah. Pemilih partai ini sangat rasional. Pendekatan politiknya juga berbeda. Bukan sekedar basa-basi saja. Jadi tidak ada perahu yang bolong,” kata Lili. Mungkin tepatnya, perahu Din mulai bocor.
Posisi tawar Din di pentas politik nasional, nilai Lili, juga masih lemah. Tidak ada satu partai pun yang secara resmi melamarnya, baru sekedar rumor politik saja. Karena itu, sudah tentu Din harus rajin melakukan lobi-lobi politik terhadap parpol.
Secara ketokohan, Din punya kans besar untuk menggaet mayoritas pemilih Islam yang jumlahnya mencapai 90%. Meski begitu, peluangnya masih fifty-fifty. Tidak semuanya pemilih Islam akan memilihnya. “Yang penting Din perlu secepatnya menyamakan platform, visi dan misi dengan partai,” pungkas Lili.
Bila survei ini benar adanya, tentu kerja Din akan makin berat. Untuk maju dalam Pilpres, Din membutuhkan kendaraan politik yang riil. Tentu saja, selain itu, Din masih butuh jalinan relasi politik dengan parpol lain. Mungkin tidak hanya sekadar menjalin silaturahmi politik semata, tetapi ikut meramaikan kampanye politik parpol adalah salah satu pilihan 'murah' bagi Din menenarkan diri. [L4/I4]

1 komentar:

CHICKEN KALASAN mengatakan...

Muhammadiyah seharusnya tidak ditarik ke kepentingan politik praktis. Saya setuju dengan P Amien dan itu sudah jadi rumusan resmi di PP Muhammadiyah kan, meskipun di lapangan sering terjadi bias. Memang ketua dan mantan ketua PP dapat dikatakan tokoh politik ya, tapi itu harus disikapi secara ketat sebagai sikap pribadi. Pimpinan PP kan harus undur diri jika aktif di Parpol atau jadi Capres. Tidak boleh lagi ada edaran dari PDM atau PCM sekedar untuk mendukung salah satu kandidat dalam Pilkada. Muhammadiyah harus menjaga jarak yang sama dengan parpol, sama jauh, sama dekat. Sikap Muhammadiyah yang terlalu keras terhadap salah satu parpol Islam harus dianggap sebagai kecelakaan sejarah dan tentu saja, dikoreksi. Warga Muhammadiyah banyak resah di arus bawah karena dianggap tidak relevan dengan prinsip fastabiqul; khoirot. Sikap itu juga tidak konsisten dengan sikap umum Muhammadiyah terhadap parpol seperti telah disebut di depan.