Selasa, 16 September 2008

TRAGEDI PASURUAN, 21 WANITA TEWAS SAAT ANTRIAN ZAKAT


Pasuruan, Kompas - Beban ekonomi yang semakin tidak tertanggungkan mendorong sekitar 5.000 perempuan berdesak-desakan untuk berebut zakat senilai Rp 20.000 di sebuah mushala di sebuah gang di Kota Pasuruan, Jawa Timur, Senin (15/9). Akibatnya, 21 orang tewas terinjak-injak dan 13 orang lainnya luka-luka.


Massa yang semuanya perempuan itu mulai berdatangan sekitar pukul 06.00 di Mushala Al-Roudhotul Jannah, Kelurahan Purutrejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan. Pembagian zakat yang berlangsung tahunan sejak 1990-an itu diprakarsai Haji Soikhon, warga setempat.
Mereka berasal dari penjuru Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan. Sekitar pukul 08.00, massa menyesaki gang selebar 4 meter di depan mushala. Di bawah panas matahari, mereka menunggu pembagian zakat. Panitia sempat menyiramkan air kepada massa yang kepanasan itu.
Akhirnya pada pukul 09.00, gerbang mushala dibuka dan satu per satu dari yang antre itu masuk ke halaman mushala untuk menerima zakat. Rencananya, Haji Soikhon akan membagikan zakat sebesar Rp 30.000 per orang dengan total Rp 50 juta. Melihat massa yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, panitia menetapkan zakat diturunkan menjadi Rp 20.000 per orang.


Sekitar setengah jam kemudian, insiden naas pun terjadi. Massa yang berebut untuk segera masuk ke gerbang semakin merangsek ke bagian depan. Akibatnya, sebagian di antara mereka terjatuh dan terinjak-injak. Sebagian tewas dan sebagian lainnya pingsan.
Sejumlah anggota panitia dan beberapa wartawan dengan susah payah berusaha mengangkat tubuh korban. Namun, malangnya, 21 orang ditemukan tewas. Sebanyak 21 jenazah dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah dr R Soedarsono, Kota Pasuruan. Setelah mendapat visum luar, akhirnya satu per satu jenazah dibawa pulang ke rumah duka oleh keluarga korban mulai pukul 15.00.


Prihatin dan menyayangkan


Menteri Agama Maftuh Basyuni menyatakan keprihatinannya atas tewasnya 21 mustahik (orang yang berhak menerima zakat) itu. Akan tetapi, menurut Maftuh, masyarakat masih banyak yang tak percaya kepada lembaga amil zakat. ”Kami atas nama pemerintah menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas peristiwa yang terjadi di Pasuruan,” ujar Maftuh di Jakarta, Senin. Menurut Maftuh, peristiwa itu sebetulnya tidak perlu terjadi kalau saja Haji Soikhon mau menyerahkan zakatnya kepada amil zakat yang sudah ada, seperti Badan Amil Zakat Daerah (Bazda) atau amil zakat lain.


Adapun Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira mengatakan, pembagian zakat di Pasuruan itu tidak diinformasikan sebelumnya oleh penyelenggara acara kepada kepolisian setempat. Padahal, kegiatan itu melibatkan ribuan orang dengan potensi kerawanan yang sangat besar. Polisi selalu siap membantu.
Sebagian korban tewas adalah janda sebatang kara. Sebagian lagi janda yang harus membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Mereka berusia 25-60 tahun.


Murniati (50), salah seorang korban tewas, adalah janda beranak lima, yang harus menghidupi dua anak terakhirnya yang duduk di bangku SMP kelas I dan SMA kelas III. Menurut Sulaiman (58), kakak Murniati, adiknya itu setiap hari bekerja sebagai penjahit di rumah.
Motif serupa dialami Wagina (50), korban yang kini kondisinya kritis. Menurut Su’udi, tetangganya, Wagina adalah janda sebatang kara. Anak tunggal Wagina bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia di Malaysia. Sehari-hari Wagina menjual kayu bakar.


Dalam jumpa pers Musyawarah Pimpinan Daerah Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan, Kepala Kepolisian Resor Kota Pasuruan Ajun Komisaris Besar Herry Sitompul menyatakan, polisi baru mendapatkan laporan kejadian pukul 10.30. Selanjutnya ia mengirimkan 60 polisi ke lokasi dan menghentikan kegiatan.


Pada kesempatan yang sama, Wali Kota Pasuruan Aminurokhman menyatakan, pihaknya akan memberikan santunan kepada keluarga korban meninggal Rp 1 juta per orang. Bagi korban luka, semua biaya perawatan dan pengobatan ditanggung pemerintah kota.
Sementara itu, Bupati Pasuruan Dade Angga mengatakan, ”Jika ada warga yang ingin membaginya sendiri, setidaknya memberi tahu aparat terkait untuk pengamanannya.” (Kps)

Tidak ada komentar: