Rabu, 11 Februari 2009

HAMPIR 40 PERSEN BALITA DI INDONESIA ALAMI STUNTING ATAU PENDEK

Jakarta : DIRJEN Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan (Depkes) dr Budihardja mengatakan, balita pendek atau "stunting" saat ini menjadi persoalan yang serius. Saat ini jumlah balita stunting di Indonesia angkanya mencapai 36,7 persen.

“Balita stunting masih sangat banyak, dari 100 balita di Indonesia, 36 di antaranya mengalami stunting. Ada satu daerah di Serang misalnya, angka gizi kronisnya tinggi yakni 67, 4 persen dari 100 balita atau 67 anak menderita kelainan ini,” katanya di sela-sela seminar memperingati Hari Gizi Nasional ke-59 di Jakarta, Selasa (10/2).

Menurutnya, penyebabnya adalah asupan gizi yang kurang, baik makro (berupa protein) juga gizi mikro berupa vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Untuk itu pemahaman kecukupan gizi seimbang di lingkungan keluarga dinilainya sangat penting.

“Gizi buruk dan gizi kurang pada 2009 ditargetkan di bawah 20%, adapun alokasi untuk penanggulangan gizi buruk dan gizi kurang sekitar Rp600 miliar,” katanya.

Keadaan yang mendasari berbagai masalah gizi ini antara lain, kemiskinan, pendidikan, dan tingkat daya beli masyarakat. Untuk itu menurutnya, dalam mengatasi persoalan gizi buruk, posyandu berperan penting karena berdekatan langsung dengan masyarakat.

Sementara untuk mengatasi persoalan gizi buruk di lingkungan sekolah, Unit Kesehatan Sekolah dapat dijadikan wadah yang lebih terstruktur karena siswa di sekolah dapat secara langsung memahami kebutuhan gizi yang harus diasup.

"Dengan begitu anak-anak di sekolah bisa lebih paham mengenai pemenuhan gizi seimbang mereka nantinya dapat langsung menyampaikan kepada keluarga,” katanya.

Untuk itu lanjut Budihardja, dalam mengatasi masalah gizi di Indonesia tidak hanya tanggung jawab Depkes saja, tetapi juga tanggung jawab sektor lain, yaitu sektor pertanian, ekonomi dan masyarakat umum, mahasiswa, kader dunia usaha juga media massa.

Di tempat yang sama, Dekan Fakultas Kedokteran Muhamadiyah Jakarta, Syafri Guricci mengatakan, penyebab kekurangan gizi berupa asupan protein yang buruk prevalensinya masih 8 persen, adapun yang sedang dan kurang prevalensinya sekitar 23 persen.

Penyebab langsungnya, kata dia, karena asupan protein yang rendah, di samping karena infeksi pernapasan bagian atas (ISPA), diare dan pengasuhan orang tua. Padahal, zat gizi tertentu dapat memberikan penyembuhan misalnya Vitamin C untuk Scorbut.

Juga sebagai pengobatan kanker, Vitamin C diketahui dapat mengurangi pertumbuhan sel kanker dan meningkatkan kebugaran.***

Tidak ada komentar: