Oleh : dr. Anyta P. Pardede
HUBUNGAN antara kadar kolesterol darah dengan risiko penyakit jantung koroner sangat kuat. Hal ini telah terbukti oleh banyak penelitian dan sudah bukan merupakan hal yang baru lagi bagi setiap orang.
Lemak memang penting sekali untuk berfungsinya sel dan digunakan sebagai sumber energi, pelindung badan, pembentukan sel dan pembentukan (sintesis) hormon.
Namun risiko lemak itu pun tak kalah banyaknya dan mempunyai kaitan dengan berbagai macam penyakit yang serius, seperti tekanan darah tinggi, diabetes melitus, penyakit pernafasan, bahkan penyakit jantung koroner.
Lemak pada umumnya tidak larut dalam air. Agar lemak itu dapat diangkut dalam peredaran darah, maka lemak itu dibuat menjadi larut dalam air yang merupakan gabungan antara lemak dan protein. Lipoprotein ada berbagai macam sesuai dengan berat jenisnya, yang telah banyak dikenal adalah Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL).
Penyakit jantung koroner merupakan suatu kondisi di mana jantung tidak dapat bekerja dengan semestinya karena otot jantung mengalami kerusakan akibat kekurangan oksigen. Penyakit jantung koroner saat ini menempati peringkat yang sangat tinggi dalam prioritas pelayanan kesehatan setelah penyakit infeksi dan gizi dan diperkirakan akan menjadi pembunuh manusia nomor satu di dunia pada masa mendatang.
Penyebab utamanya karena pembuluh darah yang menyempit/mengeras atau yang disebut aterosklerosis. Proses aterosklerosis ini berlangsung lama dan dapat berjalan tanpa kita rasakan.
Banyak faktor yang berperan pada proses ini, namun yang paling sering adalah kenaikan konsentrasi kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan kolesterol HDL yang disebut dislipidemia.
Lemak yang berlebihan dalam tubuh merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner karena lemak yang berlebihan dapat menempel pada dinding pembuluh darh sehingga akan terjadi penyumbatan pembuluh darah.
LDL kolesterol atau yang lebih sering dikenal sebagai “kolesterol jahat” sangat berperan dalam mengakibatkan penyakit jantung koroner. Akan tetapi walau-pun banyak pengobatan telah dilakukan untuk menurunkan konsentrasi kolesterol LDL, risiko penyakit jantung koroner hanya menurun sekitar 50 persen. Oleh karena itu, sekarang banyak studi dilakukan untuk mempelajari faktor lain yang terkait dengan penyakit jantung koroner.
Saat ini telah terbukti bahwa penyakit jantung juga dapat dimulai dengan adanya proses peradangan (inflamasi) yang berlangsung lama (kronis). Proses inflamasi kronis ini dapat dilihat dari konsentrasi CRP (C-reactive Protein) dalam tubuh, Inflamasi kronis tidak mengakibatkan peningkatan konsentrasi CRP yang sangat tinggi, melainkan berada dalam rentang konsentrasi yang rendah (<10 mg/L).
Konsentrasi CRP dalam rentang 1-10 mg/L ini menunjukkan adanya risiko terjadi penyakit jantung koroner. CRP adalah suatu jenis protein yang dihasilkan oleh hati ketika terjadi cedera akut, peradangan, atau infeksi. Sedangkan beberapa kondisi tertentu lain juga dapat mengakibatkan peningkatan CRP yang bersifat kronis (berlangsung lama dan perlahan-lahan) sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koro-ner tanpa kita sadari.
Beberapa kondisi ini antara lain adalah kegemukan (obesitas) dan gangguan pada gula darah (diabetes).
Obesitas merupakan kelainan metabolisme yang palig sering diderita manusia. Penyakit ini merupakan salah satu kelainan metabolisme yang paling lama tercatat dalam sejarah seperti terlihat pada sebuah patung tanah liat yang berasal dari jaman lebih kurang 22.000 tahun sebelum Masehi, patung itu menggambarkan seseorang wanita setengah baya yang gemuk. Obesitas kemudian masih selalu tercatat sepanjang sejarah, sejak jaman Mesir dan Yunani purba, bahkan juga sampai sekarang masih merupakan persoalan.
Masyarakat sendiri sering tidak menganggap obesitas sebagai suatu penyakit, tetapi justru merupakan sesuatu yang wajar, bahkan karena ketidaktahuan, mereka menganggap obesitas sebagai petanda kemakmuran.
Obesitas dapat terjadi karena banyaknya asupan kalori ke dalam tubuh yang tidak disertai olah raga atau aktivitas fisik yang cukup, atau karena faktor keturunan. Walaupun orang gemuk dalam masyarakat banyak merasakan dan mengalami bahwa kegemukannya merupakan sesuatu hal yang kurang baik bahkan tidak disenangi, yang tampak dari makin seringnya tampak iklan komersial untuk menurunkan kegemukan di media massa, tetapi hanya sedikit di antara mereka yang menyadari bahwa obesitas mempunyai kaitan dengan penyakit yang serius seperti penyakit jantung koroner.
Seseorang yang kegemukan walaupun kadar kolesterolnya normal (tidak me-ngalami dislipidemia), namun ia tetap saja berisiko terkena penyakit jantung koroner karena sel-sel lemaknya mengeluarkan faktor-faktor yang memicu timbulnya peradangan tingkat rendah dengan konsentrasi CRPnya meningkat.
Perubahan pola makan yang telah bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayuran, ke pola makan kebarat-baratan dengan komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula dan mengandung sedikit serat ternyata mempunyai dampak terhadap kesehatan masyarakat.
Salah satunya adalah meningkatnya prevalensi diabetes melitus. Selama ini faktor risiko penyakit jantung koroner yang utama adalah hiperlipidemia, tetapi ter-nyata di samping itu diabetes juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner.
Kadar gula darah yang tinggi, terlebih bila disertai dengan faktor risiko lain seperti dislipidemia, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan kegemukan, dapat menyebabkan tertutupnya aliran darah yang memberikan suplai darah pada otot jantung. Akibatnya dapat terjadi serangan jantung akut yang dapat mengakibatkan kematian mendadak. Pada diabetes, dapat timbul gangguan metabolisme lemak (dislipidemia) berupa tingginya kadar trigliserida, kolesterol LDL dan rendahnya kadar kolesterol HDL.
Akhir-akhir ini juga telah dikemukakan teori resistensi insulin pada proses terjadinya penyakit jantung koroner. Kadar insulin yang tinggi ternyata berpengaruh terhadap peningkatan kadar lemak darah berupa kenaikan kadar trigliserida dan penurunan kadar koesterol HDL.
Bagaimanakah cara yang tepat untuk mengetahui risiko terkena penyakit jantung koroner? Pemeriksaan profil lemak (kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL) meru-pakan prosedur standar untuk memprediksi kejadian penyakit jantung koroner.
Akan tetapi, ternyata penyakit jantung koroner dapat juga dimulai dari adanya proses peradangan (inflamasi) yang bersifat kronis. Itulah sebabnya individu dengan profil lemak yang normal dapat tetap berisiko terkena penyakit jantung koroner.
Untuk mengetahui adanya peradangan dalam tubuh kita dapat dengan melakukan pemeriksaan hsCRP (High Sensitivity C-reactive Protein). hsCRP merupakan pemeriksaan untuk mengukur konsentrasi CRP yang sangat kecil sehingga bersifat lebih sensitif. Pemeriksaan CRP yang sangat sensitif ini juga diperlukan untuk memperkirakan risiko penyakit jantung koroner.
Untuk menghindari ancaman penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan mencari penyebab terjadinya peningkatan konsentrasi CRP, kemudian melakukan modifikasi atau penanganan terhadap penyebab tersebut.
Misalnya dengan melakukan hidup sehat teratur, diet rendah kolesterol, meningkatkan aktivitas fisik atau olah raga dan melakukan penurunan konsentrasi gula darah atau kolesterol yang tinggi.*** (Oleh : dr. Anyta P. Pardede)
Media Komunikasi -- berita dan kebijakan persyarikatan -- Guna Meningkatkan Syiar Organisasi
Senin, 16 Februari 2009
KOLESTROL NORMAL TAK MENJAMIN TERHINDAR DARI PENYAKIT JANTUNG
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar