Jumat, 27 Februari 2009

MENGEJUTKAN PLAYSTATION MENYEBABKAN PENYAKIT KULIT

LONDON -- Penyakit kulit baru yang disebabkan oleh konsol games telah diidentifikasi oleh ahli penyakit kulit. Kondisi yang disebut PlayStation Palmar Hidradenitis dijelaskan dalam jurnal ilmu penyakit kulit Inggris, British Journal of Demartology.

Para peneliti mengambil kasus yang terjadi pada anak 12 tahun, yang datang ke Rumah Sakit Swiss dengan sakit kulit yang parah pada telapak tangannya.


Anak perempuan itu diketahui sering bermain games. Dia baru bisa pulih kembali setelah 10 hari berpantang main games. Dokter yang merawatnya di Rumah Sakit Universitas Genewa menyimpulkan anak perempuan itu mengalami kondisi yang dikenal dengan idiopathic eccrine hidradenitis.

Cirinya, seperti penyakit kulit pada umumnya yang menyebabkan kemerahan, bengkak pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.

Kondisi seperti itu sebelumnya ditemukan pada telapak kaki anak-anak yang ikut dalam aktivitas fisik berat, seperti jogging. Kondisi tersebut diduga berkaitan dengan banyaknya keringat.

Gejala tidak lazim

Untuk penyakit yang hanya mengenai tangan itu sangat tidak lazim, dan pasien yang bersangkutan tidak ikut aktivitas olah raga atau latihan fisik baru-baru ini. Dia juga dilaporkan tidak menderita trauma pada tangannya.

Bagaimanapun, orangtua anak itu mengatakan anak perempuannya baru-baru ini bermain PlayStation selama beberapa jam setiap harinya. Dan dia terus bermain meski sudah mengalami sakit kulit.

Dokter menduga masalah itu terjadi karena genggaman yang kuat dan terus menerus pada pegangan tangan konsol game. Permainan yang menegangkan telah menyebabkan dia berulang-ulang menekan tombol serta berkeringat.

Para peneliti mengatakan, kasus kecanduan games yang menggunakan konsol pernah tercatat sebelumnya, dan gejala awalnya disebutkan berkaitan dengan masalah psikologi. Bagaimanapun, beberapa gejala fisik, seperti sakit otot yang akut dan kaku mulai timbul. Mereka mengatakan PlayStation palmar hidradenitis sekarang harus dimasukkan dalam daftar.

Asosiasi ahli penyakit kulit Inggris, Nina Goad mengatakan penemuan ini menarik dan sebaiknya para peneliti saling berbagi informasi jika menemukan kasus serupa.

“Jika anda khawatir kena penyakit kulit pada tangan anda ketika bermain games, lebih baik anda istrirahat dulu, dan jangan bermain terlalu keras jika tangan anda mulai berkeringat,” kata Nina.


Juru bicara produsen PlayStation, Sony Computer Entertainment Europe Ltd mengatakan; ”kami sungguh yakin video games merupakan hiburan yang legal dimasa lalu seperti menonton film, mendengarkan musik atau membaca buku.

“Sebagai hobby di waktu luang, ada kemungkinan konsekuensinya jika tidak mengikuti akal sehat, saran kesehatan dan petunjuk yang bisa ditemukan dalam buku manual.”

PlayStation diluncurkan pada 1995 dan selama 13 tahun belakangan ini sudah terjual ratusan juta unit.

“Kami tidak bermaksud menganggap kecil penelitian ini dan kami akan mempelajarinya dengan penuh perhatian. Untuk pertama kalinya, kami mendengar ada keluhan.” - bbc/ahi

Selengkapnya.....

Kamis, 26 Februari 2009

Meneg LH: Penggunaan Kantung Plastik Harus Diawasi


Menteri Negara Lingkungan Hidup (Meneg LH) Rachmat Witoelar mengatakan, penggunaan kantung plastik oleh masyarakat harus diawasi.

"Kalau produksi kantung plastik mungkin bisa dikendalikan, tapi penggunaannya oleh masyarakat itu yang harus diawasi," kata Rachmat Witoelar di Surabaya, Rabu.

Menurutnya, penggunaan kantung plastik selama ini sudah sangat parah, bahkan volume sampah kantung plastik dari kalangan rumah tangga sampai saat ini sudah mencapai ribuan ton.

"Ke mana lagi ribuan ton sampah dari kantung plastik itu kalau tidak dibuang ke sungai," kata Rachmat usai mencanangkan Gerakan Pembatasan Penggunaan Kantung Plastik di SD Katolik Santa Theresia Surabaya.

Sampah dari kantung plastik, lanjutnya, tidak mudah terurai di tanah. Teurainya bahan plastik di tanah membutuhkan waktu sekitar seribu tahun.

"Sampah dari kantung plastik ini pula yang mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit berbahaya," kata Rachmat menambahkan.

Oleh sebab itu di masa yang akan datang, dia menginginkan ada sanksi yang tegas terhadap penggunaan plastik. "Memang harus ada sanksi yang tegas, agar kondisi ini tidak semakin parah," katanya.

Mengenai dipilihnya Kota Surababaya sebagai tempat pencanangan Gerakan Pembatasan Penggunaan Plastik itu, menteri mengatakan, Kota Pahlawan itu merupakan kota asri dan satu-satunya kota metropolitan di Indonesia yang ramah lingkungan.

"Saya kagum melihat keasrian kota ini, masyarakatnya memiliki kesadaran yang tinggi dalam memelihara lingkungan yang hijau dan bersih. Termasuk murid-murid SD Theresia ini yang mendapatkan pelajaran masalah lingkungan sejak dini," katanya didampingi Wali Kota Surabaya Bambang DH.

Selain mengunjungi SD Katolik Santa Theresia yang telah beberapa kali mendapatkan penghargaan di bidang lingkungan hidup itu, menteri dan rombongan melakukan inspeksi mendadak di Surabaya Plaza.

Di pusat perbelanjaan itu, menteri melihat secara langsung komitmen perusahaan yang bergerak di bidang riteil dalam membatasi penggunaan kantung plastik. (Ant)

Selengkapnya.....

PUYER MASIH AMAN UNTUK ANAK DAN BAYI


Bentuk puyer sebagai obat racikan masih sangat relevan untuk anak maupun bayi, karena sesuai dengan kebutuhan di Indonesia di mana dosis untuk anak atau bayi masih sangat sedikit.
"Dalam pandangan saya sebagai pendidik, sesungguhnya masih ada informasi yang kurang lengkap tentang puyer. Saya berkesimpulan tidak ada yang salah dari sisi kefarmasian tentang puyer atau cara pembuatan puyer," kata Dekan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Marchaban DESS di Yogyakarta, Selasa (24/2).


Meskipun demikian, menurut dia menanggapi kontroversi puyer sebagai obat untuk anak, dirinya tidak menampik kenyataan jika dosis untuk anak atau bayi itu bervariasi, karena didasarkan pada berat badan. Anak atau bayi tentunya memiliki berat badan yang berbeda, ada bayi yang montok atau kurus, sehingga dosisnya juga berbeda-beda.
"Oleh karena itu, dokter bisa membuat variasi dosis puyer yang bermacam-macam dan meminta apoteker untuk menyiapkannya. Jadi sesungguhnya tidak ada yang salah dari penggunaan puyer untuk obat anak atau bayi," katanya.
Ia mengatakan, jika membagi obat untuk dibuat puyer tidak dengan menimbang tetapi hanya berdasarkan penglihatan, secara teori hal itu dibenarkan dan tidak masalah, karena telah diajarkan di Fakultas Farmasi.
Jadi, menurut dia, tidak harus menimbang kembali, misalnya menjadi 10 bungkus atau berapa, dengan menimbang satu per satu.
"Hal itu tidak perlu, karena dalam ilmu farmasi pembagian seperti itu diperbolehkan, dengan syarat berat masing-masing bungkus itu tidak berselisih 10%. Itu namanya timbang kira-kira," katanya. (kpl/bar)



Selengkapnya.....

Rabu, 25 Februari 2009

MEDAN DINYATAKAN ENDEMI DEMAM BERDARAH


Medan - Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Chandra Syafei, mengatakan, Medan dinyatakan sebagai endemis Demam Berdarah Dengue (DBD), sebab semakin banyak penderita penyakit itu dirawat di rumah sakit terutama, RSU Pirngadi Medan.
"Dalam sepekan ini kasus DBD di Kota Medan semakin mengkhawatirkan, bukan hanya pada anak-anak bahkan juga orang dewasa juga tidak luput dari serangan nyamuk berbahaya itu. Bahkan dari 11 penderita yang menjalani perawatan di RSU Pirngadi Medan, dua diantaranya meninggal dunia," katanya di Medan, Selasa.

Meski Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan telah melakukan fogging sebagai antisipasi merebaknya nyamuk mematikan itu, tambahnya, namun tidak tertutup kemungkinan benih nyamuk akan terus berkembang seiring perubahan cuaca yang belakangan ini tidak menentu.
Menurut dia, berkembangnya kasus penyakit DBD ini bukan hanya terjadi di Kota Medan, tetapi juga terjadi di beberapa kota di seluruh wilayah Sumatera Utara.
"Kita melihat merebaknya penyakit DBD ini sudah cukup mengkhawatirkan. Makanya boleh dikatakan DBD khususnya di Kota Medan endemis, dan keadaan ini juga terjadi di seluruh kabupaten/kota di Sumut," katanya.
Melihat peningkatan penderita DBD tersebut, ia juga mengaku telah menginstruksikan dinas kesehatan kabupaten/kota se-Sumut untuk melakukan fogging di daerah-daerah yang dicurigai tempat berkembangnya nyamuk Aedes penular demam berdarah.
Selain itu, juga memberikan penyuluhan-penyuluhan langsung ke masyarakat agar tetap menjaga dan menerapkan pola hidup bersih dan menerapkan 3M1T (menutup, menguras,mengubur dan telungkupkan).
"Kita juga telah mengajukan tambahan cairan berupa melation ke depkes bagi penderita DBD. Walau sebagai antisipasi, namun kita perlu mencadangkan stok obat cairan itu," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Umar Zein, mengatakan, mengantisipasi meningkatnya penderita DBD, pihaknya terus melakukan fogging di daerah-daerah endemis DBD.
"Terutama di daerah Medan Utara yang paling banyak penderita DBD nya.Perkantoran, kampus dan sekolah-sekolah juga tidak luput dari fogging,"katanya (kpl/bar)



Selengkapnya.....

Selasa, 24 Februari 2009

Ketidakseimbangan konsumsi nutrisi dapat memperburuk kesehatan


BEBERAPA orang yang hadir di Atrium Mall Plaza Semanggi, Kamis (19/2), untuk memeriksakan kadar gula dalam darah, lemak tubuh, dan radikal bebas dalam darah, kelihatan sedikit terkejut dan juga was-was menemukan hasil yang tidak terlalu baik. Tapi, tak ada kata terlambat untuk menyeimbangkan nutrisi supaya tak rentan penyakit. Hari itu, Nutrifood menyelenggarakan Kampanye Sadar Gizi Seimbang dalam rangka Hari Gizi Nasional ke-59 yang jatuh pada tangga 19 hingga 21 Februari 2009. Salah satu kegiatannya adalah pameran yang menyediakan pemeriksaan dan konsultasi gizi, informasi pola hidup sehat dan gizi seimbang, serta talkshow dan demo masak mengenai makanan yang bernutrisi seimbang.


Nutrisi dan gizi adalah syarat wajib bagi keberlangsungan hidup. Makan sebagai proses konsumsi nutrisi adalah hal penting dan mendasar yang dilakukan manusia sejak lahir. Kadar nutrisi dalam tubuh seseorang bergantung pada banyak faktor, seperti usia, lingkungan, kebiasaan makan, agama, jender. Meski begitu, makanan tetap harus diatur agar mencapai nutrisi yang cukup dan seimbang. Ini dilakukan demi mencegah terjadinya gizi lebih, gizi buruk, dan penyakit lainnya.

Dalam kesempatan lain, Dr Samuel Oetoro, Ms, SpGK, pernah mengutarakan manajemen makan 3J, yaitu Jumlah, Jadwal, dan Jenis. "Pilih makanan tinggi serat. Misalnya sayur dan buah yang banyak mengandung vitamin. Pilih ikan daripada daging karena lemak ikan adalah lemak omega tiga yang baik," katanya.

Yang disarankan adalah variasi yang meliputi produk-produk padi, sayur, kacang, dan buah. Kalau air bebas dikonsumi kapan saja dan dalam jumlah seberapa pun, daging dan ikan justru harus dikonsumsi dengan hati-hati. Sebaiknya membatasi makanan siap saji dan makanan olahan, karena banyak mengandung lemak jenuh dan juga pengawet.

Kebiasaan mengonsumsi junk food yang sangat banyak mengandung gula, garam, minyak-lemak, dan zat kimia yang sangat tidak alami, menyebabkan tingkat kesakitan dan kematian yang tinggi. Utamanya karena penyakit jantung koroner, diabetes, darah tinggi, gangguan ginjal, dan kanker. Inilah kenapa pola makan sehat sangat berpengaruh pada kualitas kesehatan dan usia seseorang.

Pola makan sehat sendiri sebenarnya mengandung arti kadar kecukupan makanan yang selayaknya. Sarapan dianggap sebagai bagian paling penting dari pola makan keseharian. Aturan yang selama ini, bahkan sejak di sekolah dasar, dianjurkan adalah jangan sampai melewatkan sarapan. Karena sarapan pagilah yang membantu seseorang agar tetap bugar dan berstamina melalui berbagai kegiatannya dalam satu hari.

Berbeda dengan makan siang. Ini adalah jadwal untuk memperoleh berbagai jenis dalam jumlah tertentu. Khususnya yang meliputi kelompok makanan yang mengandung 5 kelompok zat gizi dasar. "Lima zat gizi ini adalah karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral," kata Kepala Divisi Nutrifood Research Center, Susana, STP, MSc, PD.Eng dalam talkshow Balanced Nutrition di acara yang sama.

Semakin bervariasi semakin baik untuk kecukupan nutrisi, misalnya saja sayur dan buah berbagai jenis dan warna. "Ada lima warna buah dan sayur yang baik untuk detoksifikasi. Yaitu betakaroten seperti pada wortel dan jeruk, likopen pada tomat, antosianin pada anggur yang berwarna ungu, hijau pada brokoli, dan antoxantin yang ada pada apel.

Semua makanan mengandung satu atau lebih zat gizi tersebut dalam jumlah yang beragam. Setiap jenis zat gizi mempunyai fungsi khusus. Inilah sebabnya keragaman pangan penting bagi kesehatan. Kita semua membutuhkan zat gizi, yang disediakan oleh beragam pangan, untuk semua proses tubuh. Namun, terlalu banyak pangan atau ketidakseimbangan dalam mengonsumsi pangan dapat membuat kesehatan memburuk dan menyebabkan tubuh berisiko terhadap penyakit kronis seperti obesitas (kegemukan), penyakit jantung dan diabetes.

Seperti yang dikatakan Samuel, jadwal juga menentukan keseimbangan nutrisi seseorang. Sebut saja waktu makan malam, sebaiknya mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sedikit (porsi kecil) dengan memerhatikan jenis. Yaitu makanan bernutrisi yang rendah lemak. Misalnya, ikan dengan sayur dan buah-buahan. Pertimbangan pemilihan menu macam ini adalah karena daya kerja lambung melambat saat malam. Jadi, kekenyangan bisa menyebabkan saluran pencernaan makanan bekerja keras dan perut terasa penuh sekaligus kembung.


Selengkapnya.....

Senin, 23 Februari 2009

Waspada Polip di Saluran Cerna


JAKARTA - Polip alias daging tumbuh patut diwaspadai, apalagi jika tumbuhnya di saluran cerna karena akan berdampak buruk. Tumbuhnya polip di saluran cerna jika tidak diatasi sejak dini dapat berkembang menjadi kanker saluran cerna bahkan bisa menjadi ganas jika sudah menyerang organ lain di dalam tubuh.

Dokter Adil S. Pasaribu Sp.B KBD, dokter dari Rumah Sakit Kanker Dharmais mengatakan pemerikasaan polip sejak dini dapat mencegah kanker, apalagi jika ada riwayat kanker pada keluarga.


"Polip atau yang biasa disebut daging tumbuh merupakan awal muasal kanker, kalau bisa langsung diangkat dengan cara operasi. Itu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," Kata Adil.

Saluran cerna mamalia termasuk manusia dimulai dari mulut hingga anus, timbulnya polip bisa tumbuh disepanjang jalur saluran cerna, tetapi lebih sering tumbuh disepanjang lambung, usus kecil, usus dua belas jari dan usus besar.

Penyebab terjadinya kanker sendiri masih belum bisa diketahui secara pasti, tetapi menurut Adil faktor resiko bisa dari gaya hidup, lingkungan dan faktor genetik.

"Jika sel kanker tumbuh di usus besar, maka usus besar harus diangkat, bisa ditempat yang sel kanker tumbuh atau jika diperlukan diangkat usus besarnya karena usus besar hanya berfungsi menyerap air dan memadatkan kotoran," tambah Dr. Adil.

Jika tidak diangkat, maka kanker tersebut akan menjadi ganas bahkan bisa merusak organ-organ lain yang bisa membahayakan kesehatan tubuh manusia itu sendiri.

Kanker saluran cerna sering menyerang usia di atas 50 tahun dan kanker saluran cerna sendiri menempati urutan nomor tiga kanker paling ganas yang menimpa manusia baik wanita maupun pria, papar Adil.

Adil melanjutkan kejadian kanker saluran cerna bisa saja terjadi pada usia prosuktif karena pengaruh gaya hidup dan pola makan. Menurutnya pola hidup masyarakat sekarang yang gemar makan makanan cepat saji, penyedap rasa menjadi faktor resiko meluasnya kejadian kanker saluran cerna ke usia produktif.

Untuk itu Adil memberikan beberapa tips diantaranya hindari makanan yang tinggi lemak, cukupkan makanan dengan kalsium, asam folat, Vitamin D dan E. Melakukan aktivitas fisik setiap harinya sebanyak 30-40 menit dan melakukan skrining atau pemerikasaan secara dini.

Cara lain untuk mendeteksi adanya polip pada saluran cerna adalah dengan kolonoskopi, yaitu memasukan alat dari lubang anus untuk melihat seberapa parah polip itu sudah meganggu saluran cerna.

Melakukan tindakan skrining, menurut Adil, sebagai langkah deteksi dini dapat menyelamatkan hidup, bahkan meski tidak ada polip di saluran cerna.

"Lakukan pemerikasaan primer, supaya terdeteksi apakah ada polip di saluran cerna atau melakukan pemerikasaan kolonoskopi jika sudah mengalami gejala terjadinya kanker saluran cerna. Kesempatan terbaik ialah menemukan gejala kanker tersebut sejak dini," tambah Adil./cr1/it

Selengkapnya.....

Banyak Anak Meninggal Karena Kanker


JAKARTA, - Setiap tahun sekitar 160.000 anak-anak meninggal karena kanker dan empat dari lima anak-anak itu berasal dari negara-negara berpenghasilan rendah atau menengah.

Ada beragam masalah yang dihadapi keluarga dan anak penderita kanker. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, dalam sambutan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (21/2) menyatakan, penderita kanker anak, selama masa pengobatan dan perawatan, akan menghentikan sekolahnya sehingga tidak ada aktivitas sama sekali. Akibatnya stres dan bosan dengan pengobatan bakal terjadi.


Ini sangat masuk akal, karena penderita kanker memerlukan pengobatan dan perawatan yang intensif dan membutuhkan waktu relatif lama. Pengobatan kanker butuh waktu antara 3 bulan sampai 2 tahun, yang kemudian dilanjutkan dengan pengobatan pemeliharaan selama 5 bulan sampai 2 tahun.

Selain itu, bagi penderita yang berasal dari daerah yang cukup jauh dari rumah sakit, akan memerlukan banyak biaya tambahan untuk tinggal di sekitar rumah sakit dalam masa pengobatan. Jika keluarga tidak mampu lagi membiayai, maka sebagian penderita akan tidak bisa melanjutkan pengobatannya.

Ketua Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia Pinta Manullang Panggabean menjelaskan, meski sudah ada skema pendanaan pengobatan bagi pasien kanker pada anak yang dari keluarga miskin melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat, namun tidak semua penderita terus menjalani pengobatan. Salah satu penyebabnya adalah, keluarga pasien tidak memiliki dana untuk biaya transportasi maupun biaya hidup untuk tinggal di sekitar rumah sakit.

Untuk menangani hal itu, diperlukan suatu upaya agar anak-anak yang menderita kanker tetap mendapat hak-hak mereka untuk tumbuh, bermain, sekolah dan belajar. Selain itu, diperlukan suatu tempat tinggal yang memungkinkan kondisi keluarga yang merawat tetap mendukung proses pengobatan dan perawatan anaknya.

Berdasarkan data registrasi kanker berbasis rumah sakti di DKI Jakarta tahun 2005 di 26 rumah sakit, terdapat 187 kasus kanker pada anak usia 0-17 tahun, terbanyak adalah leukemia (33,7 persen), neuroblastoma (7 persen), retinobla stoma (5,3 persen), osteosarcoma (4,8 persen), dan lymphoma non hodgkin (4,8 persen). Kanker pada anak merupakan 4,9 persen dari kanker pada semua usia. Kanker pada anak lebih banyak menyerang laki-laki (53,5 persen) daripada perempuan (46,5 persen).


Selengkapnya.....

45 PERSEN PENDUDUK BELUM MILIKI JAMINAN KESEHATAN


Medan, 15/2 (ANTARA) - Sebanyak 45 persen penduduk Indonesia terutama yang bekerja di sektor informal belum memiliki jaminan pelayanan kesehatan (JPK).

Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Askes (Persero), dr. Suzanna Zadli Razak, di Medan, Minggu, mengatakan, PT Askes siap memposisikan diri sebagai mitra pemerintah daerah dalam menangani JPK bagi masyarakat umum yang belum memiliki asuransi kesehatan.


"Hingga saat ini sudah 92,4 juta jiwa yang menjadi peserta PT Askes, baik sebagai peserta Askes Sosial, Askes Komersial, maupun asuransi lainnya," katanya.

Ia mengatakan, saat ini PT Askes dinyatakan sebagai perusahaan nirlaba, sehingga, tidak ada target untuk memberikan deviden kepada negara.

Oleh karena itu, dividen yang dihasilkan dikembalikan lagi untuk masyarakat peserta Askes. Pengembalian dividen itu berupa pemberian hibah mobil ambulans, peralatan komputer dan alat kesehatan bagi rumah sakit provider PT Askes yang saat ini berjumlah 951 buah di seluruh Indonesia, serta berbagai kegiatan promosi.

Khusus untuk program hibah mobil ambulans yang sudah berlangsung sejak tahun 2002 itu, telah diserahkan 158 unit ambulans. Pada tahun 2008 telah diserahkan sebanyak 44 unit dalam dua tahap.

"Salah saru Rumah sakit yang mendapat hibah ambulans adalah RSUD Deli Serdang, Sumut, sebagai salah satu provider Askes. Ambulans tersebut berstandar internasional yang dilengkapi dengan petugas terlatih," katanya. (ant)



Selengkapnya.....

Minggu, 22 Februari 2009

FOTO KEGIATAN LOMBA BAYI SEHAT AISYIYAH SUMUT TAHUN 2009







Gebyar Lomba Bayi Sehat Aisyiyah Sumut, Sosialisasi Imunisasi dan Pemberian Makanan Bergizi yang dilaksanakan oleh Pimpinan Wilayah Aisyiyah Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup (PWA-MKLH-SU) telah berlangsung dengan baik, Sabtu (21/2) di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah, Jln Mandala By Pass Medan.

Dari beberapa kegiatan itu, bersama ini kami turunkan foto-foto rangkaian acara yang dihadiri sekitar 200 peserta dari Kota Medan serta utusan dari beberapa kabupaten dan Kota lainnya.

Keterangan Foto :
1. Siswa TK ABA Aisyiyah Tegal Sari Mandala II Ranting Jermal
3. Suasana kegiatan Lomba Bayi Sehat Aisyiyah Tahun 2009
4. Ketua PWM MKKM SU Dr. Chairul Adillah Harahap SpA
5. Ketua PWA MKLH SU ir. Suryawati Hamzah MS
6. Panitia dari PWA MKLH dan anak-anak TK ABA
(yuni)
Selengkapnya.....

PWA-MKLH SUMUT GELAR LOMBA BAYI SEHAT, SOSIALISASI IMUNISASI DAN PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI





Pimpinan Wilayah Aisyiyah Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup (PWA-MKLH) Sumatera Utara menggelar kegiatan Lomba Bayi Sehat, Sosialisasi Imunisasi dan Pemberian Makanan Bergizi kepada ratusan balita, di Rumah Sakit Muhammadiyah Sumut, Sabtu (21/2). Kerjasama Aisyiyah, Dinkes Sumut, Nutricia, Sarihusada itu dihadiri ratusan balita dari beberapa kabupaten dan kota di Sumut. Zaskia Audi Muhayat, dari Deli Serdang, terpilih sebagai Bayi Sehat Aisyiyah Sumut tahun 2009.


Kepala Dinas Kesehatan Sumut Dr. Chandra Syafie DSOG yang diwakili oleh Dr. Suryantini memujikan pedulian Aisyiyah Sumatera Utara terhadap perkembangan kesehatan anak di daerah ini. Kami menyambut baik akan upaya Aisyiyah dalam menyelenggarakan Lomba Bayi Sehat 2009. Diharapkan dengan kegiatan seperti ini dapat dihasilkan generasi masa depan yang sehat, cerdas dan kelak dapat menjadi manusia yang berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat dan negara.

Sedangkan Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumut Hj. Asmawita AM, LCS, MA mengatakan bahwa Aisyiyah selalu berada pada garda depan untuk tetap memperjuangkan masyarakat yang sehat. Dengan masyarakat yanag sehat itulah pondasi untuk menjadikan negara yang kuat. Pembinaan dan pemeliharaan anak tidak hanya pada fisik tapi juga pada jiwanya. Asmawita mentakan, sebagai masyarakat Global maka kerjasama antara Aisyiyah dan MCCI/IP ( Millenium Challenge Corporation Inddonesia / Immunization Project) adalah sebuah kerjasama yang strategis dalam meningkatkan masyarakat yang sehat dan kuat.

BANGGA WANITA INDONESIA

Sementara itu, Management MCCI/IP dr. Asmatullah Arab memujian wanita Indonesia. Dari banyak negara muslim yang dkunjunginhya, tidak banyak negara yang memiliki wanita dengan organisasi yang rapi dan kuat. Salah satunya adalah Aisyiyah. Asmatullah Arab mengatakan, ini adalah potensi dan sumber daya yang sangat bagik dalam usaha meningkatkan kesehatan masyarakat. Khusus Aisyiyah Asmatullah Arab mengatakan, selain organisasinya kuat, Aisyiyah juga memiliki lembaga pendidikan, kesehatan dari pusat sampai ke daerah.

Ia mengatakan, kerjasama antara MCCI/IP dengan Aisyiyah sudah berlangsung selama dua tahun dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap imunisasi. MCCI/IP berusaha untuk menekah folio, tetanus dan campak, kata Asmatullah.

Pada hari yang sama Direktur RSU Muhammadiyah Dr. Ade Taufiq SpOG dan Ketua PWM Majelis MKKM Dr. Chairul Adillah Harahap SpA menjelaskan tentang peran serta Muhammadiyah dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

BAYI SEHAT AISYIYAH 2009

Lomba Bayi Sehat Aisyiyah Sumut 2009 diikuti oleh 23 bayi yang merupakan utusan ‘bayi sehat’ dari beberapa Pimpinan Daerah Aisyiyah, seperti PDA Medana, PDA Tebing Tinggi, PDA, Langkat, PDA Pematang Siantar, PDA Karo, PDA Simalungun serta utusan dari RSU Muhammadiyah. Untuk melakukan penilaian terhadap 23 peserta bayi sehat itu, PWA MKLH menetapkan tiga orang dewa juri : dr. Hendy Zulkarnain SpA (Ketua) (ketua juri) ; dr. Herdiansyah Hasibuan dan dr. Desy Arisanti

Dewan juri telah menetapkan beberapa kriteria untuk memilih Bayi Sehay Aisyiyah Sumut 2009 itu. Setelah melakukan pemeriksaan secara selektif, maka diputuskanlah enam bayi sehat sebagai pemenang. Mereka adalah : Juara 1. Zaskia Audi Muhayat (Deli Serdang). Juara II, M. Abduh Zaska (Karo). Juara III, M. Aditya Agasta (Langkat). Sedangkan pemenang harapan 1, Nur Aini ( Tebing Tinggi), pemenang harapan 2, Syahrial Gemilang Damanik (Simalungun) dan pemenang harahap 3, Dicho Fatin Azhari BB (Pematang Siantar)*** Yuni






Selengkapnya.....

DR. ASMATULLAH ARAB (MCCI/IP) : ORGANISASI SEPERTI AISYIYAH ADALAH POTENSI BESAR BANGSA INDONESIA


Dr. Asmatullah Arab Management dari MCCI/IP ( Millenium Challenge Corporation Indonesia/ Immunization Project) selaku mitra kerja PP Aisyiyah dalam program peningkatan cakupan imunisasi di seluruh Indonesia, selain menyampaikan pujian dan ucapan terima kasih atas kerjasama yang demikian baik antara Aisyiyah dengan MCCI/IP, juga menyampaikan bahwa organisasi wanita seperti Aisyiyah adalah potensi besar bangsa Indonesia. Karena organsiasi seperti ini tidak banyak ditemukan dinegara-negara muslim



Penjelasan Dr. Asmatullah Arab itu disampaikan dalam sambutan management MCCI/IP pada Lomba Bayi Sehat Aisyiyah Sumatera Utara 2009, Sosialisasi Imunisasi dan Pemberian Makanan Bergizi kepada Balita. Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (21/2) itu dihadiri sekitar 200 undangan dan diantaranya adalah utusan dari Pimpinan Daerah Aisyiyah dan beberapa kabupaten dan Kota di Sumatra. Asmatullah Arab yang sudah 2 tahun di Indonesia (Sumut) itu mengatakan sangat puas dan memujikan kerjasama yang dilakukan. “ Saya bangga dengan Aisyiyah,” sebutnya dalam pidato berbahasa Inggris itu.

Kerjasama antara MCCI/IP dengan berbagai organsiasi wanita di Indonesia dilakukan untuk mendorong lebih cepat terhadap usaha pencegahan penyakit seperti campai, tetanis dan folio. Karena bila kerjasama itu hanya dilakukan dengan Dinas Kesehatan saja maka usaha penyebaran ke masyarakat tidak dapat dilakukan secara lebih luas. Maka peran organisasi wanita seperti Aisyiyah, IBI, Muslimat NU, Pramuka, dll adalah usaha untuk mendorong cakupan imunisasi yang lebib luas.

Program kerja yang sudah digelar sekitar 2 tahun itu telah menghasilkan pemahaman yang masyarakat yang lebih luas. Kata dr. Asmatullah Arab, MCCI/IP berharap bila kerjasama ini berakhir pada Maret 2009 nanti diharapkan Aisyiyah dapat meneruskan program ini.

Sebagai ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasama Aisyiyah dan MCCI/IP itu, PWA-MKLH menyerahkan surat penghargaan kepada MCCI/IP atas usaha dan kerjasamanya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kegiatan imunisasi. Penghargaan itu diserahkan langsung ole Ketua PWA-MKLH Ir. Suryawati Hamzah MS kepada Dr. Asmatullah Arab (yuni)

Selengkapnya.....

KADINKES SUMUT : PUJIKAN 'AISYIYAH YANG PEDULI TERHADAP KESEHATAN ANAK


Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Dr. Chandra Syafei, DSOG yang diwakili oleh Dr. Suryantini memujikan pedulian Aisyiyah Sumatera Utara terhadap perkembangan kesehatan anak di daerah ini. Kami menyambut baik akan upaya Aisyiyah dalam menyelenggarakan Lomba Bayi Sehat 2009. Diharapkan dengan kegiatan seperti ini dapat dihasilkan generasi masa depan yang sehat, cerdas dan kelak dapat menjadi manusia yang berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat dan negara.


Penjelasan itu disampaikan Dr. Chandra Syafei pada acara Lomba Bayi Sehat, Sosialisasi Imunisasi serta Pemberian Makanan Bergizi yang dilaksanakann PWA Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup, Sabtu (21/2) di RSU Muhammadiyah Sumut, Jln Mandala By Pass No.27. Hadir beberapa utusan Pimpinan Daerah Aisyiyah se-Sumatera Utara, Management MCCI/IP (selaku mitra kerja Aisyiyah).

Dr. Chandra Syafei mengatakan bahwa anak adalah karunia dan amanah Allah SWT. Anak mempunyai kedudukan yang sangat penting sebagai penerus keturunan/ generasi, sebagai aset bangsa dan sembagai sumber daya pembangunan masa mendatang. Masa kanak-kanak adalah masa yang teramat penting. Lima tahun pertama kehidupan balita merupakan masa emas untuk meletakkan dasar kepribadian, moral, sikap dan kecerdasan seseorang. Bila pada masa penting itu seorang anak salah bentuk maka akibatnya bisa fatal.

Kata Dr. Chandar Syafei, ada tiga hal yang penting tentang anak; yakni pertumbuhan, perkembangan dan hak-hak anak, yakni Hak Hidup, Hak Tumbuh, dan Hak Berkembang secara optimal dan bebas dari kecacatan dan keterbatasan yang secara fisik, mental, emosional dan sosial. Awal kebutuhan dasar si anak harus terpenuhi, yaitu cinta dan kasih sayang, perlindungan, makanan bergizi, pemeliharaan kesehatan serta pendidikan.

Menyangkut dengan pertumbuhann anak, Dr. Chandra Syafei mengatakan bahwa agar pertumbuhan optimal dimulai dengan pemberian ASI sedini mungkin yang disebut dengan IMD (Insiasi Menyusui Dini) yang diberikan selama 2 tahun. Pemberian ASI pada bayi adalah tindakan yang sangatb bijaksana karena bayi membutuhkan makanan terbaik untuk perkembangan fisiknya, sekaligus jalinan kasih sayang ketika si ibu sedang menyusui bayinya. Kemudian, ketika bayi berusaha 6 bulan maka bayi membutuhkan makanan tambahan yang begizi seimbang. Kata dr. Chandra, pertumbuhan anak yang baik ditandai dengan penambahan berat badan yang sesuai.

Kepada PWA Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup, dr. Chandra Syafei melalui dr. Suryantini, peran serta dan kemandirian organisasi seperti Aisyiyah sangat diharapkan dalam mendukung usaha pemerintah dalam meningkatan kualitas kesehatan masyarakat. (yuni)


Selengkapnya.....

ZASKIA AUDI MUHAYAT TERPILIH SEBAGAI BAYI SEHAT AISYIYAH SUMUT 2009


ZASKIA AUDI MUHAYAT bayi utusan dari Pimpinan Daerah Deli Serdang terpilih sebagai Bayi Sehat Aisyiyah Sumut Tahun 2009. Dari 23 peserta Lomba Bayi Sehat Aisyiyah yang berlangsung, Sabtu (21/2) di RSU Muhammadiyah Sumut. Lomba Bayi Sehat Aisyiyah Sumut 2009 itu dilaksanakan oleh Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup (MKLH) Sumatera Utara atas kerjasamanya dengan mitra Aisyiyah, seperti Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum Muhammadiyah, MCCI/IP, Babelac dan Sarihusada. Program ini merupakan bahagian dari agenda kegiatan PPA MKLH.


Lomba Bayi Sehat Aisyiyah Sumut 2009 diikuti oleh 23 bayi yang merupakan utusan ‘bayi sehat’ dari beberapa Pimpinan Daerah Aisyiyah, seperti PDA Medana, PDA Tebing Tinggi, PDA, Langkat, PDA Pematang Siantar, PDA Karo, PDA Simalungun serta utusan dari RSU Muhammadiyah. Untuk melakukan penilaian terhadap 23 peserta bayi sehat itu, PWA MKLH menetapkan tiga orang dewa juri : dr. Hendi Zulkarnain SpA (ketua juri) ; dr. Herdiansyah Hasibuan dan dr. Desi Arisanty
Dewan juri telah menetapkan beberapa criteria untuk memilih Bayi Sehay Aisyiyah Sumut 2009 itu. Setelah melakukan pemeriksaan secara selektif, maka diputuskanlah 6 bayi sehat sebagai pemenang. Mereka adalah :
Juara 1. Zaskia Audi Muhayat (Utusan PDA Deli Serdang), peserta dengan nomor urut -17dengan nilai 340
Juara II, M. Abduh Zaska (Utusan PDA Karo) peserta dengan nomor urut 04 dengan nilai 335
Juara III, M. Aditya Agasta (Utusan PDA Langkat) peserta dengan nomor urut 6 dengan nilai 330
Pemenang Harapan 1, Nur Aini ( PDA Tebing Tinggi) peserta dengan nomor urut 27 dengan nilai 325
Pemenang Harapan 2, Syahrial Gemilang Damanik (PDA Simalungun) peserta dengan nomor 01 dengan nilai 320
Pemenang Harahap 3, Dicho Fatin Azhari BB (PDA Pematang Siantar) peserta dengan nomor 23 dengan nilai 315

PWA MKLH selaku penyelenggara kegiatan ini, memberikan tropy, sertifikat, bingkisan dan uang tunai kepada pemenang 1,2,3 dan harapan 1,2 dan 3. Tropy, sertifikat, Cinderamata dan hadiah diberikan langsung oleh PWA SU, Dinkes SU, Management MCCI/IP, Direktur RSU Muhammadiyah, dan PWM Majelis MKKM (yuni)




Selengkapnya.....

EKSTRAK HERBAL LEBIH BAGUS DARIPADA OBAT SINTETIK


KEGEMARAN masyarakat belakangan ini, untuk menggunakan ekstrak obat herbal dinilai masih lebih bagus dibandung penggunaan obat sintetik yang mengandung bahan kimia. "Penggunaan obat atau jamu tradisional yang dikenal ekstrak herbal asal yang terstandar, lebih bagus dibanding penggunaan obat sintetik," kata pakar Farmakologi yaitu ilmu serapan obat pada tubuh manusia pada Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Prof Dr Anas Subarnas, M.Sc, Sabtu (21/2).

Pemakaian obat herbal asalkan yang terstandar relatif lebih aman dari pada obat sintetik yang mengandung bahan kimiawi, ujarnya menanggapi maraknya beredar obat herbal dipasaran saat ini. Dari hasil penelitian Prof Anas Subarnas, obat herbal sudah terbukti memiliki banyak khasiat atau kegunaan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, misalnya mampu mengobati diabetes. Atas keprihatinan maraknya peredaran obat herbal, dilakukan pengujian klinis khasiat obat herbal yang baru dilakukan oleh dua perusahaan obat dari sekian banyak perusahaan obat yang ada di Indonesia.

"Mungkin karena biaya uji klinis sangat mahal di Indonesia, sehingga jarang dilakukan uji knilis terhadap obat herbal," katanya. Selama ini khasiat positif obat herbal hanya diyakini dari informasi turun-temurun tanpa adanya pengujian secara empirik atau berdasarkan ilmu pengetahuan, namun kini obat herbal memiliki khasiat dan keamanan yang sudah teruji secara klinik dapat digunakan sebagai bahan pengobatan. Dikatakan, pemanfaatan sumber daya alam khususnya tumbuh-tumbuhan diyakini dapat menciptakan formula bagi penyakit-penyakit yang belum diketahui obatnya, seperti kanker, tumor, atau HIV/AIDS.

Penelitian obat herbal selain dapat membudidayakan tumbuh-tumbuhan juga dapat menciptakan obat baru dalam dunia kesehatan. "Kita namai obat herbal standar, yang alami tanpa bahan kimia obat (BKO)," katanya.(Ant)


Selengkapnya.....

Flu Burung Landa 11 Kecamatan di Banyuwangi

TEMUAN ayam mati positif terkena flu burung menyebar di 11 Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi, Jatim, mulai awal Januari hingga, Jumat (20/2) ini, tercatat berjumlah 932 ekor. Flu burung ditemukan melanda di kecamatan Tegalsari, Banyuwangi Kota, Genteng, Purwoharjo, Pesanggaran, Kalibaru, Gambiran, Glagah, Kabat, Giri, dan Kalipuro. Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Banyuwangi, Satriyo Ariwibawa, Jumat (20/2), mengatakan, temuan terbaru sekitar 18 ayam milik Bambang, warga kelurahan Giri, kecamatan Giri, dinyatakan positif flu burung, pada Kamis (19/2) lalu.
Menurut dia, Bambang yang juga peternak, segera melapor ke ketua RT setempat tentang ayam yang dimiliki mati mendadak. Kemudian laporan tersebut diteruskan ke Dinas Peternakan. "Sekarang masyarakat langsung melaporkan ke petugas, bila mengetahui ayamnya mendadak mati. Namun, perilaku membuang bangkai ayam ke sungai masih marak dilakukan," katanya menegaskan. Jumlah ayam yang mati (932 ekor) terkena flu burung di kabupaten Banyuwangi, sementara ini berada di urutan teratas temuan unggas yang mati terkena flu burung di Jatim, katanya menambahkan.

Satriyo mengaku, prihatin hingga saat ini Pemkab Banyuwangi belum segera membangun rumah potong ayam. Limbah ayam dibuang ke sungai, kemudian limbah tersebut dimakan ayam yang tinggal di sekitar aliran sungai. Bisa menyebarkan virus flu burung. Usaha yang dilakukan Dinas Peternakan sebatas memberi penyuluhan apa, mengapa, dan bahaya flu burung di daerah yang sudah ditemukan kasus. Sementara daerah yang belum terjangkit flu burung, warga belum mendapat penyuluhan. Seharusnya, penyuluhan tentang flu burung diberikan pada warga di semua daerah. Terutama daerah yang belum ditemukan kasus flu burung.

Menurut Satriyo, selama musim penghujan virus tersebut berkembang cepat. Pasalnya, kondisi lembab membuat virus H5N1 lebih cepat berkembang biak. Akibatnya temuan ayam yang mati karena virus ini meningkat. "Usahakan setelah memegang ayam atau unggas lain segera mencuci tangan dengan sabun. Serta membersihkan kandang dengan air limbah cucian atau air deterjen. Tindakan ini untuk meminimalisasi resiko terkena flu burung," katanya menegaskan.
Selengkapnya.....

Jumat, 20 Februari 2009

HILLARY INGIN UBAH CITRA AMERIKA SOAL LINGKUNGAN

Bertandang ke Indonesia, Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton turut memasukkan misi mengubah citra buruk Amerika yang selama ini kerap jadi kambing hitam pemanasan global dunia.
Sejak konferensi perubahan iklim di Bali dua tahun lalu, Amerika sebagai salah satu emiter terbesar dunia selalu menjadi “kambing hitam” akibat sikap pemerintah George W Bush yang selalu menolak memasang target reduksi emisi gas rumah kaca nasional mereka. Kini Hillary yang mewakili pemerintahan Obama, berusaha menghapus citra itu. Kedatangannya kali ini pun tak lupa mengunjungi proyek kakus biogas bantuan organisasi US AID di Petojo, Jakarta, Kamis (19/2).

Di depan para wartawan, Hillary menyatakan Amerika dan Indonesia kini memiliki misi dan kepentingan yang sama menyoal lingkungan hidup.

“Kami menghargai keputusan Indonesia menyelenggarakan konferensi perubahan iklim Bali dan bersama saya saat ini juga ikut serta tim perubahan iklim pemerintahan Obama,” kata Hillary, Rabu lalu dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda.

Meski tak menjabarkan lebih lanjut apa saja yang akan dilakukan tim perubahan iklim Pemerintahan Obama itu, Hillary tetap berjanji Amerika akan membantu upaya Indonesia mengatasi masalah-masalah lingkungan.

Salah satu saluran bantuan Amerika untuk lingkungan Indonesia terutama berasal dari USAID, organisasi nirlaba yang berada di bawah Departemen Luar Negeri Amerika. Tahun lalu komitmen Amerika untuk membantu lingkungan dan kesejahteraan Indonesia lewat US AID berjumlah US$150 juta.

Perwakilan Amerika untuk lingkungan, sains, teknologi, dan kesehatan dari Kedutaan Amerika di Jakarta, Collete Marcelin menyatakan negaranya memang berniat menjadikan isu lingkungan sebagai salah satu kebijakan utama mereka di Indonesia. Isu ini terkait pemanasan global yang kini hangat dibahas di komunitas internasional. Amerika sendiri berada di bawah tekanan negara-negara Eropa, untuk segera mengubah kebijakan lingkungan mereka sebagai negara emiter karbon terbesar dari industri.

“Kami sadar Indonesia secara alami memiliki peranan penting dalam isu perubahan iklim,” kata Marcelin ditemui dalam pesta di kediaman Hume tahun lalu.

Menurutnya Amerika berminat makin terlibat antara lain dalam bentuk program reservasi air bersih, pelestarian orang utan serta program-program hijau lainnya. Perlahan tapi pasti, Amerika berusaha memulihkan citra lingkungan mereka.

“Luar biasa, saya sangat senang bisa kembali berada di sini,” kata Hillary sesaat sebelum melangkah masuk ke Gedung Pancasila di Pejambon, Departemen Luar Negeri, Jakarta.

Hillary meninggalkan Jakarta kemarin siang, segera menuju Korea Selatan dan China sesuai agenda kunjungan diplomatiknya di Asia. n Selengkapnya.....

Selasa, 17 Februari 2009

SABTU (21/2) DI MEDAN, AISYIYAH SUMUT GELAR GEBYAR LOMBA BAYI SEHAT

Medan – PW Aisyiyah Sumatera Utara Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup (MKLH) kembali menggelar kegiatan yang bertemakan kesehatan untuk ummat. Kali ini dalam rangka menyongsong Indonesia Sehat 2010, PWA MKLH akan menggelar kegiatan Sosialisasi Imunisasi, Pemberian Makanan Bergizi dan Lomba Bayi Sehat. Kegiatan ini diikuti 13 Kabupaten di Sumatra Utara dan puncak kegiatannya akan berlangsung, Sabtu (21/2) di RSU Muhammadiyah Sumut, Jln Mandala By Pass, Medan.

Demikian dijelaskan PWA Majelis KLH Ir. Suryawati Hamzah (Ketua) dan Yuniar R. Yoga (Sekretaris) kepada wartawan di Medan, Kamis sore (19/2). Katanya, program yang digagasan secara bersama antara Aisyiyah, MCCI/IP (satu lembaga donor yang peduli terhadap kesehatan), RSU Muhammadiyah Sumatera Utara dan mitra kerja lainnya. Kerjasama antara Aisyiyah dan MCCI/IP, demikian Suryawati, sudah berlangsung sejak dua tahun lalu. Program sosialisasi, komunikasi dan mobilasasi imunisasi untuk masyarakat itu telah dilaksanakan di 13 kabupaten. Aisyiyah bahkan ikut secara aktif dalam forum komunikasi imunisasi baik ditingkat provinsi mau pun kabupaten.

Suryawati mengatakan dukungan dan kerjasama yang dilakukan Aisyiyah, mulai dari Pusat, Wilayah dan Daerah dengan mitra kerja seperti MCCI/IP, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten serta Pemko dan Pemkab sangat berarti dalam mendorong peningkatan cakupan dan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya imunisasi itu. Aisyiyah bahkan sudah mengirimkan beberapa tenaga medis ( dokter, bidan dan perawat) serta tim motivator yang berasal dari pengurus Aisyiyah.

Dijelaskan, Aisyiyah sebagai organisasi Muhammadiyah yang bergerak dibidang dakwak dan pendidikan itu, memiliki akar rumput (masa) yang cukup banyak. Potensi itu akan menjadi sebuah kekuatan bila dimobilsiasi dengan baik.

Suryawati mengatakan, program imunisasi sudah dilakukan secara konitinyu dibeberapa amal usaha kesehatan (AUMKES) baik milik Muhammadiyah mau pun Aisyiyah. Aisyiyah juga secara aktif melakukan sosialisasi bagi usaha meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan penyuluhan pemberian gizi kepada bayi dan balita. Kali ini, Aisyiyah juga melakukan kegiatan Lomba Bayi Sehat. Disebutkan, pemenang dari lomba yang berlangsung di tingkat kabupaten dan kota itu akan dilanjutkan ditingkat provinsi. Katanya, tiap kabupaten dan kota akan mengirimkan 2 bayi sehat terbaiknya. PWA MKLH telah menyiapkan tim juri yang terdiri dari dokter d untuk melakukan penilaian.

PWA Aisyiyah MKLH Sumatera Utara itu mengundang warga Aisyiyah untuk dapat menghadiri kegiatan Gebyar Lomba Bayi Sehat itu, Sabtu (21/2). Sangat diharapkan warga dapat membawa bayinya karena panitia menyediakan makanan sehat dan bergizi kepada bayi yang hadir. (yuni)
Selengkapnya.....

14 NEGARA PULAU TERANCAM HILANG

Jakarta, Tanpa upaya mereduksi emisi gas-gas rumah kaca—terutama karbon dioksida—ke atmosfer, dalam jangka panjang bukan hanya pola iklim dan siklus hidup berubah. Hilangnya ribuan pulau, termasuk 14 negara pulau di muka bumi ini, akan mengubah peta dunia.

Bencana ini disebabkan naiknya permukaan laut karena mencairnya es di kutub. Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi dalam pidato kunci pada Pertemuan Ke-25 Dewan Pengarah (Governing Council) Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) di Nairobi, Kenya, Senin (16/2), mengingatkan kembali dampak global dari perubahan iklim.

Pencemaran gas-gas rumah kaca telah berdampak nyata pada naiknya suhu muka laut, mencairnya es di kutub, naiknya tinggi muka laut, tenggelamnya pulau-pulau, serta hancurnya terumbu karang akibat pengasaman dan melemahnya ketahanan pangan dari laut.

Karena itu, dalam pertemuan yang dihadiri delegasi dari 136 negara itu, Freddy mengajak UNEP mengangkat isu laut dan perubahan iklim serta mengundang dunia untuk bersama-sama hadir di World Ocean Conference (WOC) 2009 di Manado untuk menyepakati Manado Ocean Declaration (MOD).

Dalam pertemuan yang akan berlangsung hingga Jumat, delegasi RI dipimpin oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, beranggotakan Gubernur Sulut sebagai Wakil Ketua Panitia WOC Sinyo H Sarundajang, Sesmenko Kesra/Sekretaris WOC Indroyono Soesilo, Dubes RI di Kenya Budi Bowoleksono, Deputi II Menneg LH Masnellyarti Hilman, Dirjen Multilateral Deplu Rezlan Jenie, dan Kepala BRKP-DKP Gelwyn Yusuf.

Target delegasi Indonesia adalah melaporkan persiapan WOC, Coral Triangle Initiative Summit, dan draf MOD.

Tampil menyampaikan pidato kunci lainnya, yaitu Menteri Pertanian Belanda Gerda Verburg dan Inspektur United Nations System Tadanori Inamata.

Pulau tenggelam

Indroyono Soesilo menambahkan, di antara peserta pertemuan hadir delegasi dari Small Islands Development State (SIDS) yang menyatakan kesediaannya untuk hadir dalam WOC 2009.

Mereka akan mendukung MOD sebagai upaya untuk mitigasi dan adaptasi menghadapi perubahan iklim.

Diperkirakan dari 44 anggota SIDS, 14 negara kecil di antaranya terancam hilang akibat naiknya permukaan laut, antara lain beberapa negara pulau di Samudra Pasifik, yaitu Sychelles, Tuvalu, Kiribati, dan Palau, serta Maladewa di Samudra Hindia.

Akibat pemanasan global, minimal 18 pulau di muka bumi ini telah tenggelam, antara lain tujuh pulau di Manus, sebuah provinsi di Papua Niugini.

Kiribati, negara pulau yang berpenduduk 107.800 orang, sekitar 30 pulaunya saat ini sedang tenggelam, sedangkan tiga pulau karangnya telah tenggelam.

Maladewa yang berpenduduk 369.000 jiwa, presidennya telah menyatakan akan merelokasikan seluruh negeri itu. Sementara itu, Vanuatu yang didiami 212.000 penduduk, sebagian telah diungsikan dan desa-desa di pesisir direlokasikan

Karena ancaman nyata itu, delegasi dari negara kepulauan tersebut serta Aljazair dan Tanzania sangat mendukung WOC dan akan hadir di Manado, mengingat negara tersebut terancam hilang dari muka bumi ini akibat perubahan iklim.

Indonesia sendiri berpotensi kehilangan 2.000-an pulau pada tahun 2030 bila tidak ada program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, ujar Indroyono, yang juga mantan Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP.

Ekonomi hijau

Dalam pertemuan itu UNEP mengusung tema ”Green is the New Deal”. Meski dunia tengah didera krisis finansial, krisis lingkungan akibat perubahan iklim tetap lebih parah dampaknya. Karena itu, UNEP memperkenalkan green economy, termasuk ketahanan pangan, biofuel, dan berupaya terus mengangkat isu kelautan ke dalam program UNEP, kata Indroyono.

Direktur Eksekutif UNEP Ahiem Steiner dalam sambutannya juga menyatakan mendukung WOC dan memberikan komitmennya akan membawa hasil-hasil WOC dan MOD pada COP-15 UNFCCC yang akan diadakan di Kopenhagen, Desember 2009. (YUN/KPS) Selengkapnya.....

PERUBAHAN IKLIM: KENAIKAN MUKA LAUT 10 MILIMETER

Jakarta,Berdasarkan pemantauan Departemen Kelautan dan Perikanan serta Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, kenaikan muka air laut di Indonesia rata-rata 5-10 milimeter per tahun. Strategi adaptasi dan mitigasi belum menyeluruh sehingga garis pantai semakin mundur. Luas daratan hilang setiap tahun mencapai 4.759 hektar.

Demikian dikemukakan Kepala Subdirektorat Pengelolaan Pesisir dan Lautan Terpadu pada Departemen Kelautan dan Perikanan Subandono Diposaptono, Senin (16/2). ”Mundurnya garis pantai berdampak terhadap banyak hal,” kata Subandono.

Menurut dia, terkikisnya daratan pesisir itu memusnahkan vegetasi mangrove karena tidak mampu bermigrasi. Mangrove sebagai penahan gelombang air laut terancam punah.

Abrasi atau terkikisnya pantai dari tahun ke tahun sudah merusak berbagai fasilitas dan bangunan di pantai di sejumlah tempat.

Secara terpisah, Kepala Bidang Analisa Klimatologi dan Kualitas Udara pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Soetamto mengatakan, dinamika atmosfer di wilayah Indonesia menunjukkan kecenderungan musim kemarau bertambah panjang, sedangkan musim hujan semakin pendek, tetapi intensitas curah hujan meningkat. Intensitas curah hujan itu kemudian meningkatkan intensitas bencana banjir dan tanah longsor.

Sementara itu, dijelaskan, pemerintah di Jakarta mengatur kebijakan hanya 20 persen luas lahan yang boleh dibangun di daerah resapan, seperti di Ciganjur, Jakarta Selatan.

Subandono mengatakan, kondisi tanah di pantai utara Pulau Jawa sebetulnya masih labil sehingga pembangunan di wilayah itu berpotensi menimbulkan pemampatan. Beban bangunan di pantai mengakibatkan tanah ambles sehingga memicu permukaan air laut menggenangi daratan.

”Kenaikan permukaan air laut 5-10 milimeter per tahun itu cukup kecil, tetapi dalam hitungan waktu puluhan tahun akan banyak berarti dalam menimbulkan kerusakan lingkungan,” kata Subandono. (NAW/KPS) Selengkapnya.....

Senin, 16 Februari 2009

KOLESTROL NORMAL TAK MENJAMIN TERHINDAR DARI PENYAKIT JANTUNG

Oleh : dr. Anyta P. Pardede

HUBUNGAN antara kadar kolesterol darah dengan risiko penyakit jantung koroner sangat kuat. Hal ini telah terbukti oleh banyak penelitian dan sudah bukan merupakan hal yang baru lagi bagi setiap orang.

Lemak memang penting sekali untuk berfungsinya sel dan digunakan sebagai sumber energi, pelindung badan, pembentukan sel dan pembentukan (sintesis) hormon.

Namun risiko lemak itu pun tak kalah banyaknya dan mempunyai kaitan dengan berbagai macam penyakit yang serius, seperti tekanan darah tinggi, diabetes melitus, penyakit pernafasan, bahkan penyakit jantung koroner.

Lemak pada umumnya tidak larut dalam air. Agar lemak itu dapat diangkut dalam peredaran darah, maka lemak itu dibuat menjadi larut dalam air yang merupakan gabungan antara lemak dan protein. Lipoprotein ada berbagai macam sesuai dengan berat jenisnya, yang telah banyak dikenal adalah Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL).

Penyakit jantung koroner merupakan suatu kondisi di mana jantung tidak dapat bekerja dengan semestinya karena otot jantung mengalami kerusakan akibat kekurangan oksigen. Penyakit jantung koroner saat ini menempati peringkat yang sangat tinggi dalam prioritas pelayanan kesehatan setelah penyakit infeksi dan gizi dan diperkirakan akan menjadi pembunuh manusia nomor satu di dunia pada masa mendatang.

Penyebab utamanya karena pembuluh darah yang menyempit/mengeras atau yang disebut aterosklerosis. Proses aterosklerosis ini berlangsung lama dan dapat berjalan tanpa kita rasakan.

Banyak faktor yang berperan pada proses ini, namun yang paling sering adalah kenaikan konsentrasi kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan kolesterol HDL yang disebut dislipidemia.

Lemak yang berlebihan dalam tubuh merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner karena lemak yang berlebihan dapat menempel pada dinding pembuluh darh sehingga akan terjadi penyumbatan pembuluh darah.

LDL kolesterol atau yang lebih sering dikenal sebagai “kolesterol jahat” sangat berperan dalam mengakibatkan penyakit jantung koroner. Akan tetapi walau-pun banyak pengobatan telah dilakukan untuk menurunkan konsentrasi kolesterol LDL, risiko penyakit jantung koroner hanya menurun sekitar 50 persen. Oleh karena itu, sekarang banyak studi dilakukan untuk mempelajari faktor lain yang terkait dengan penyakit jantung koroner.

Saat ini telah terbukti bahwa penyakit jantung juga dapat dimulai dengan adanya proses peradangan (inflamasi) yang berlangsung lama (kronis). Proses inflamasi kronis ini dapat dilihat dari konsentrasi CRP (C-reactive Protein) dalam tubuh, Inflamasi kronis tidak mengakibatkan peningkatan konsentrasi CRP yang sangat tinggi, melainkan berada dalam rentang konsentrasi yang rendah (<10 mg/L).

Konsentrasi CRP dalam rentang 1-10 mg/L ini menunjukkan adanya risiko terjadi penyakit jantung koroner. CRP adalah suatu jenis protein yang dihasilkan oleh hati ketika terjadi cedera akut, peradangan, atau infeksi. Sedangkan beberapa kondisi tertentu lain juga dapat mengakibatkan peningkatan CRP yang bersifat kronis (berlangsung lama dan perlahan-lahan) sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koro-ner tanpa kita sadari.

Beberapa kondisi ini antara lain adalah kegemukan (obesitas) dan gangguan pada gula darah (diabetes).

Obesitas merupakan kelainan metabolisme yang palig sering diderita manusia. Penyakit ini merupakan salah satu kelainan metabolisme yang paling lama tercatat dalam sejarah seperti terlihat pada sebuah patung tanah liat yang berasal dari jaman lebih kurang 22.000 tahun sebelum Masehi, patung itu menggambarkan seseorang wanita setengah baya yang gemuk. Obesitas kemudian masih selalu tercatat sepanjang sejarah, sejak jaman Mesir dan Yunani purba, bahkan juga sampai sekarang masih merupakan persoalan.

Masyarakat sendiri sering tidak menganggap obesitas sebagai suatu penyakit, tetapi justru merupakan sesuatu yang wajar, bahkan karena ketidaktahuan, mereka menganggap obesitas sebagai petanda kemakmuran.

Obesitas dapat terjadi karena banyaknya asupan kalori ke dalam tubuh yang tidak disertai olah raga atau aktivitas fisik yang cukup, atau karena faktor keturunan. Walaupun orang gemuk dalam masyarakat banyak merasakan dan mengalami bahwa kegemukannya merupakan sesuatu hal yang kurang baik bahkan tidak disenangi, yang tampak dari makin seringnya tampak iklan komersial untuk menurunkan kegemukan di media massa, tetapi hanya sedikit di antara mereka yang menyadari bahwa obesitas mempunyai kaitan dengan penyakit yang serius seperti penyakit jantung koroner.

Seseorang yang kegemukan walaupun kadar kolesterolnya normal (tidak me-ngalami dislipidemia), namun ia tetap saja berisiko terkena penyakit jantung koroner karena sel-sel lemaknya mengeluarkan faktor-faktor yang memicu timbulnya peradangan tingkat rendah dengan konsentrasi CRPnya meningkat.

Perubahan pola makan yang telah bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayuran, ke pola makan kebarat-baratan dengan komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula dan mengandung sedikit serat ternyata mempunyai dampak terhadap kesehatan masyarakat.
Salah satunya adalah meningkatnya prevalensi diabetes melitus. Selama ini faktor risiko penyakit jantung koroner yang utama adalah hiperlipidemia, tetapi ter-nyata di samping itu diabetes juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner.

Kadar gula darah yang tinggi, terlebih bila disertai dengan faktor risiko lain seperti dislipidemia, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan kegemukan, dapat menyebabkan tertutupnya aliran darah yang memberikan suplai darah pada otot jantung. Akibatnya dapat terjadi serangan jantung akut yang dapat mengakibatkan kematian mendadak. Pada diabetes, dapat timbul gangguan metabolisme lemak (dislipidemia) berupa tingginya kadar trigliserida, kolesterol LDL dan rendahnya kadar kolesterol HDL.

Akhir-akhir ini juga telah dikemukakan teori resistensi insulin pada proses terjadinya penyakit jantung koroner. Kadar insulin yang tinggi ternyata berpengaruh terhadap peningkatan kadar lemak darah berupa kenaikan kadar trigliserida dan penurunan kadar koesterol HDL.

Bagaimanakah cara yang tepat untuk mengetahui risiko terkena penyakit jantung koroner? Pemeriksaan profil lemak (kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL) meru-pakan prosedur standar untuk memprediksi kejadian penyakit jantung koroner.

Akan tetapi, ternyata penyakit jantung koroner dapat juga dimulai dari adanya proses peradangan (inflamasi) yang bersifat kronis. Itulah sebabnya individu dengan profil lemak yang normal dapat tetap berisiko terkena penyakit jantung koroner.

Untuk mengetahui adanya peradangan dalam tubuh kita dapat dengan melakukan pemeriksaan hsCRP (High Sensitivity C-reactive Protein). hsCRP merupakan pemeriksaan untuk mengukur konsentrasi CRP yang sangat kecil sehingga bersifat lebih sensitif. Pemeriksaan CRP yang sangat sensitif ini juga diperlukan untuk memperkirakan risiko penyakit jantung koroner.

Untuk menghindari ancaman penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan mencari penyebab terjadinya peningkatan konsentrasi CRP, kemudian melakukan modifikasi atau penanganan terhadap penyebab tersebut.

Misalnya dengan melakukan hidup sehat teratur, diet rendah kolesterol, meningkatkan aktivitas fisik atau olah raga dan melakukan penurunan konsentrasi gula darah atau kolesterol yang tinggi.*** (Oleh : dr. Anyta P. Pardede) Selengkapnya.....

LIBATKAN MASYARAKAT LOKAL UNTUK ATASI PERUBAHAN IKLIM

Jakarta, Langkah-langkah adaptasi terhadap perubahan iklim untuk mengurangi dampak perlu melibatkan masyarakat lokal dan dengan pendekatan kearifan lokal masing-masing. Langkah adaptasi tidak harus selalu menggunakan teknologi yang canggih.

Demikian diungkapkan oleh Ketua Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Armi Susandi, Minggu (15/2) saat dihubungi di Jakarta, walaupun ia mengakui teknologi memang merupakan satu pilihan untuk langkah adaptasi.

Langkah adaptasi, menurut Armi, sebaiknya menggunakan apa yang sudah ada di masyarakat. ”Jangan dengan pendekatan teknologi canggih-canggih dan berdasarkan proyek,” katanya.

Ia menunjuk kebiasaan masyarakat lokal yang hidup di rumah panggung dan mempraktikkan pertanian terasering, juga selalu ada pohon kelapa di pinggir pantai.

Sementara itu, Mezak Arnold Ratag, dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, mengungkapkan, dalam jangka pendek langkah adaptasi amat dibutuhkan.

Untuk masyarakat pesisir, langkah adaptasi yang bisa dilakukan antara lain dengan menanam bakau dan mempertimbangkan jarak tempat tinggal dari garis pantai. Selain itu juga, ”Dengan cara menerapkan sistem peringatan dini yang lebih baik,” ujar Mezak menambahkan.

Menurut Armi, langkah adaptasi yang melibatkan masyarakat dan menggunakan cara-cara yang sudah mereka kuasai tingkat keberhasilan dan keberlanjutannya akan lebih tinggi dibandingkan dengan langkah adaptasi berdasarkan proyek.

”Masyarakat melakukan langkah adaptasi tersebut untuk kebutuhan mereka, untuk kehidupan mereka sendiri sehingga mereka akan serius dan peduli. Sementara, dalam pendekatan proyek, begitu proyek selesai dan dana habis, tidak ditengok lagi,” ujar Armi.

Menurut dia, dana besar dari proyek tersebut sebaiknya dibagi-bagikan kepada masyarakat lokal. ”Akan bisa menjangkau lebih banyak lagi masyarakat karena dananya relatif lebih kecil dibandingkan proyek dengan teknologi canggih,” ujarnya menambahkan. ”Caranya serahkan kepada masyarakat setempat,” tegasnya.

Armi menilai sektor pertanian paling siap dalam melakukan adaptasi. ”Sektor ini banyak pemainnya, mulai dari departemen, swasta, dan badan usaha milik negara, juga kelompok tani,” katanya.

Kepala Bidang Analisa Klimatologi dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Soetamto, BMKG saat ini sudah menghasilkan analisis perubahan iklim yang memengaruhi pergeseran musim di seluruh wilayah Indonesia. Wilayah yang mengalami peningkatan intensitas hujan atau makin panjang musim kemaraunya sudah terpetakan.

”Ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengambil kebijakan sektoral dalam menetapkan langkah adaptasi,” kata Soetamto. (ISW/NAW/kps) Selengkapnya.....

ARMI SUSANDI, KETUA PROGRAM STUDI METEOROLOGI ITB : IKLIM SUDAH BERUBAH

Jakarta, Cuaca ekstrem, badai tropis yang semakin sering, dan pergeseran musim merupakan fenomena terjadinya perubahan iklim. Munculnya fenomena tersebut di Indonesia diakui merupakan indikasi bahwa perubahan iklim memang telah terjadi di Indonesia.

Ketua Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Armi Susandi, yang dihubungi Minggu (15/2) di Jakarta, menegaskan, ”Itu sudah merupakan implikasi dari pemanasan global dan merupakan indikasi perubahan iklim.”

Pemanasan global, kata Armi, telah menyebabkan semakin tidak meratanya pola temperatur dan tekanan udara secara spasial (ruang). Perbedaan temperatur terjadi antara daerah subtropis dan daerah tropis, juga di daerah subtropis atau daerah tropis sendiri yang mengakibatkan terjadinya pergerakan udara. Semakin tinggi perbedaan tekanan udara akibat perbedaan temperatur semakin kencang angin yang ditimbulkannya dan dapat melahirkan badai pada lintang tertentu. Perbedaan temperatur yang ekstrem dapat memicu munculnya cuaca ekstrem.

Perhitungan musim tanam dan musim melaut tidak lagi presisi. Bencana pun selalu datang baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan.

Terjadinya perubahan iklim ditegaskan dengan hasil analisa yang telah dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dari pengolahan data yang diambil selama 50 tahun. Kepala Bidang Analisa Klimatologi dan Kualitas Udara BMKG Soetamto, Jumat lalu di Jakarta, mengungkapkan, ”Ini untuk melihat kecenderungan yang ditunjukkan sebagai dampak perubahan iklim.”

Analisis tersebut menghasilkan lima peta kecenderungan periode 1951-2000 yang dikategorikan sebagai dampak perubahan iklim di Indonesia. Peta itu meliputi perubahan panjang musim, permulaan musim hujan, permulaan musim kemarau, curah hujan pada musim hujan, dan curah hujan pada musim kemarau.

Indikasi lainnya adalah meningkatnya intensitas siklon tropis yang menyebabkan gelombang tinggi. ”Siklon tropis di Samudra Hindia rata-rata setiap tahun terjadi 7-8 kali dalam rentang waktu lima bulan dari November sampai Maret. Jarang sekali mengumpul seperti empat siklon Charlotte, Dominic, Ellie, dan Freddy dalam masa kurang dari satu bulan,” kata Mezak Arnold Ratag, dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung, Sabtu.

Empat siklon tropis itu terjadi dalam jangka waktu 28 hari, antara 11 Januari hingga 7 Februari. Akibatnya, terjadi gelombang tinggi di perairan Indonesia, mulai dari perairan di barat Sumatera hingga di sebelah timur Nusa Tenggara.

Dampak perubahan iklim antara lain pulau tenggelam akibat naiknya permukaan air laut karena mencairnya es di kutub, ancaman kekeringan, banjir, ketidakpastian iklim, dan cuaca ekstrem. Kejadian-kejadian itu secara langsung akan mengancam penghasilan dan kehidupan nelayan, masyarakat pesisir, dan petani karena berdampak terhadap menurunnya produktivitas pertanian. Secara nasional, kondisi ini dapat mengganggu ketahanan pangan.

Nelayan bangkrut

Semakin seringnya terjadi gelombang tinggi akibat badai tropis, nelayan kini terlilit utang karena mereka praktis tidak berpenghasilan atau penghasilan mereka turun drastis. Mereka terpaksa beralih profesi menjadi penarik becak, buruh tani, kuli angkut, tukang batu, atau menganggur di rumah membantu istri. Mereka antara lain berada di Lamongan, Gresik, Jember, di Provinsi Jawa Timur, dan Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, serta Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, juga di sejumlah daerah di Sumatera Utara.

Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Nelayan Seluruh Indonesia Cabang Lamongan Sudarlin kondisi saat ini sungguh berbeda dengan 10 tahun lalu. Saat ini cuaca semakin susah diprediksi. ”Kelihatannya biasa saja, ternyata di tengah laut gelombangnya besar dan angin kencang,” katanya.

Dari 7-10 hari melaut hanya 2-3 hari efektif untuk menangkap ikan dan hasilnya pun turun drastis. ”Di tempat pelelangan ikan di Brondong. Dulu paling tidak sehari bisa dibongkar 100 ton hingga 200 ton sehari, kini hanya 10 ton-20 ton saja,” katanya. ”Saat paceklik ikan dan cuaca buruk banyak nelayan menggadaikan perhiasan emas, barang elektronika, dan surat kendaraan bermotor, hingga mereka terjerat utang ke rentenir,” kata Sudarlin.

Di Jember, sejumlah 15.225 orang nelayan menganggur, dengan jumlah perahu 1.865 unit.

Selain terjerat utang dan kehilangan penghasilan, nelayan juga mempertaruhkan nyawanya saat melaut.

Hingga Kamis dua nelayan asal Lamongan, Miftahul Arif (19) dan Febriyanto (25) yang melaut 29 Januari lalu belum juga ditemukan. Kisah tiga nelayan Sungairujing, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean yaitu M Syafi'i (27), M Syahrul (27), dan Ridah (64) tak beda jauh. Sudah dua hari lewat mereka tak kembali. Diduga perahu mereka terbalik diempas ombak. Cerita serupa terjadi di berbagai tempat.

Menurut Guru Besar Oceanografi Institut Teknologi Bandung, Safwan Hadi, Oceanografi ITB mencatat ada 16 daerah di pantai selatan Jawa yang rawan terkena gelombang badai pasang.

Daerah itu antara lain Nusakambangan (Jawa Tengah), Palabuhan Ratu (Jawa Barat), Pamengpeuk (Jawa Barat), Manjungan (Jawa Tengah), Pananjung (Jawa Barat), Pacitan (Jawa Timur), dan Tanjung Pelindu (Jawa Timur). Selain itu juga berpotensi terjadi di Karang Taraje (Jawa Barat), Tanjung Purwa (Jawa Timur), dan Tanjung Tereleng (Jawa Barat).

Pulau tenggelam

Ketua Jurusan Geografi Lingkungan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Junun Sartohadi mengatakan, dengan garis pantai sepanjang 88.000 Kilometer dan 17.500 pulau, Indonesia sangat rawan dengan naiknya permukaan air laut. Pulau-pulau berketinggian satu meter di atas permukaan laut terancam tenggelam-jumlahnya diperkirakan mencapai ratusan.

Menurut dia, dampak kenaikan permukaan air laut di Indonesia terlihat dengan meningkatnya intensitas dan frekuensi banjir di kota pesisir seperti Semarang, Surabaya, dan Jakarta.

Salah satu penelitian yang pernah dilakukan di Kota Semarang menunjukkan, saat ini rob semakin jauh memasuki daratan atau maju beberapa kilometer dari garis pantai.

Dalam lima tahun terakhir, di Jawa Timur terdapat lima pulau kecil terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut. Sejumlah pulau di Kabupaten Sumenep, Madura terancam tenggelam. Pulau-pulau itu adalah Pulau Gili Pandan, Pulau Keramat, Pulau Salarangan, dan Pulau Mamburit. Pulau Gresik Putih telah hilang sejak 2005.

"Luas Pulau Gili Pandan awalnya 1 kilometer persegi, sekarang tinggal 100 meter persegi, Pulau Keramat semula 700 meter persegi kini tinggal 50 meter persegi. Sedang Pulau Gresik Putih yang luasnya 500 meter persegi tak lagi tampak sejak tahun 2005," ucap Ketua Forum Masyarakat Kelautan dan Perikanan Jawa Timur Oki Lukito di Surabaya.

Sementara itu Armi menegaskan, perubahan iklim juga mengakibatkan terjadinya pergeseran musim hujan dan musim kemarau. ”Musim hujan semakin pendek tetapi intensitas hujannya amat tinggi.”

Kondisi itu menimbulkan masalah air kian parah. Kepala Desa Luwung, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Ahmad Kosasih, mengakui, 20 tahun terakhir kondisi lingkungan menurun drastis. Desanya krisis air setiap kali kemarau.

Sementara di musim penghujan, banjir melanda persawahan di pesisir. Mu'in (45), petani dari Desa Singakerta, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu bahkan harus menanam ulang hingga tiga kali pada musim tanam penghujan 2008.(ISW/ABK/ACI/SIR/BIL/CHE/ NIT/HEN/IRE/SEM/RUL/ROW/ NAW-KPS) Selengkapnya.....

Kamis, 12 Februari 2009

HEPATITIS BISA DISEMBUHKAN

Jakarta - Penyakit hepatitis C bisa disembuhkan jika dilakukan diterapi sejak dini. Sayangnya, banyak pasien baru berobat ketika penyakitnya sudah menahun dan mengalami komplikasi sehingga akan mengalami penurunan kinerja, produktivitas, dan kemampuan bekerja.

”Hepatitis C bisa disembuhkan bila diterapi sejak dini. Karena itu, diagnosis dini sangat penting dilakukan,” kata Ketua Kelompok Kerja Hepatitis Departemen Kesehatan Prof Ali Sulaeman, Rabu (11/2) di Jakarta.

Menurut ahli hati dari Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), Prof Laurentius A Lesmana, terapi hepatitis C kronik (menahun) dapat mencegah progresi ke arah sirosis dan kanker hati.

Pada hepatitis C, sekitar 20 persen akan sembuh sendiri. Sebanyak 80 persen mengalami infeksi kronik yang dalam 15-20 tahun berkembang menjadi sirosis hati. Dari mereka itu, 75 persen menderita sirosis ringan, 20 persen sirosis berat, dan sisanya menjadi kanker hati.

Meski telah didiagnosis terserang hepatitis, pasien tidak perlu takut. Dengan pengobatan teratur meski cukup lama, 1-6 tahun, virus pada pasien bisa dinyatakan negatif. Bagi penderita dengan kemampuan ekonomi lemah yang tidak dijamin asuransi bisa memilih interferon standar. Obat ini efektif digunakan bagi penderita bila diberikan sejak dini.

Dengan berkembangnya penatalaksanaan hepatitis C, kini kesempatan pasien untuk sembuh meningkat. Pegylated interferon dan ribavirin merupakan baku emas terapi hepatitis C kronik. ”Sayangnya, biaya terapi masih mahal atau enam kali dibandingkan dengan interferon standar,” katanya.

Terapi ini diberikan untuk menekan jumlah virus di dalam tubuh seminimal mungkin. Bila dalam enam bulan tanpa terapi ternyata virus itu negatif atau tidak terdeteksi lagi, penderita dinyatakan mendapat respons permanen. Namun, terapi ini menimbulkan efek samping seperti nafsu makan turun dan tidak bugar.

Oleh karena itu, terapi baru diberikan bila nilai SGOT/SGPT atau kadar enzim hati dua kali di atas normal, terjadi replikasi virus aktif, dan hasil biopsi menunjukkan ada peradangan hati. Agar tidak mengalami komplikasi, tes darah hepatitis C perlu dilakukan secara rutin.

Tingkat keberhasilan

Lesmana menjelaskan, efektivitas terapi hepatitis C dipengaruhi tipe virus, jumlah virus, dan lama infeksi. Tipe 1 dan 4 lebih sulit dieradikasi dibandingkan dengan tipe 2 dan 3. ”Di Indonesia kasus infeksi virus tipe 1 paling banyak ditemukan,” ujarnya.

Lama infeksi juga memengaruhi tingkat keberhasilan terapi. Semakin muda usia penderita, maka respons terhadap terapi kian baik. ”Kebiasaan mengonsumsi alkohol dan infeksi HIV juga mempercepat perkembangan penyakit itu menjadi sirosis hati,” kata Lesmana menambahkan.

Narkoba

Sejauh ini, di Indonesia diperkirakan 2-4 persen dari total jumlah penduduk menderita hepatitis C atau berkisar 7-8 juta orang. ”Dengan meningkatnya jumlah pengguna narkoba, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat. Pengguna narkoba lebih berisiko terkena hepatitis C dibandingkan dengan HIV,” ujar Ali.

Hasil pendataan hepatitis C tahap pertama oleh Departemen Kesehatan terkumpul 5.870 kasus hepatitis C di 11 provinsi yang menjadi proyek percontohan. Dari pendataan itu diketahui, kasus hepatitis C terbanyak pada usia 30-59 tahun dengan puncak pada umur 30-39 tahun yang berjumlah 1.980 kasus.

Hepatitis C menular lewat darah dan cairan tubuh manusia antara lain berhubungan seksual dengan penderita hepatitis tanpa pengaman, transfusi darah, suntikan, alat tato atau tindik yang tercemar virus. ”Mereka yang berisiko tinggi terinfeksi di antaranya pengguna narkoba suntik, penerima transfusi darah, pekerja kesehatan, orang yang ditindik, berhubungan intim dengan pasangan terinfeksi tanpa pengaman,” kata Lesmana.

Diperkirakan 60-80 persen hepatitis C berkembang menjadi hepatitis kronis. ”Banyak orang tidak tahu dirinya terkena virus hepatitis C karena biasanya tanpa disertai gejala. Akibatnya, banyak penderita terlambat berobat sehingga penyakitnya kronis dan sudah terjadi sirosis hati,” ujarnya.

Apabila mengalami sirosis ringan, biaya perawatan per tahun Rp 30 juta per orang. Jika terkena sirosis berat dan tidak ditransplantasi, biaya per tahun Rp 60 juta per orang. Jadi, beban ekonomi akibat komplikasi penyakit hepatitis C sangat tinggi baik bagi negara maupun individu.

Oleh karena itu, Ali mengingatkan pentingnya ketersediaan layanan dalam pengobatan hepatitis C. Hal ini disertai peningkatan edukasi kepada masyarakat mengenai hepatitis C baik cara pencegahan dan pengobatannya. ”Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh masih rendah,” ujarnya. (EVYKPS) Selengkapnya.....

SETO MULYADI : SEMUA IKLAN ROKOK HARUS DISTOP

JAKARTA - Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Seto Mulyadi mengatakan seluruh promosi dan iklan yang menjelaskan wujud rokok harus dihentikan. Sebab, berisi ajakan yang merugikan kepada anak yang secara langsung menjadi perokok generasi selanjutnya.

"Bentuk iklan dan promosi baik memperlihatkan atau tidak harus distop tanpa terkecuali," kata Seto ketika ditemui jelang sidang judicial review soal iklan rokok di Mahkamah Konstitusi Jakarta, Rabu (11/2).

Seto mengatakan, saat ini hampir 25 persen seseorang usia 13-15 tahun adalah perokok. Bahkan, 3,2 persen diantaranya adalah perokok aktif. Selain itu, tahun 2001 sebanyak 0,4 persen anak-anak usia 5-9 tahun telah menjadi perokok. Angka itu meningkat tiga tahun kemudian menjadi 1,4 persen.

"Angka ini memperlihatkan peningkatan yang tinggi dimana jumlah anaknya meningkat 100 persen lebih dalam waktu tiga tahun," tambah Seto.

Regulasi pelarangan rokok, lanjut Seto, harus segera dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat sejalan dengan pelarangan iklan rokok jika nanti diberlakukan. Mengenai sanksi jika tetap ada yang memasang iklan berbau rokok, menurut Seto diserahkan secara yuridis yang diatur pemerintah.

"Pastinya kita tidak ingin anak-anak, terlebih yang umurnya 12 sampai 15 mulai menjadi perokok aktif akibat terbujuk rayuan rokok yang hanya merupakan keuntungan perusahaan rokok saja," jelasnya.(kps) Selengkapnya.....

SUMUT MULAI KEMARAU, SUHU CAPAI 33 DERAJAT

Medan - Kawasan Sumatera Utara saat ini mulai memasuki musim kemarau yang ditandai dengan tingginya suhu udara dalam beberapa hari terakhir mencapai 33 derajat celcius.
“Walaupun memasuki musim kemarau, namun cuaca masih dipengaruhi angin Timur Laut yang bersifat labil sehingga tetap berpeluang terjadinya hujan. Turunnya hujan dengan intensitas lebat tapi tidak lama bisa terjadi karena terbentuknya kumpulan awan hujan yang dari banyaknya pengupan air,” sebut Kasi Data dan Informasi Balai Meteorologi dan Geofisika (BMG) Polonia Medan Firman AMg kepada wartawan di Medan, Rabu (11/2).

Menurutnya, musim kemarau basah kali ini sudah mulai terjadi sejak awal Februari dan diperkirakan akan berakhir hingga Mei. Pada siang hari, suhu udara cukup panas hingga mencapai 33 derajat celcius. Tinginya suhu udara mengakibatkan masyarakat merasa gerah. Karena itu, pihaknya berharap masyarakat dapat menghindari tempat terbuka terlalu lama dan tetap meminum air yang cukup untuk menghindari dehidrasi.

Titik Api

Masuknya musim kemarau ini, lanjut Firman, juga telah terlihat adanya puluhan titik api (hotspot) terlihat kawasan Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) yang mencapai sekira 90 titik api. Titik api terlihat dikawasan Aceh, Riau dan Sumut.

“Sedangkan di wilayah Sumatera Utara titik api terlihat di kawasan Pantai Barat seperti Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan juga Labuhan Batu,” jelasnya.
Dikatakan, kebakaran lahan dan hutan biasanya terjadi ketika musim kemarau yang melanda wilayah Sumbagut dengan angin yang bersifat kering. Di samping itu terjadi gangguan cuaca dari laut China Selatan atau Benua Asia yang pindah ke wilayah Selatan Indonesia.

Untuk itu, pihaknya mengingatkan agar pada musim kemarau ini masyarakat lebih berhati-hati terhadap lahan-lahan yang kering dan mudah terbakar.
Ketika ditanya tentang kondisi gelombang laut saat musim kemarau ini, Firman menyatakan, gelombang tinggi yang terjadi pada Januari, saat ini sudah hilang.

Dia memastikan gelombang laut sudah normal dan aman bagi para nelayan dan pelayaran kapal.
(ans) Selengkapnya.....

Rabu, 11 Februari 2009

HAMPIR 40 PERSEN BALITA DI INDONESIA ALAMI STUNTING ATAU PENDEK

Jakarta : DIRJEN Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan (Depkes) dr Budihardja mengatakan, balita pendek atau "stunting" saat ini menjadi persoalan yang serius. Saat ini jumlah balita stunting di Indonesia angkanya mencapai 36,7 persen.

“Balita stunting masih sangat banyak, dari 100 balita di Indonesia, 36 di antaranya mengalami stunting. Ada satu daerah di Serang misalnya, angka gizi kronisnya tinggi yakni 67, 4 persen dari 100 balita atau 67 anak menderita kelainan ini,” katanya di sela-sela seminar memperingati Hari Gizi Nasional ke-59 di Jakarta, Selasa (10/2).

Menurutnya, penyebabnya adalah asupan gizi yang kurang, baik makro (berupa protein) juga gizi mikro berupa vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Untuk itu pemahaman kecukupan gizi seimbang di lingkungan keluarga dinilainya sangat penting.

“Gizi buruk dan gizi kurang pada 2009 ditargetkan di bawah 20%, adapun alokasi untuk penanggulangan gizi buruk dan gizi kurang sekitar Rp600 miliar,” katanya.

Keadaan yang mendasari berbagai masalah gizi ini antara lain, kemiskinan, pendidikan, dan tingkat daya beli masyarakat. Untuk itu menurutnya, dalam mengatasi persoalan gizi buruk, posyandu berperan penting karena berdekatan langsung dengan masyarakat.

Sementara untuk mengatasi persoalan gizi buruk di lingkungan sekolah, Unit Kesehatan Sekolah dapat dijadikan wadah yang lebih terstruktur karena siswa di sekolah dapat secara langsung memahami kebutuhan gizi yang harus diasup.

"Dengan begitu anak-anak di sekolah bisa lebih paham mengenai pemenuhan gizi seimbang mereka nantinya dapat langsung menyampaikan kepada keluarga,” katanya.

Untuk itu lanjut Budihardja, dalam mengatasi masalah gizi di Indonesia tidak hanya tanggung jawab Depkes saja, tetapi juga tanggung jawab sektor lain, yaitu sektor pertanian, ekonomi dan masyarakat umum, mahasiswa, kader dunia usaha juga media massa.

Di tempat yang sama, Dekan Fakultas Kedokteran Muhamadiyah Jakarta, Syafri Guricci mengatakan, penyebab kekurangan gizi berupa asupan protein yang buruk prevalensinya masih 8 persen, adapun yang sedang dan kurang prevalensinya sekitar 23 persen.

Penyebab langsungnya, kata dia, karena asupan protein yang rendah, di samping karena infeksi pernapasan bagian atas (ISPA), diare dan pengasuhan orang tua. Padahal, zat gizi tertentu dapat memberikan penyembuhan misalnya Vitamin C untuk Scorbut.

Juga sebagai pengobatan kanker, Vitamin C diketahui dapat mengurangi pertumbuhan sel kanker dan meningkatkan kebugaran.*** Selengkapnya.....

PENGOBATAN OLEH DUKUN CILIK AKHIRNYA BERHENTI TOTAL

JOMBANG, SELASA — Praktik pengobatan tabib cilik M Ponari di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (10/2), akhirnya diputuskan untuk berhenti total.

Keputusan untuk menghentikan aktivitas pengobatan itu datang dari inisiatif keluarga, menyusul kondisi Ponari yang pada hari itu jatuh sakit. Selain itu, juga ada kesepakatan antara pihak keluarga, unsur pimpinan daerah, guru sekolah, dan petugas kesehatan.

Kepala Kepolisian Resor Jombang Ajun Komisaris Besar Muhammat Khosim menyebutkan, pada pertemuan yang diselenggarakan di Kantor Kecamatan Megaluh itu, kedua orangtua Ponari, Kamsen (30) dan Mukaromah (28), bersepakat bahwa anak mereka harus menghentikan praktik pengobatan tradisional itu.

Beberapa jam sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Jombang dan Polres Jombang, memang menyerahkan sepenuhnya keputusan untuk menjalankan praktik tabib cilik M Ponari di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada pihak keluarga.

Bupati Jombang Suyanto dan Kepala Polres sama-sama menyatakan bahwa mereka tidak punya kewenangan dan hak apa pun untuk menghentikan praktik pengobatan itu.

Suyanto juga menolak menjelaskan lebih jauh saat disinggung bahwa minat masyarakat yang sedemikian besar berobat pada Ponari disebabkan gagalnya sistem layanan kesehatan dengan akses mudah dan murah yang mestinya disediakan pemerintah.

Suyanto yang baru saja memperoleh penghargaan sebagai salah satu kepala daerah terbaik dengan penilaian atas capaian di bidang pemaksimalan pusat kesehatan masyarakat itu juga tidak bersedia menjelaskan ketersedian tenaga medis dan jaminan aksesnya hingga di tingkat kecamatan. Selengkapnya.....

SITI FADILAH SUPARI MENTERI TERPOPULER DAN PALING AKTIF VERSI WASPADA

Menkes RI, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K), hari Rabu, 28 Januari 2009 lalu meperoleh penghargaan “Menteri Terpopuler dan Paling Aktif” pilihan harian Waspada Medan. Penghargaan diserahkan dr. Hj. Rayati Syafrin, MBA, MM, Pemimpin Umum Harian Waspada bertempat di SDN 06/09/48, Jl. Yos Sudarso, Kota Medan. Penghargaan diserahkan bertepatan Hari Bakti Waspada ke-62 yang juga dihadiri Walikota Medan Drs. H. Afifudin Lubis.

Menurut Pemimpin Redaksi Harian Waspada, H. Prabudi Said, Menkes Dr. Siti Fadilah Supari dinilai sebagai Menteri Terpopuler dan Paling Aktif di jajaran kabinet Indonesia Bersatu, karena berbagai hal.

Dalam 5 tahun terakhir Indonesia menghadapi masalah yang datang dari dalam dan luar negeri. Salah satunya adalah masalah kesehatan, khususnya flu burung di Tanah Karo. Berkat kegigihan Menkes serta kerjasama dengan Pemda Sumatera Utara, kasus flu burung tersebut dapat ditangani sekaligus membuka mata dunia adanya konspirasi di balik penyakit tersebut. Dalam kaitan itu, Menkes turun langsung dan mengambil keputusan yang tepat untuk mencegah penularannya.

Dr. Siti Fadilah Supari dinilai berani menentang kebijakan Amerika dengan menuntut virus sharing yang adil transparan dan setara. Kemudian di sela-sela kesibukannya, menyempatkan menulis buku berjudul ”Saatnya Dunia Berubah, Tangan Tuhan dibalik Virus Flu Burung”, ujar Prabudi Said.

Selain itu, banyak kebijakan Menkes yang sangat bermanfaat bagi warga miskin di samping upaya meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Kebijakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), kata Prabudi Said, telah banyak membantu akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu disamping kebijakan publik lainnya seperti Desa Siaga dengan Poskesdes untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan pada masyarakat maupun P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan angka kematian bayi baru lahir serta kebijakan tentang Obat Murah Berkualitas (Obat Serba Seribu) dan Apotek Rakyat.

Dalam sambutannya Menkes menyatakan terima kasih. Penghargaan ini bukan untuk pribadi saya, melainkan untuk semua pelaku pembangunan kesehatan. Karena itu, saya menghargai apa yang dilakukan Harian Waspada melalui pelayanan kesehatan gratis dan kampanye cuci tangan pakai sabun, donor darah dan lain-lain. Hal ini merupakan salah satu bentuk perhatian harian Waspada terhadap pembangunan kesehatan, ujar Menkes.

Menkes menambahkan, dalam menjalankan amanah pembukaan UUD 1945, Kabinet Indonesia Bersatu telah menunjukkan pencapaian yang positif. Keberhasilan itu ditunjukkan dengan perbaikan indikator kesehatan, yaitu menurunnya angka kematian bayi (AKB) dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Membaiknya angka kematian ibu (AKI) dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Prevalensi gizi kurang pada balita menurun secara luar biasa dari 37,5% pada tahun 2003 menjadi 18,4% pada tahun 2007. Sedangkan umur harapan hidup (UHH) mengalami peningkatan dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada 2007.

Menkes menyadari, keberhasilan tersebut belum memenuhi harapan bangsa, karena itu kita harus bekerja lebih keras lagi agar pencapaian pembangunan kesehatan lebih baik lagi. Peran serta masyarakat termasuk media perlu ditingkatkan terutama dalam pengawasan dan pengendalian, membantu pemerintah mencapai pembangunan kesehatan. Masih banyak fasilitas kesehatan yang membutuhkan peralatan, sarana prasarana, tenaga dan biaya untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat, ujar Dr. Siti Fadilah Supari.

Menkes menambahkan, tantangan pembangunan kesehatan masih cukup berat. Hal ini terkait dengan kemampuan ekonomi masyarakat yang sebagian besar masih rendah. Karena itu dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan harus pro rakyat dan pro orang miskin. Saya menyadari kalau rakyat tidak sehat, mana mungkin memiliki produktivitas yang tinggi. Semangat itu saya tuangkan dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin yang saat ini dikenal dengan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Dengan program Jamkesmas, masyarakat miskin dan tidak mampu telah dapat mengakses pelayanan kesehatan tanpa perlu memikirkan biaya perawatan di rumah sakit. Dalam program ini masyarakat miskin mendapatkan seluruh jenis pelayanan sesuai kebutuhan, seperti pertolongan persalinan, hemodialisa hingga operasi jantung, ujar Menkes.

Selain itu, program terobosan lainnya itu menurunkan harga obat generik maupun obat generik bermerek, menanggulangi kejadian luar biasa (KLB) flu burung dan memperjuangkan status rumah sakit pemerintah menjadi badan layanan umum (BLU).

Jika rumah sakit berbentuk badan usaha milik negara (BUMN) atau perseroan terbatas (PT), maka pusat-pusat layanan utama kesehatan itu akan diambilalih pihak asing, karena sudah banyak pihak asing yang antri serta siap mengambil alih. Namun saat ini rumah sakit milik pemerintah pusat (Depkes) telah berstatus BLU dan banyak rumah sakit milik pemerintah daerah sedang dalam proses menjadi BLU, kata Menkes.

Menkes juga menegaskan pentingnya transparansi dalam memberikan kartu Jamkesmas bagi masyarakat miskin dan tidak mampu, agar pelayanan kesehatan gratis tersebut dapat dinikmati oleh orang yang berhak. Tanpa adanya transparansi, yang akan mendapat keuntungan adalah orang kaya. Agar hak-hak orang miskin tidak terabaikan, saya minta Harian Waspada ikut membantu pengawasan dalam program Jamkesmas ini, kata Menkes.

Dalam kunjungan di Sumatetera Utara, Menteri Kesehatan RI juga meresmikan gedung Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Regional Sumatera Utara, kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun sekaligus melantik dokter kecil dan dokter remaja se Kota Medan serta meresmikan Pos Kesehatan Kelurahan di Kota Medan dan meninjau pelayanan kesehatan di RSU Sembiring, Deli Tua. Selengkapnya.....