Minggu, 11 April 2010

Bilqis Anindya Passa, Penderita penyakit Paru dan Darah, Akhirnya Meninggal


Semarang - Bilqis Anindya Passa (19 bulan), pengidap atresia bilier, Sabtu (10/4) petang, mengembuskan napas terakhir setelah melewati perjuangan yang panjang dan dirawat intensif sekitar dua bulan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah.

Bilqis meninggal sekitar pukul 15.15 karena terserang kuman paru dan darah. Menurut tim cangkok hati RSUP Dr Kariadi, Semarang, Bilqis terserang kuman seratia marcesens yang menyerang darah dan acenobacter bouwmani yang menyerang paru-paru. Kedua kuman ini menyebabkan Bilqis semakin sulit bernapas. Daya tahan tubuh dan berat badan Bilqis juga terus menurun.

Penyakit yang menimpa Bilqis mendapat perhatian publik saat media massa gencar memberitakannya. Bilqis diberitakan menderita kegagalan fungsi saluran empedu (atresia bilier) dan membutuhkan bantuan untuk cangkok hati.

Seperti kasus Prita, kasus yang menimpa anak pasangan Donny Ardianta Passa-Dewi Farida itu mendapat dukungan berbagai kalangan. Dukungan tersebut digalang melalui jejaring sosial Facebook, dengan nama Koin Cinta Bilqis untuk membantu biaya cangkok hati Bilqis.

Akun di Facebook tersebut mendapat sambutan masyarakat, yang ramai-ramai mengumpulkan koin dan sumbangan untuk Bilqis. Hanya dalam dua pekan akun itu dibuka terkumpul dana hampir Rp 1 miliar. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dan sejumlah pejabat pemerintah juga mengunjungi Bilqis.

Penggagas tim cangkok hati RSUP Dr Kariadi, AG Soemantri, mengatakan, dari 10 penderita atresia bilier, empat di antaranya berpeluang terserang kuman paru dan darah. Kuman yang menyerang darah akan dengan cepat menjalar hingga ke paru-paru dan menyulitkan pernapasan.

Pada awal perawatan di RSUP Kariadi, paru-paru Bilqis juga pernah terserang kuman klebsiella pneumoniae, tetapi saat itu dapat disembuhkan.

”Sebelum Bilqis meninggal, kuman ini muncul lagi bersama dua kuman baru (seratia marcesens dan acenobacter bouwmani). Kuman-kuman ini mudah kambuh dan kami kesulitan mengobati atau mencegahnya,” kata anggota tim cangkok hati RSUP Dr Kariadi, Tatty Ermin Setiati.

Operasi cangkok hati

Saat ini Bilqis sebenarnya sedang dipersiapkan untuk menjalani operasi cangkok hati. Sebelum operasi berlangsung, tim dokter berusaha memperkuat paru-paru dan menambah berat badan Bilqis. Upaya tersebut bertujuan agar Bilqis dapat bertahan selama operasi yang diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 14 jam itu berlangsung.

Sebelum menjalani operasi, berat badan Bilqis harus mencapai 9 kilogram. ”Berat ideal itu sudah tercapai, tetapi karena kuman itu, beratnya turun lagi menjadi 8,5 kilogram,” kata Tatty.

Untuk memperlancar persiapan operasi, Soemantri mengatakan, pihaknya sudah berkonsultasi dengan tim dokter dari Singapura. ”Meninggalnya Bilqis bukan merupakan kegagalan. Kami sudah berusaha sebaik mungkin dan memperhitungkan segala kemungkinan,” kata Soemantri.

Jenazah Bilqis dibawa ke rumah duka di Jakarta dengan menggunakan pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA 247, Sabtu (10/4) sekitar pukul 19.50. Pada saat Bilqis meninggal kedua orang tuanya sedang berada di Jakarta.

Meski mengaku kecewa, pihak RSUP Dr Kariadi, Semarang, menyatakan tetap siap merawat penderita atresia bilier lainnya, yaitu Melati (4,5 tahun) dari Medan, Sumatera Utara. Ia mengidap atresia bilier sejak usia 2 bulan, tetapi keterbatasan biaya menyebabkannya tak dapat segera dioperasi.(DEN/kps)