Kamis, 08 April 2010

KESEHATAN: PERKOTAAN HADAPI BEBAN GANDA


Jakarta - Persoalan kesehatan di perkotaan sangat kompleks ganda. Selain menghadapi masalah kesehatan masyarakat modern, persoalan penyakit konvensional pun masih menjadi beban.

”Persoalan kesehatan di kota memiliki kekhasan, yakni sangat beragam dan kompleks lantaran masih menanggung beban persoalan kesehatan konvensional, seperti gizi buruk, tuberkulosis, diare, dan demam berdarah dengue,” demikian Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam acara seminar memperingati Hari Kesehatan Sedunia, Rabu (7/3).

Di sisi lain, muncul masalah yang identik dengan masyarakat modern, seperti kecelakaan lalu lintas, kelebihan berat badan, dan gangguan lain akibat gaya hidup tidak sehat.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, proporsi penyakit infeksi di perkotaan penyebab kematian terbesar ialah penyakit sistem pernapasan, seperti tuberkulosis (6,3 persen), penyakit hati (4 persen) dan pnemonia (3,3 persen).

Penyakit tidak menular penyebab kematian terbesar ialah stroke (19,4 persen), diabetes melitus (9,7 persen), dan hipertensi (7,5 persen). Berbagai faktor, seperti lingkungan, sosial, infrastruktur fisik, air, sanitasi, tempat hidup, tempat bekerja, dan akses ke layanan kesehatan amat memengaruhi. Kegagalan mengatasi faktor mendasar itu berdampak pada buruknya kualitas kesehatan masyarakat.

Endang mengatakan, layanan kesehatan bagi penduduk perkotaan menjadi salah satu masalah besar di tengah memberatnya beban perkotaan. Persoalan urbanisasi tidak hanya tanggung jawab sektor kesehatan. Masalah kesehatan terletak di hilir atau sebagai dampak, terutama akibat buruknya lingkungan hidup.

”Tidak mungkin Kementerian Kesehatan yang mengatasinya sendiri, harus ada komitmen dari pemerintah kota untuk membangun infrastruktur yang berwawasan kesehatan,” ujarnya.

Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia PBB untuk Indonesia, Khanchit Limpakarnjanarat, mengatakan, investasi di bidang kesehatan imbalannya setimpal. Setiap investasi 1 dollar AS untuk sanitasi akan mengurangi biaya penanganan penyakit sebesar 9 dollar AS. ”Investasi dalam pembangunan kesehatan di kota juga merupakan strategi penting mengurangi kemiskinan di perkotaan,” ujarnya. (INE/kps)