Rabu, 21 April 2010

Walikota Terpilih Diharapkan Jamin Pelayanan Kesehatan Gratis dan Mudah


Medan, Calon Walikota Medan ke depan diharapkan bisa memberikan jaminan pelayanan kesehatan secara mudah, cepat dan transparansi. Bila perlu sistem ‘jemput bola’.

"Siapapun yang terpilih, yang penting bagi kami warga miskin di kota ini bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis, mudah, dan proses cepat. Bila perlu, untuk orang miskin ada kebijakan ‘menjemput bola’ pelayanan kesehatan. Karena kami tidak mengerti betul sistem dan prosedur yang ada," kata Sapta Warda Ningsih (21) di RSUD dr Pirngadi Medan, Selasa (20/4).

Dia sendiri mengaku tahu dalam waktu dekat ini ada pemilihan Walikota/Wakil Walikota Medan. "Tapi tahunya cuma dari spanduk dan baliho di jalan-jalan," ucapnya.

Selain persoalan kesehatan yang dihadapi warga miskin, lanjutnya, hal yang paling mendasar juga menyangkut pekerjaan. Sehingga, Walikota nantinya diharapkan mengakomodir pengangguran dengan menciptakan berbagai lapangan pekerjaan. Paling tidak, memberdayakan semua potensi masyarakat dari atas hingga rakyat jelata untuk peningkatan ekonomi.

Anaknya

Sapta Warda Ningsih datang ke RSUD dr Pirngadi Medan untuk mengobati anaknya, Adelia Yolanda Putri (2,4). Dia ingin mengobati putri dari sejenis tumor jinak yang tumbuh di punggung bawah.

Dia merasa khawatir. Soalnya, bentuk daging tumbuh itu agak aneh. Sepintas seperti ekor. Kian hari kian besar. Kini sudah mencapai sebesar jari kelingking orang dewasa. Bahkan terkesan seperti berkelamin ganda.

"Walau tidak sakit, tapi saya khawatir akan semakin besar. Kata dokter ini tumor jinak. Tapi, saya belum tahu bagaimana tindakan dokter nantinya. Yang penting saya ingin daging tumbuh itu hilang di badan putri saya," jelasnya.

Dia berharap pengobatan anaknya bisa gratis melalui Jaminan Kesehatan Provinsi (Jamkesda) Sumut. Karena, dia tidak memegang kartu Jamkesmas atau Jamina Pemeliharaan Kesehatan Medan Sehat (JPKMS).

"Saya tidak punya Jamkesmas atau Medan Sehat (JPKMS-red). Katanya ada bantuan dari provinsi," ucapnya.

Sapta mengaku tidak bekerja. Selama ini hanya mengurus anak. Kehidupannya sungguh dramatis. Saat ini, dia hanya berjuang sendiri di RS Pirngadi.

Suami

Ditanya tentang suami, air matanya langsung berlinang. Suaranya serak. "Hari ini suami saya diputus pengadilan dengan vonis tujuh tahun penjara. Dia didakwa memerkosa," ungkapnya.

"Hati saya sebenarnya sakit. Tapi sama siapa saya harus mengeluh. Padahal saya tidak berharap banyak dari suami saya. Cukup dia sayang sama kami, itu sudah cukup," ucapnya.

Sebenarnya, keluh Sapta, suaminya sudah empat kali ini keluar masuk penjara dalam kasus yang sama. "Sebelum pacaran sudah dua kali dia masuk penjara. Waktu pacaran sekali. Ini sekali lagi. Kali ini lebih berat, hukumannya tujuh tahun. Saya tidak tahu lagi harus bagaimana. Pokoknya saya harus cari kerja untuk hidup. Apapun saya kerjakan," ucapnya.

Ditanya apa yang bisa dikerjakannya. "Saya bisa nyuci baju. Mengosok pakaian. Saya juga bisa masak. Pokoknya segala pekerjaan rumah tangga saya bisa," ucapnya ibu dua anak ini.

Lalu bagaimana dengan dua anaknya Adelia Yolanda Putri (2,4) dan seorang lagi berusia 6 bulan, menurutnya, dia akan bekerja sambil membawa anaknya. Karena hanya dia yang masih menyayangi anak-anaknya.

Mandiri

Tekad hidup mandiri sebagai seorang ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya sudah tertanam di lubuk hati. Sehingga, kesusahan apa pun nantinya, akan sabar dihadapi. "Saya dari bayi ditinggal orang tua. Saya hidup sama nenek. Kini nenek sudah tak ada. Kemana saya harus mengadu. Saya juga tak ingin anak saya tak dapat kasih sayang seperti saya. Kesusahan apapun nanti akan saya hadapi. Yang penting saya bisa menghidupi anak saya," ucapnya sambil menyuruh anaknya mengucapkan terimakasih kepada seorang perawat yang memberikan sebungkus jajanan kecil kepada anaknya.

Menyikapi kasus Adelia yang "berkelamin ganda", Kabag Hukum dan Humas RS Pirngadi Edison Peranginangin menyebutkan, mereka tetap melayani pasien sebagaimana prosedur. Sehingga, kalau memang harus dioperasi tumornya, maka akan diarahkan ke bagian operasi.

Ditanya tentang ada kendala karena ada kerusakan scanning di RS Pirngadi, dia membenarkan. "Sudah lama rusak mesin scanning. Tapi kita tetap menjalankan tes scanning melalui pihak luar," ungkapnya. (nai/ans)