Rabu, 21 April 2010

Tuberkulosis Kebal Obat Meluas, Resistensi Secara Alamiah Sangat Kecil


Jakarta - Beban penanggulangan tuberkulosis semakin berat dengan bermunculannya kasus tuberkulosis kebal obat (tuberculosis- multidrugs resistant). Penyebab terbesar kebalnya kuman tuberkulosis terhadap obat antituberkulosis karena faktor buatan manusia.

Dokter spesialis paru sekaligus Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Priyanti Z Soepandi, mengatakan hal itu dalam talkshow bertema ”Cegah TB Kebal Obat”, yang diselenggarakan RSUP Persahabatan, Selasa (20/4).

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tersebut ditularkan lewat udara melalui percikan dahak penderita TB. Sebagian besar kuman tersebut menyerang paru, tetapi dapat pula mengenai organ tubuh lain.

Di dunia, penderita tuberkulosis terbanyak berada di India, China, dan Indonesia. Di Indonesia, terdapat sekitar 500.000 kasus baru TB per tahun.

Priyanti mengatakan, TB kebal obat adalah TB yang disebabkan oleh kuman TB yang kebal terhadap setidaknya dua obat anti-TB, yakni isonicotinylhydrazine (INH) dan rifampicin secara bersama-sama atau disertai resisten terhadap obat TB lini pertama lainnya, seperti ethambutol, streptomycin, dan pirazinamide. INH dan rifampicin merupakan tulang punggung dalam pengobatan TB.

Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan yang disebarkan pada peringatan Hari Tuberkulosis, 24 Maret, perkiraan kejadian TB kebal obat 2-3 persen di antara kasus baru. Perkiraan jumlah pasien TB kebal obat di antara keseluruhan kasus TB di Indonesia pada tahun 2007 sekitar 12.209 jiwa. Perkiraan insiden tuberculosis-multidrugs resistant (TB-MDR) mencapai 6.395 kasus per tahun. Sampai dengan pertengahan Maret

2010 didapatkan 69 pasien TB kebal obat terkonfirmasi dan sebagian telah diobati.

TB kebal obat juga menjadi perhatian dunia. Pada tahun 2008, dilaporkan ada 440.000 kasus TB kebal obat yang menyebabkan 150.000 kematian. Sekitar 28 persen kasus TB kebal obat ada di Asia Tenggara.

Ulah manusia

Menurut Priyanti, meningkatnya resistensi ganda kuman TB terhadap obat anti-TB paling besar disebabkan ulah manusia sendiri. Resistensi secara alamiah atau mutasi sangat kecil. Penyebab terjadinya TB kebal obat dari sisi pelayanan kesehatan antara lain

pengobatan yang tidak benar, dosis yang tidak tepat, ketidakpastian penyediaan obat, dan penyimpanan obat yang buruk. Adapun kekebalan terhadap obat lini pertama juga dapat disebabkan oleh pasien sendiri, seperti ketidakpatuhan mengonsumsi obat, meminum obat tidak sesuai ketentuan, dan putus berobat.

Dia mengatakan, pengobatan TB kebal obat jauh lebih sulit, lama, dan mahal. Pengobatan berlangsung minimal dua tahun minum obat dan enam bulan suntikan di pantat kiri dan kanan. Harga obat juga berkali-kali lipat lebih mahal. Penegakan diagnosis juga lebih sulit. ”Saat ini, pemerintah sedang mengadakan proyek uji coba penatalaksanaan TB kebal obat di RSUP Persahabatan dan RSUD dr Soetomo, Surabaya,” ujarnya.

TB kebal obat berbeda dengan pengobatan TB biasa yang hanya memakan waktu enam bulan dan harga obat lebih murah. Obat TB tersebut tersedia di layanan kesehatan pemerintah secara gratis.

Jika tidak ditangani dengan baik, pasien dapat masuk ke kondisi extensively drug resistant tuberculosis atau XDR, yakni TB-MDR disertai kekebalan terhadap obat TB lini kedua, yaitu golongan fluoroquinolon dan setidaknya satu obat anti-TB lini kedua suntikan , seperti kanamycin, amikasin, dan capreomycin.

Pembicara lainnya, dokter spesialis patologi klinik, Endang Woro, mengatakan, pengendalian dan pencegahan infeksi TB dapat dilakukan dengan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku tersebut antara lain membiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah mengerjakan sesuatu. Pencegahan lainnya dengan menutup mulut pada saat batuk, tidak sembarangan membuang dahak, dan ventilasi rumah yang baik. (INE/KPS)