Memasuki tahun 2010, Kebun Raya Eka Karya Bali di Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali, genap berusia 51 tahun. Suatu perjalanan membanggakan karena prestasinya dalam mengembangkan sejumlah koleksi tanaman yang mendunia.
Namun, kebun raya yang akrab disebut Kebun Raya Bedugul dan didirikan 15 Juli 1959 ini ternyata merupakan kebun raya paling muda dibandingkan dengan tiga kebun raya lain di Indonesia, yaitu Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas yang terletak di kaki Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat, serta Kebun Raya Purwodadi di jalan raya antara Surabaya dan Malang, Jawa Timur.
Meski demikian, Kebun Raya Bedugul yang juga sebagai kebun raya pertama yang didirikan oleh putra bangsa setelah Indonesia merdeka itu mampu menghasilkan banyak karya yang tak mengecewakan.
Semula Kebun Raya Bali dengan ciri khas koleksi tanaman dataran tinggi kering didirikan dengan tujuan untuk mengoleksi tumbuhan berdaun jarum (Gymnospermae), salah satunya jenis cemara dari seluruh dunia.
Namun, kemudian berkembang menjadi kawasan konservasi ex-situ tumbuhan pegunungan tropika kawasan timur Indonesia, yakni dari Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Berkat kerja keras karyawan Kebun Raya Bali, koleksi tumbuhan Kebun Raya Bali saat ini mencapai 2.171 jenis dan 18.494 spesimen tanaman.
Tiap tahunnya koleksi di hutan penelitian dan pendidikan ini terus bertambah, berasal dari hasil eksplorasi, pertukaran biji antarkebun raya, perbanyakan tanaman, ataupun dari pembibitan komersial.
Kebun raya ini memiliki koleksi khusus meliputi anggrek, kaktus, tumbuhan paku, tumbuhan air, tumbuhan obat, tumbuhan upacara adat, mawar, serta begonia. Bahkan, untuk begonia baik yang endemik dan eksotik dari luar negeri merupakan koleksi unggulan.
Kebun raya ini merupakan salah satu kebun raya yang memiliki koleksi begonia terbesar di dunia, yang saat ini mempunyai lebih dari 200 jenis. Kebun Raya Bali juga menjadi pusat koleksi dan pengembangan begonia di Indonesia.
”Terkait budidaya begonia, peneliti dari Kebun Raya Bali, Hartutiningsih Siregar, baru-baru ini, tanggal 29 Desember 2009, meraih juara pertama Lomba Penelitian Kegiatan Tematik di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Bahkan, ada satu tanaman begonia yang diberi nama Begonia hartutiningsih siregar karena tanaman tersebut hasil silangan yang dilakukan oleh yang bersangkutan,” kata Kepala Kebun Raya Eka Karya Bali I Nyoman Lugrayasa.
Kawasan Kebun Raya Bali dengan suhu 18-20 derajat celsius berada pada ketinggian 1.250-1.450 meter di atas permukaan laut. Letaknya sekitar 60 kilometer (km) dari Denpasar dan dari Kuta 80 km ke arah Singaraja.
Taman yang unik
Hari Senin, 7 Desember 2009, dipandu koordinator peneliti bambu Kebun Raya Eka Karya Bali, Ida Bagus Ketut Arinasa, butuh waktu hampir seharian untuk mengitari sejumlah obyek di kebun raya seluas 157,7 hektar (ha) itu. Fajar hampir tenggelam saat pengamatan berakhir sekitar pukul 09.00. Namun, kepenatan tak terlalu membebani dengan adanya kesejukan dan keteduhan pepohonan rindang, aneka warna tumbuhan berbunga, juga koleksi khusus yang ditempatkan dalam rumah-rumah kaca dengan bentuk dan gaya pertamanan yang unik.
Salah satunya di Taman Begonia seluas 692,35 meter persegi. Di dalam taman itu terdapat jenis yang menarik, seperti Begonia acetosa yang mempunyai daun indah berwarna hijau dan permukaan bawah berwarna merah menyala dengan tekstur lembut seperti beludru.
Tanaman begonia yang lebih dikenal sebagai tanaman hias ini diramalkan akan menjadi salah satu tren masa depan. Daunnya yang tidak simetris, dengan teksturnya menampilkan bentuk-bentuk unik, misalnya lembut seperti beludru, kasar, berbingkul, mengerut, dan keriting, serta warna yang menarik, membuatnya mulai diminati banyak kalangan.
”Kebun Raya Bali juga mempunyai keunikan yang tidak dimiliki kebun raya lainnya di Indonesia, yang secara khusus mengadopsi budaya setempat, terutama untuk melestarikan tanaman yang biasa dipakai dalam upacara agama Hindu maupun tanaman untuk pengobatan tradisional Bali,” tutur Nyoman.
Para peneliti atau ahli botani asing juga mengagumi konsep yang dikembangkan Kebun Raya Bali lewat konservasi tumbuhan. Namun, sekaligus juga mengapresiasi budaya Hindu Bali lewat perbanyakan bibit tumbuhan untuk upacara agama Hindu ataupun pengobatan tradisional Bali.
Hal itu ditunjukkan dengan keberadaan Taman Panca Yadnya seluas 5,53 hektar, yang memiliki koleksi lebih dari 218 jenis tumbuhan dari beberapa kabupaten di Bali. Tumbuhan yang dikoleksi merupakan tanaman yang biasa dipakai sebagai hiasan pura, sesaji, ataupun bahan bangunan suci, dan kegiatan upacara keagamaan lainnya.
Di Bali tak sembarangan kayu yang digunakan untuk bangunan pura. Sebagai contoh jenis yang biasa dipakai adalah kayu perabu, antara lain cempaka kuning (Michelia champaca L), dan majegau (Dysoxylum caulostachyum) yang juga merupakan maskot flora Provinsi Bali. Begitu pula kayu nangka.
Keunikan yang lain tak lepas dari keberadaan Taman Usada, dengan koleksi lebih dari 300 tumbuhan yang berkhasiat dalam pengobatan tradisional Bali. Pengetahuan pengobatan tradisional tersebut berasal dari India yang menyebar ke Bali seiring dengan perkembangan agama Hindu pada abad ke-5 Masehi. Yang kemudian diwariskan secara turun-temurun melalui lontar usada {manuskrip tentang sistem pengobatan, bahan obat dan cara pengobatan tradisional yang ditulis di atas daun lontar/siwalan (Borassus flabellifer)}.
Kebun raya ini juga memiliki fasilitas Herbarium Hortus Botanicus Baliense (THBB), yang menyimpan koleksi kering dan basah, juga biji yang berasal dari tanaman koleksi kebun maupun hasil eksplorasi. Koleksi THBB lebih dari 10.000 spesimen dari lumut sampai tumbuhan berbunga.
Hingga kini Kebun Raya Bali memperbanyak tanaman endemik Bali yang nyaris punah, antara lain paku kidang (Dicksonia blumei), yang di Sumatera dikenal berkhasiat untuk mengatasi pendarahan pada ibu melahirkan.
Selain itu, cemara pandak (Podocarpus imbricatus blume) dan nyabah, satu tanaman jenis baru sejenis palem yang diberi nama Pinanga arinasae JR Witono. Tanaman itu ditemukan pertama kali oleh Ida Bagus Ketut Arinasa tahun 1976 dan kemudian diidentifikasi oleh Arinasa bersama peneliti Kebun Raya Bogor, Joko Ridho Witono, tahun 2000.
”Fokus Kebun Raya Bali terutama pada tanaman endemik Bali langka, seperti Pinanga arinasae yang hanya terdapat di kawasan Gunung Mesehe, Bali barat, dan Gunung Batukau. Namun, kini kondisinya tidak mengkhawatirkan karena perbanyakan telah dilakukan hingga ribuan bibit. Dan kami kami juga melakukan reintroduksi di daerah tanaman endemik tersebut,” ujar Arinasa.
Daya tarik bambu
Banyaknya koleksi Kebun Raya Bali yang unik juga menarik perhatian peneliti asing, seperti dari Amerika Serikat, Eropa, dan Australia, khususnya pada tumbuhan bambu.
Dari lebih kurang 1.000 jenis bambu di dunia, sekitar 150 jenis bambu terdapat di Indonesia, dan Kebun Raya Bali memiliki 62 jenis bambu, enam jenis di antaranya merupakan bambu jenis baru yang ditemukan di Bali.
Keenam jenis bambu itu adalah jajang aya (Gigantochloa aya), jajang taluh (Gigantochloa taluh), jajang tiing liplip (Dinochloa sepang), jajang tiing ooh (Bambusa ooh), jajang tiing Bali (Gigantochloa baliana), dan jajang wuluh kedampal (Schizoseachyum casthanium). ”Indonesia begitu kaya dengan keanekaragaman hayati, termasuk jenis flora. Seperti bambu telah menarik perhatian peneliti dari Eropa sebab di sana tak banyak bambu sehingga mereka pun belajar di sini menyangkut ekologi, sistem budidaya, dan pemanfaatan bambu ini,” katanya.
Arinasa juga menjelaskan, dalam upaya memperkaya koleksi, tiap tahun selalu ada pertukaran benih dan tumbuhan antara Kebun Raya Bali dan kebun raya di luar negeri. Sebagai contoh yang sudah berjalan, Australia pernah meminta tanaman langka, kepelan (Manglitia glouca), sedangkan Kebun Raya Bali meminta benih Eucalyptus.
KR Bali juga menjadi sarana studi, terutama bagi pelajar SMK yang mengikuti magang sehubungan dengan tugas akhirnya ataupun dari perguruan tinggi yang melakukan kuliah kerja lapangan. ”SMK yang rutin tiap tahun magang di sini dari Kabupaten Jembarana, Badung, maupun Sumba Barat (Nusa Tenggara Timur). Sementara dari perguruan tinggi biasanya Universitas Udayana,” kata Arinasa. (HRD/kp)
Media Komunikasi -- berita dan kebijakan persyarikatan -- Guna Meningkatkan Syiar Organisasi
Sabtu, 09 Januari 2010
KR BEDUGUL: BEGONIA DAN BAMBU KEBANGGAAN MENDUIA
Label:
Info Lingkungan