Senin, 04 Januari 2010

Produk Palsu China Marak Didukung Pemerintah Setempat

BEIJING -- Ketika China mengklaim telah memperoleh kemajuan besar dalam menghargai hak cipta, pasar untuk iPhone dan DVD palsu masih terus berkembang. Mitra dagang China terus mendesak China agar tetap bekerja lebih baik lagi dalam menangani pembajakan produk ini.
Akhir bulan lalu, AS yang selalu konsisten mengkritik kegagalan Beijing untuk mencegah pemalsuan produk bermerek dari AS mengeluarkan laporan tahunan yang menyatakan bahwa pembajakan di China masih berada pada taraf yang sangat tinggi.
Analis mengatakan, walaupun pejabat setempat telah berupaya memberantas pembajakan dan telah membuat pencegahan, kebijakan yang lemah tetap membuat pabrik-pabrik memproduksi barang tiruan dari luar negeri. Hal itu menyebabkan produsen asli kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan karena pembeli lebih suka produk palsu yang berharga lebih murah.

”Proteksionisme lokal dan korupsi di pemerintahan bukanlah isu yang sesungguhnya,” ujar Daniel Chow, pengajar Ohio State University College of Law.
”Pemerintah pusat mungkin jujur, tetapi penegakan hukum yang dilakukan di tingkat pemerintahan lokal kurang. Selain itu, pemerintah lokal memiliki kepentingan, baik langsung maupun tidak langsung, dalam memproduksi produk bajakan ini. Beroperasinya pabrik-pabrik merupakan hal yang sangat penting bagi perekonomian setempat,” tambahnya lagi.
Pasar produk bajakan dan palsu dari China merupakan pasar yang terbesar di seluruh dunia. Pabrik-pabrik China mempekerjakan jutaan pegawai, juga melibatkan banyak distributor dan penjaga toko di seluruh negara yang berpenduduk 1,3 miliar orang itu.
Beragam produk
Produk palsu tersedia di toko-toko dan dijual melalui internet di China, juga di pasar internasional dari New York ke Sydney. Misalnya saja film Avatar yang menciptakan rekor box office di Amerika Utara. DVD film itu dapat dibeli dengan harga kurang dari 1 dollar AS (kurang dari Rp 9.500) di toko di Beijing,
iPhone Apple palsu juga sudah tersedia di China jauh sebelum Apple meluncurkan produk tersebut pada tahun 2009.
Dalam laporan tahunannya di hadapan Kongres sebelum Natal lalu, Perwakilan Perdagangan AS Ron Kirk, salah satu anggota delegasi kunci yang bersama dengan Obama berkunjung ke China November lalu, terlihat pesimistis menghadapi maraknya aksi pembajakan China.
”Walaupun ada kampanye antipembajakan di China dan kenaikan kasus sipil soal pembajakan di China, pemalsuan dan pembajakan masih marak dan tetap berada pada level yang sangat tinggi. Hal ini sangat serius karena membahayakan industri AS dalam berbagai bidang,” demikian diungkapkan Kirk.
Pernyataan Kirk itu menyusul keputusan dari Kaukus Anti- Pembajakan Internasional Kongres untuk menempatkan China dalam daftar ”Pembajakan Internasional” untuk tahun 2009.
Sudah berusaha
Akan tetapi, Beijing mengatakan bahwa telah membuat cukup banyak kemajuan dalam mengatasi pembajakan dan pemalsuan ini. Demikian dilaporkan media China yang mengutip keterangan dari Biro Hak Cipta Nasional China bulan lalu.
Biro itu mencatat, sejak Agustus, Beijing telah melakukan investigasi terhadap lebih dari 500 pembajakan melalui internet, menutup ratusan situs ilegal, dan menjatuhkan denda kepada mereka yang terlibat pembajakan online sebesar 1,28 triliun yuan atau setara dengan 187.500 dollar AS.
Perusahaan asing juga menjadi target. Sebuah perusahaan China sukses menuntut Microsoft karena membajak ciptaannya berupa bentuk huruf tertentu dalam sistem operasi Microsoft.
Selain itu, seorang penulis China telah meluncurkan tuntutan melawan Google karena telah memindai satu dari dua novelnya di perusahaan digital tanpa pemberitahuan.
Akan tetapi, sebagian besar kasus pembajakan dan pemalsuan lenyap begitu saja, kata Victor Ho, seorang pengacara dari Shanghai. Hambatan utama yang dihadapi Beijing untuk memberantas pemalsuan dan pembajakan adalah pemerintah setempat yang melindungi pekerja dan ekonominya. (AFP/joe)