Kamis, 14 Januari 2010

HAITI DIGUNCANG GEMPA 7,0 SR, KORBAN TEWAS RIBUAN ORANG


Port-au-Prince, Rabu - Jalan-jalan di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, dipenuhi deretan jenazah, korban luka, dan orang-orang yang mengungsi dari reruntuhan gedung. Dalam waktu 35 detik, Port-au-Prince luluh lantak setelah diguncang gempa bumi berkekuatan hingga 7,0 skala Richter. HAITI

Gempa mengguncang pada Selasa pukul 16.53 waktu setempat atau Rabu (13/1) pukul 04.53 WIB. Ribuan orang dikhawatirkan tewas terkubur reruntuhan bangunan akibat gempa tersebut. Putusnya komunikasi menyulitkan perkiraan jumlah korban dan kerusakan.

Duta Besar Haiti untuk Amerika Serikat Raymond Joseph dalam konferensi pers kemarin di Washington mengatakan, terlalu dini untuk mengetahui korban dan kerugian akibat bencana itu.

Berjam-jam setelah gempa, debu dan puing-puing bangunan menyelimuti Port-au-Prince. Sebanyak 27 gempa susulan berkekuatan hingga 5,9 skala Richter terus terjadi sehingga warga terpaksa mengungsi di jalan-jalan. Hampir tak ada sudut kota, yang berpenduduk 2 juta orang itu, yang terhindar dari gelombang kerusakan.


Rumah sakit, hotel, sekolah, gedung pemerintah, dan rumah penduduk hancur. Markas Besar Misi PBB di Haiti (MINUSTAH) juga hancur. Sekitar 200 hingga 250 orang tengah bekerja di dalam gedung saat gempa terjadi, termasuk ketua misi, Hedi Annabi. Annabi diyakini tewas terkubur reruntuhan.

Istana Presiden berwarna putih yang menjulang di tengah Alun-alun Champs de Mars porak-poranda. Kubah istana roboh menimpa bangunan. Presiden Rene Preval dan ibu negara selamat, tetapi tidak ada informasi tentang keberadaan mereka. Menjelang malam, kegelapan total menyelubungi kota karena listrik padam. Asap kelabu membubung di beberapa bagian kota. Ribuan orang berkumpul di alun-alun hingga larut malam, menyanyikan lagu dukacita.

”Seluruh kota gelap. Ribuan orang duduk di tepi jalan dan tidak tahu harus ke mana. Mereka berlarian, berteriak, dan menangis. Orang-orang mencoba menggali reruntuhan hanya berbekal senter,” tutur Rachmani Domersant, manajer operasi badan amal Food for the Poor.

Dangkal

Data Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebutkan, pusat gempa berada 15 kilometer sebelah barat Port-au-Prince dengan kedalaman hanya 8 kilometer di darat.

Ini merupakan gempa terkuat yang mengguncang Haiti setelah lebih dari 200 tahun. Ahli geofisika Kristin Marano mengatakan, gempa dahsyat terakhir yang mengguncang lokasi Haiti sekarang terjadi tahun 1770. Guncangan terasa hingga ke Republik Dominika, tetangga Haiti, dan Kuba yang berjarak 320 kilometer.

Tom Jordan, ahli gempa bumi dari University of Southern California, mengatakan, guncangan terjadi sepanjang patahan geser saat lempeng yang berada di atasnya bergeser di atas lempeng lain secara horizontal. Kekuatan dan kedekatan pusat gempa dengan Port-au-Prince mengakibatkan banyaknya korban di sejumlah tempat dan besarnya kerusakan.

Orang-orang kalut mencari keberadaan sanak keluarga mereka. Di depan sebuah apartemen berlantai empat yang hancur, seorang gadis remaja celingukan mencari keluarganya yang berada di dalam gedung.

Sebanyak 11 penjaga perdamaian PBB asal Brasil dilaporkan tewas. Sebanyak delapan penjaga perdamaian asal China dan tiga asal Jordania juga dilaporkan tewas. Sebanyak 200 orang yang menginap di Hotel Montana, yang terkenal di kalangan turis, dilaporkan hilang.

Kewalahan

Rumah sakit kewalahan menerima korban luka-luka. Mobil polisi, misi PBB, dan Palang Merah Internasional berseliweran mengangkut korban luka ke rumah sakit, tetapi jalan mereka terhalang reruntuhan bangunan.

Negara-negara mulai mengirimkan bantuan ke Haiti. Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Italia, Perancis, dan negara-negara Amerika Latin mengirimkan bantuan dan tim penanggulangan bencana ke Haiti.

Juru bicara Palang Merah Internasional, Paul Conneally, memperkirakan 3 juta orang terkena dampak gempa. Prioritas utama saat ini adalah mencari korban selamat yang terperangkap di reruntuhan bangunan.

Haiti merupakan negara termiskin di belahan bumi Barat. Serangkaian bencana juga menghantam Haiti belakangan ini. Tiga topan dan satu badai tropis menerjang Haiti tahun 2008 dan menewaskan 793 orang.

Bekas koloni Perancis ini juga didera ketegangan politik pada tahun 2008 menyusul melonjaknya harga bahan pangan. Sebanyak 70 persen dari 10 juta penduduk Haiti hidup dengan uang kurang dari 2 dollar AS (Rp 19.000) per hari. Separuh dari penduduknya pun menganggur.(AP/AFP/REUTERS/BBC/CNN/FRO)