Sabtu, 29 Mei 2010

ARTIKEL : BERHENTILAH MEROKOK MULAI SEKARANG !


Oleh : Hendra Darmawan

Rokok bisa jadi merupakan salah satu penyebab, mengapa tingkat kemiskinan di negara kita tidak juga dapat ditekan sesuai dengan yang kita harapkan.

Buktinya, meskipun pendapatan masyarakat di negara kita tergolong rendah, tapi sebagian besar dari mereka tetap saja menggunakan sebagian besar dari pendapatan yang mereka terima untuk membeli rokok. Hasil survei dari berbagai lembaga penelitian ternyata juga menyebutkan kalau para perokok di Indonesia, umumnya adalah masyarakat yang berasal dari golongan ekonomi ke bawah. Mereka yang telah memiliki ketergantungan tinggi terhadap rokok bahkan rela mementingkan kebutuhan rokok, ketimbang kebutuhan lainnya. Padahal dari segi hal apapun, rokok bukanlah sesuatu yang dapat berdampak baik bagi kehidupan manusia. Malah rokok lebih banyak mudharatnya (kerugiannya), ketimbang kebaikannya. Kalau tidak percaya hitung saja berapa banyak pengeluaran yang harus dihabiskan oleh para perokok untuk membeli rokok dalam setiap bulannya.

Berdasarkan data Sensus Ekonomi Nasional tahun 2005, pengeluaran keluarga rumah tangga perokok untuk konsumsi rokok menunjukkan angka cukup besar, mencapai 11,5 persen. Angka tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk urusan pendidikan yang hanya 3,2 persen, kesehatan 2,3 persen, dan konsumsi ikan serta daging 11 persen. Sebagai contoh, seorang petani di Wonosobo menghabiskan Rp.274.000,- per bulan untuk rokok, tapi selalu keberatan atas biaya Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan (SPP) anaknya yang hanya Rp.7.000,- per bulan. (KabarIndonesia, 10 Mei 2010).

Kalau kita lihat besarnya pengeluaran para perokok untuk membeli rokok dalam setiap bulannya, seperti yang terjadi pada petani di Wonosobo, yaitu Rp.274.000,- per bulannya. Maka dapat kita hitung berapa uang yang harus dikeluarkan oleh para perokok untuk membeli rokok dalam setiap tahunnya. Coba kalikan dalam setahun, dua tahun, tiga tahun hingga seterusnya. Petani di Wonosobo yang perokok tersebut mungkin tidak pernah mengira, jika seandainya uang yang telah ia habiskan untuk membeli rokok selama bertahun-tahun, ternyata jika dikumpulkan sudah dapat digunakan untuk membeli sepeda motor baru atau bahkan juga dapat digunakan untuk membeli sebuah rumah baru, meski untuk ukuran rumah yang sangat sederhana sekalipun. Hitung-hitungan tersebut belum ditambah dengan berapa banyak uang yang sudah ia keluarkan untuk biaya berobat karena mengalami radang tenggorokan atau paru-paru. Sehingga memaksanya harus sering pergi ke puskesmas atau rumah sakit untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan terlalu banyak menghisap rokok.

Menyadari Bahaya Rokok

Tapi para perokok di negara kita tampknya belum sadar juga terhadap bahaya dan kerugian yang disebabkan oleh rokok. Rokok masih menjadi gaya hidup yang sulit untuk dihilangkan. Bahkan rokok seperti telah membudaya dan telah menjadi pemandangan yang sudah tidak asing lagi, jika kita melintas di berbagai tempat (kawasan), baik itu di pinggiran jalan, di terminal, di warung-warung kopi, di restoran, bahkan di lingkungan kantor, sekolah maupun kampus sekalipun hampir tidak ada tempat (kawasan) yang terbebas dari asap rokok. Rokok bukan hanya telah menghinggapi orang dewasa atau mereka yang rata-rata sudah bekerja, tetapi rokok juga telah menghinggapi para pelajar dan anak-anak yang masih di bawah umur sekalipun. Lihatlah data yang diperoleh oleh Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia tahun 2006 yang dilakukan terhadap remaja berusia 13-15 tahun, sebanyak 24,5 persen remaja laki-laki dan 2,3 persen remaja perempuan merupakan perokok dan 3,2 persen di antaranya sudah kecanduan.

Sebelumnya, di tahun 2002 The Tobacco Atlas juga menempatkan Indonesia pada posisi kelima tertinggi di dunia untuk tingkat konsumsi rokok, yaitu sebesar 215 miliar batang. Sedangkan posisi pertama diduduki oleh China sebanyak 1,634 triliun batang, kedua

Amerika Serikat sebanyak 451 miliar batang, ketiga Jepang sebanyak 328 miliar batang dan keempat Rusia sebanyak 258 miliar batang.

Sedangkan untuk kasus kematian akibat menghisap rokok, Indonesia menduduki peringkat ketiga, setelah China dan India. Berdasarkan hasil survei Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia tahun 2007, sebanyak 1.127 orang meninggal setiap hari akibat rokok. Sungguh memilukan, untuk urusan kemunduran dan hal-hal yang membahayakan nyawa jutaan umat manusia, negara kita selalu saja menjadi yang terdepan dari negara-negara yang ada di dunia. Tapi untuk urusan kemajuan (prestasi), negara kita selalu saja menjadi yang terbelakang.

Inilah yang harus segera kita sadari. Tingginya tingkat kematian yang disebabkan oleh rokok telah membuktikan kepada kita bahwa rokok sangat berbahaya bagi tubuh kita. Dampaknya dapat menimbulkan kematian bagi para penghisapnya. Karena dalam kandungan sebatang rokok, setidaknya terdapat 4.000 zat kimia dan 43 zat karsinogenik, dimana 40 persennya mengandung racun, seperti hidrokarbon, karbon monoksida, logam berat, tar dan nikotin yang sangat berbahaya bagi organ-organ dalam tubuh manusia. Bagi mereka (para perokok), dampaknya memang tidak langsung mereka rasakan. Tetapi setelah bertahun-tahun menjadi perokok, barulah berbagai penyakit, seperti kanker, stroke dan serangan jantung mulai hinggap di badan.

Mengatasi Ketergantungan terhadap Rokok

Rokok memang dapat memberikan kenikmatan tersendiri bagi para penghisapnya. Sehingga tidak jarang, kandungan nikotin yang terdapat di dalam sebatang rokok telah membuat para penghisapnya jadi kecanduan untuk selalu menghisapnya dan menghisapnya lagi. Sehari saja tidak menghisap rokok, selalu dirasa ada yang kurang. Pikiran jadi gelisah. Hidup pun jadi kurang bergairah. Inilah yang kita sebut sebagai orang yang sudah terkena candu rokok akibat kandungan nikotin yang telah mempengaruhi dan merangsang saraf pikiran kita, hingga menimbulkan rasa ketagihan. Makanya banyak para perokok aktif yang akan terus menjadi perokok dalam seumur hidupnya, meskipun mereka memiliki keinginan yang kuat untuk mencoba berhenti merokok.

Oleh karenanya, untuk mengatasi orang-orang yang sudah kecanduan terhadap rokok, memang bukan suatu perkara yang mudah. Bagi mereka yang sudah kecanduan, rokok tidak bisa sekaligus dihilangkan. Tetapi hanya bisa dikurangi pelan-pelan, sambil terus diingatkan tentang bahaya yang ditimbulkan oleh rokok. Selain itu, kita tentunya juga mengharapkan adanya upaya dari pemerintah, seperti adanya sebuah Undang-undang yang membatasi produksi rokok guna menekan jumlah perokok yang kini sudah sangat mengkhawatirkan. Atau dengan memberikan peringatan dan larangan bagi para remaja dan anak-anak untuk tidak merokok guna menyelamatkan generasi-generasi muda kita terhadap bahaya rokok. Karena selama ini para remaja dan anak-anak sangat mudah terpengaruh dan selalu menjadi sasaran yang empuk bagi para produsen rokok melalui iklan-iklan rokok yang bertaburan di berbagai media, khususnya melalui iklan-iklan rokok yang ditayangkan di televisi.

Jadi, bagi para perokok, mulailah untuk mengurangi kebiasaan merokok dan kalau bisa menghentikannya sesegera mungkin demi menghindari dampak yang akan ditimbulkan di kemudian hari. Pikirkanlah tentang hal-hal berguna yang masih dapat kita lakukan. Maka cobalah dan berusahalah terus untuk berhenti merokok mulai sekarang, sebelum semuanya terlambat. Karena sesungguhnya tidak ada kata terlanjur dan tidak ada kata "tidak bisa" untuk melakukan perubahan, selama perubahan itu baik untuk diri kita. ***

Penulis, penyuka seni dan pemerhati masalah sosial politik. Email : hendra_ darmawan1234@yahoo.com