Medan, - Hingga semalam, belum ada laporan jatuhnya korban akibat gempa tektonik berkekuatan 7,2 skala Richter yang melanda wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Minggu (9/5) pukul 12.59. Gempa yang berpusat 66 kilometer barat daya Meulaboh, Aceh Barat, 110 kilometer barat daya Blangpidie, di kedalaman 30 kilometer itu sempat membuat panik warga di beberapa kabupaten di provinsi tersebut.
Berdasarkan kajian cepat Pusat Pengendalian dan Operasi Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Pusdalops Satlak PBP) Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Pemprov NAD) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kemarin siang, gempa berpotensi menimbulkan tsunami. Namun, beberapa saat kemudian terpantau ketinggian permukaan air laut hanya mengalami kenaikan 25 sentimeter (cm).
Iskandar, Manajer Pusdalops Satlak PBP Pemprov NAD, saat dihubungi di Banda Aceh menerangkan, kajian dilakukan beberapa operator pusdalops berdasarkan kondisi lokasi pusat gempa, kedalaman laut di pusat gempa, dan topografi pantai di sekitar pusat gempa tersebut. Ia menyatakan, hasil kajian tersebut bewarna hijau, yang berarti ketinggian tsunami kurang dari 50 cm. ”Tsunami ada, tetapi ketinggiannya kurang dari 50 cm. Tidak merusak,” ujarnya.
Ia mengatakan, kenaikan permukaan air laut pada gempa kali ini hampir sama dengan kenaikan permukaan air laut yang terjadi saat gempa melanda wilayah Simeulue, awal April 2010. Ketika gempa melanda Simeulue, terjadi kenaikan permukaan air laut setinggi 40 cm. Titik kenaikan yang terpantau adalah di Kecamatan Labuhan Bakti, Kabupaten Simeulue.
Sementara itu Wakil Gubernur NAD Muhammad Nazar menyatakan, sampai saat ini komunikasi dengan wilayah pusat gempa, yaitu Kabupaten Aceh Barat, masih terputus. Semua sambungan telepon tidak berfungsi. ”Yang berfungsi hanya radio. Kami sedang mengoptimalkan penggunaan pesawat radio,” tuturnya.
Nazar mengatakan bahwa meskipun sambungan telepon terputus, Satlak PBP di masing-masing kabupaten diharapkan sudah mengerti tindakan pertama yang harus dilakukan pascagempa, yaitu melakukan proses evakuasi apabila memang dinyatakan terjadi tsunami. Akan tetapi, satu jam setelah gempa terjadi, BMKG sudah mencabut status potensi tsunami di wilayah yang terpapar gempa.
Ia juga mengatakan, setelah beberapa kali terjadi gempa, warga telah mengerti tindakan pertama yang harus dilakukan untuk mengurangi kemungkinan jatuhnya korban. ”Mereka mencari lokasi yang aman dan tinggi. Jauh dari laut,” ujarnya.
Tidak ada korban jiwa
Warga di Banda Aceh, Meulaboh dan beberapa kota di provinsi tersebut sempat panik. Di Meulaboh, warga berduyun-duyun menuju ke wilayah arah timur Meulaboh untuk menyelamatkan diri. Banyaknya kendaraan yang menumpuk di simpang Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia, Meulaboh, membuat arus lalu lintas ke arah timur atau ke arah Kecamatan Kaway XVI tersendat.
Komandan Komando Distrik Militer Meulaboh Kolonel Andi Sirajuddin, yang dihubungi di Meulaboh, mengatakan, hasil pemantauan sementara anggotanya, tidak ada bangunan yang rusak. Bahkan, tuturnya, tidak ada korban jiwa akibat gempa tersebut. ”Meskipun panik, penumpukan warga yang hendak menyelamatkan diri lebih sedikit dari gempa pada April lalu,’ katanya.
Hal yang sama juga terjadi di Banda Aceh. Vikar, warga Lamdingin, Banda Aceh, mengaku melarikan diri ke arah Simpang Surabaya. Namun, setelah sekitar 30 menit berlari, dirinya memutuskan untuk kembali. ”Kami dengar sudah aman. Jadi, kami kembali ke rumah,” tuturnya.
”Posko Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Aceh melaporkan, PMI telah mengerahkan 40 anggota satuan penanganan bencana (satgana) di Kabupaten Simeulue, 30 anggota satgana di Meulaboh, ditambah puluhan anggota Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) di Banda Aceh dan Meulaboh untuk membantu evakuasi warga,” kata anggota staf Divisi Penanggulangan Bencana Markas Pusat PMI, Tia Kurniawan, di Posko PMI Pusat. Warga sempat panik, tetapi pukul 14.25 siang ”status tsunami” dinyatakan telah berakhir.
Adapun di Medan, warga, tamu hotel, dan pengunjung mal berhamburan keluar gedung saat gempa terjadi. Mereka berlarian tak karuan karena panik setelah merasakan gempa.
Warga takut masuk rumah sembari menunggu kemungkinan adanya gempa susulan. Sekitar 20 menit setelah itu, mereka kembali beraktivitas karena tak ada gempa lagi.
Sekretaris Daerah Kabupaten Simeulue M Riswan mengatakan, gempa terasa sangat kuat di Simeulue. ”Rasanya seperti saat gempa Sinabang, 7 April lalu, yang berkekuatan 7,2 skala Richter.”
Warga Teluk Simeulue, Kecamatan Simeulue Tengah, Ademai (50), menjelaskan, gempa sangat terasa di rumah dan warungnya yang persis berada di garis pantai. Namun, air laut tidak surut atau naik. (mhf/mhd/hrd/kps)
Media Komunikasi -- berita dan kebijakan persyarikatan -- Guna Meningkatkan Syiar Organisasi
Senin, 10 Mei 2010
GEMPA ACEH: TIDAK ADA KORBAN, AIR LAUT NAIK 25 CM
Label:
Info Berita