Minggu, 16 Mei 2010

Merokok Bisa Akibatkan Infeksi Bakteri Kewanitaan


MASIHKAH anda belum percaya bahwa rokok bisa merusak setiap sel dalam tubuh manusia. Berikut adalah salah satu berita buruk untuk para wanita yang gemar merokok.

Wanita perokok memiliki kemungkinan terkena infeksi bakteri pada kemaluan perempuan dua kali lebih besar ketimbang wanita yang tak merokok. Infeksi bakteri vagina namanya atau bacterial vaginosis (BV).

Ini merupakan sebuah infeksi yang umum terjadi, tetapi kurang banyak dibicarakan. Gejala bacterial vaginosis (BV) antara lain gatal-gatal di wilayah kemaluan, dan keluarnya cairan berwarna keabuan dari lobang kemaluan dengan bau yang amis.

Marijane A Krohn, Ph D, salah satu profesor bagian reproduksi di University of Pittsburgh School of Medicine mengatakan, BV mulai menyerang kelamin perempuan ketika sistem perlindungan alaminya terganggu.

Ketika ini terjadi, maka bakteri yang selalu ada di sekitar vagina tersebut berkembang di luar kendali. “Merokok nampaknya membuat sistem kekebalan vagina menurun,” ungkap Krohn yang memberi ilustrasi, seperti petugas keamanan perbatasan yang sedang mabuk.

Risiko

Seperti infeksi kemaluan wanita lainnya, BV yang tak diobati bisa meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual. Tak hanya itu, ketika Anda terkena penyakit menular seksual, plus terkena BV, konsekuensinya malah lebih parah, misalnya, infertilitas. Ketika hamil terkena BV pun juga bisa mencetus keguguran mendadak, kelahiran prematur, atau membuat bayi yang lahir kekurangan berat badan.

Solusinya? Berhenti merokok adalah hadiah terbaik yang bisa Anda berikan untuk tubuh Anda sendiri. Bicarakan pada dokter Anda mengenai cara-cara berhenti merokok. Entah itu dengan program tertentu atau dengan bantuan lainnya.

Langkah kedua, hindari semprotan pembasuh kelamin karena vagina sebenarnya mampu membersihkan diri sendiri. Menyemprot vagina dengan pembasuh kelamin bisa merusak keseimbangan iklim di daerah vagina, dan meningkatkan risiko terkena BV. Ketika BV menyerang, Anda mungkin butuh dua minggu pengobatan dengan antibiotik dari resep dokter untuk mengatasinya, dan lakukan cek rutin setiap sebulan sekali. (fvn/elz)