Minggu, 16 Mei 2010

Kartini-Kartini Muda Indonesia Sabet Medali di Amerika


Jakarta –Para pelajar Indonesia meraih medali pada ajang International Sustainable Energy Engineering and Environment Project Olympiad (I-SWEEEP) 2010 pada 14-19 April 2010 di Houston Texas, Amerika Serikat. Tiga tim yang kesemuanya adalah para siswi sekolah menengah atas (SMA) pulang membawa medali. Kemenangan ini sebagai kado peringatan Hari Kartini pada 21 April.

Healtha Padmanusa dan Nabila Binti Ahmad Anshori dari SMA Semesta Bilingual Boarding School, Semarang, Jawa Tengah meraih medali perak untuk kategori energi. Judul penelitian mereka adalah Utilization of Anthocyanin Compounds from Senduduk Plant (Melastoma Malabathricum) as Sensitizer in Dye Sensitized Solar Cell. Dalam penelitiannya, Healtha mencari solusi murah untuk membuat solar sel. Pada umumnya solar sel dibuat menggunakan silikon yang berharga mahal. Solusi yang dibuat adalah memanfaat ekstrak biji tanaman Senduduk (Melastoma Malabathricum). “Setelah dites dengan ultraviolet, tanaman ini mengandung antosianin yang dapat digunakan sebagai pengganti silikon,” katanya kepada pers di Restoran D’Nanta Bistro , Jakarta, Kamis (22/04/2010) .

Dhora Vasminingtya dan Nila Sutra dari SMAN 1 Ponogoro, Jawa Timur merali medali perunggu untuk kategori rekayasa teknologi. Judul penelitian mereka adalah Husk Supplement Concret a New Alternative Concrete which is Strong, Light, and Has a High Econmical Value. Dhora, pada penelitiannya mencoba memanfaatkan sekam atau kulit padi sebagai salah satu komponen atau suplemen dalam membuat beton bangunan. “Keunggulan penggunaan sekam ini adalah lebih kuat hampir dua kali lipat daripada beton bangunan biasa. Selain itu, lebih ringan karena menggantikan pasir dengan sekam, dan juga lebih memiliki nilai ekonomis tinggi,” kata Dhora.

Adapun Mutiah Humaira dan Shinta Erdiana dari SMA Kharisma Bangsa Bilingual Boarding School, Tangerang Selatan, Banten berhasil meraih honourable mention untuk kategori energi. Judul penelitian mereka adalah Utilization of Organic Waste being Solid Fuel (Biobriquette) and Liquid Smoke. Penelitian yang dilakukan adalah membuat biobriket dari bahan biomassa seperti tongkol jagung, dedaunan, dan ranting.

Setelah melalui proses pirolisis, biomassa ini menghasilkan dua produk yaitu biobriket dan asap cair. Biobriket yang dihasilkan memiliki nilai kalori yang lebih tinggi dari briket batubara dan SNI (Standar Nasional Indonesia). Sementara asap cair digunakan sebagai bahan pengawet. “Project kita itu usefull, simple, dan environmentally, serta reduce sampah yang ada di Indonesia,” kata Mutiah bersemangat.

I-SWEEEP merupakan olimpiade proyek penelitian tingkat internasional yang melombakan tiga bidang yaitu energi, rekayasa teknologi, dan lingkungan untuk tingkat SMP dan SMA. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Cosmoz Foundation ini diikuti oleh 70 negara dan 40 negara bagian dari Amerika Serikat.

Indonesia telah tiga kali mengikuti ajang internasional ini. Pada keikutsertaan sebelumnya, Indonesia meraih dua medali emas, dua medali perak, tiga medali perunggu, dan empat honourable mention. Ketiga tim yang dikirim merupakan para juara dari ajang Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2010.

Presiden ISPO Bambang Sudibyo mengatakan, ISPO merupakan pintu bagi siswa untuk menjadi berkelas dunia. Dia meminta agar prestasi ini tetap dipertahankan. “Selamat kepada adik-adik yang berhasil menjadi juara dunia,” katanya.

Mantan Mendiknas ini lebih lanjut mengatakan, anak-anak Indonesia sudah terbukti menjadi kekuatan dunia untuk bidang Matematika dan sain. Dia menilai, hasil yang diraih oleh para peraih medali internasional ini cukup potensial. “ISPO dalam proses mempatenkan hasil penelitian anak-anak ini, sehingga nanti bisa dikomersialkan. Siapa yang mau memanfaatkan maka kemudian bisa menggunakan hasil penelitian anak-anak ini,” katanya.

Kepala Sekolah SMA Semesta Bilingual Boarding School, Semarang, Jawa Tengah, Haris, mengatakan, di sekolahnya ada satu metode pendekatan pembelajaran proyek berbasis kompetensi berbasis penelitian. Secara sederhana, kata dia, penelitian ini untuk mencapai kurikulum nasional, tetapi kemudian para siswa tertarik untuk melanjutkan penelitian menjadi sesuatu yang lebih unik. “Jadi bukan hanya sekedar standar kurikulum nasional saja, tetapi standar kompetensinya dinaikkan. Itu kebijakan sekolah sendiri,” katanya.

Haris mencontohkan, keberhasilan yang diraih di ajang I-SWEEEP ini merupakan lanjutan dari bidang Kimia. “Anak-anak membuat proyek dengan bimbingan guru dan dosen Universitas Diponegoro. Setelah itu, mereka bersaing dengan teman-teman sendiri di sekolah Sma Semesta,” katanya.

Haris menyebutkan, pada tahun ini ada 33 proyek yang dipersaingkan untuk mengikuti ISPO. Dari 33 proyek itu terpilih 12 proyek masuk semifinal, dan terpilih sembilan untuk mengikuti ISPO. Dia menyebutkan, dari sembilan tim tersebut lolos empat tim di ajang ISPO dan meraih satu medali emas, satu medali perak, dan dua medali perunggu. “Healta meraih medali perunggu di ISPO,” katanya.

Lebih lanjut Haris mengatakan, tiga tim lainnya akan mengikuti kompetisi masing-masing bidang Informatika ke Rumania, International Environmental Project Olympiad (INEPO) ke Turki, dan International Young Inventor Project Olympiad (IYIPO) ke Georgia.