Minggu, 30 Mei 2010

Sulitnya Air Bersih di Bumi Khatulistiwa


Oleh: Teguh Imam Wibowo

Intohatin (41), ibu empat anak yang tinggal di Jalan Parit H Husin II Pontianak Tenggara, setiap minggu harus menyisihkan uang minimal Rp 30 ribu untuk membeli empat sampai lima galon air isi ulang.

Meski berlangganan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) milik Pemerintah Kota Pontianak, namun ia memilih membeli air isi ulang untuk kebutuhan minum dan memasak.

"Air dari PDAM untuk mandi dan mencuci saja. Kalau untuk minum, lebih baik pakai air isi ulang," kata dia.

Muhlis (39), warga Jalan Purnama Pontianak Selatan, setiap minggu membeli dua galon air merek Aqua. Harganya Rp 30 ribu per galon. Air itu untuk kebutuhan minum sang istri dan dua anaknya yang masih balita. Sama seperti Intohatin, ia juga berlangganan air dari PDAM Kota Pontianak.

Handoko (29), baru pindah ke Pontianak sekitar satu bulan dari Jawa Barat. Ia mengernyitkan dahi sambil berucap "hii" ketika melihat seorang ibu tengah mandi sambil menggosok gigi di sebuah parit kecil di pinggiran Jalan Transkalimantan Poros Selatan di ruas Pontianak - Tayan, Kamis (18/3).

Air di parit tersebut terlihat kehitaman dan keruh karena tercampur dengan tanah merah yang berada di bahu jalan.

Bagi masyarakat Kota Pontianak dan Kalimantan Barat, kondisi tersebut lazim adanya dan bukan menjadi sesuatu yang aneh.

Di Kota Pontianak misalnya, masyarakat mengandalkan air hujan dibanding air dari PDAM Kota untuk kebutuhan sehari-hari.

Pemandangan jejeran bak penampung air yang terbuat dari semen, plastik atau pvc di samping rumah, mudah terlihat di Pontianak.

Maraknya penyedia air kemasan isi ulang ukuran galon membuat peran bak penampung air itu sedikit berkurang karena masyarakat menggunakan air kemasan tersebut untuk minum atau memasak.

Sementara air dari PDAM Kota Pontianak hanya untuk mandi atau mencuci.

"Jarang ada yang minum atau memasak menggunakan air PDAM Kota," kata Sumiyati (62), seorang pensiunan yang tinggal di Jalan HM soewignyo Pontianak Kota.

Gubernur Kalbar Cornelis dalam sebuah kesempatan menjadi pembicara, bercerita betapa kehidupan masyarakat Kalbar amat bergantung pada air sungai.

"Dulu, untuk minum, air di Sungai Jawi diendapkan sebelum digunakan," kata Cornelis.

Sungai Jawi merupakan sungai di Kota Pontianak yang bermuara ke Sungai Kapuas. Cornelis dahulu ketika bersekolah pernah tinggal di tak jauh dari Sungai Jawi.

Sumber penyakit

Pemerintah Provinsi Kalbar menyadari bahwa belum baiknya infrastruktur air bersih membuat penyakit berbasis lingkungan masih menjadi ancaman.

"Penduduk Kalbar yang belum menerima layanan air bersih di bawah 60 persen," kata Kepala Bidang Bina Pengendalian Pencegahan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kalbar Monthe Krisman.

Jumlah penduduk Kalbar berkisar 4,3 juta jiwa. Artinya, lebih dari dua juta jiwa penduduk yang sama sekali tidak mendapat layanan air bersih yang baik.

Menurut dia, tidak memadainya air bersih yang diterima masyarakat membuat penyakit berbasis lingkungan seperti diare dan demam berdarah dengue masih kerap mewabah di Kalbar.

Ia menambahkan, terdapat perbedaan dalam penanganan penyediaan air bersih di Kalbar.

Di wilayah pedalaman banyak terdapat sumber air bersih namun pengelolaannya belum maksimal.

Sedangkan di wilayah pesisir, sumber air bersih sedikit sehingga butuh pengelolaan secara khusus untuk menghasilkan air bersih.

"Misalnya dengan membuat sumur bor namun juga perlu memerhatikan kadar besi karena umumnya di daerah pesisir, nilainya cukup tinggi," kata Monthe Krisman.

Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya menambahkan, pemerintah berkomitmen untuk mendorong pencapaian program pembangunan milenium tahun 2012 yang salah satunya ketersediaan air bersih ke masyarakat.

Namun, lanjutnya, kalau hanya mengandalkan perusahaan air minum sulit untuk mencapai target tersebut.

"Melibatkan masyarakat menjadi kunci penting untuk mencapai sasaran tersebut," katanya.

Ia berharap adanya sosialisasi secara menyeluruh agar program itu berhasil. Selain itu, kualitas air yang dihasilkan tidak sekedar layak untuk mandi, tapi juga yang layak minum.

PDAM provinsi

Sumber air baku yang kualitas dan kontinuitasnya dapat diandalkan menjadi salah satu kunci penyediaan air bersih ke masyarakat. Namun untuk Kota Pontianak, masyarakat kerap menikmati air keruh dan payau bahkan hampir asin dari PDAM Pontianak pada musim kemarau.

Instrusi dari Laut Natuna menembus belasan kilometer Sungai Kapuas hingga mencapai instalasi pengolahan air milik PDAM Kota Pontianak di musim kemarau.

Lokasi cadangan di Penepat, Kabupaten Kubu Raya, untuk sumber air baku PDAM Kota Pontianak kapasitasnya terbatas dan bukan tidak mungkin akan terkena instrusi.

Pemprov Kalbar membentuk PDAM Provinsi dan sudah mendapat modal awal sebesar Rp 1 miliar pada 2006 melalui APBD. PDAM Provinsi tujuannya sebagai penyedia sumber air baku bagi sejumlah PDAM daerah terutama Pontianak, Kubu Raya, dan sebagian Sanggau.

Namun, hingga kini belum ada kejelasan mengenai kinerja dari PDAM Provinsi. "Sekarang yang dilakukan studi-studi," kata Direktur PDAM Provinsi Kalbar Ibrahim Basri.

Ibrahim Basri yang juga mantan Kepala Dinas Perhubunan Kalbar itu tidak menjelaskan hasil dari studi-studi yang dilakukan PDAM Provinsi Kalbar. Termasuk kemungkinan penambahan modal awal untuk mengoptimalkan kinerja PDAM Provinsi Kalbar.

Sekretaris Daerah Pemprov Kalbar Syakirman mengatakan, keberadaan PDAM Provinsi masih dipertahankan. Menurut Syakirman, PDAM Provinsi Kalbar tidak menyediakan air bersih secara langsung ke konsumen.

"Namun dalam menyediakan air bersih tersebut PDAM Provinsi Kalbar bekerja sama dengan PDAM Kota dan Kabupaten seluruh Kalbar," kata Syakirman. Ia menambahkan, untuk menyiapkan hal itu, PDAM Provinsi Kalbar membutuhkan dana dan dilakukan secara bertahap.

Salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah masyarakat yang menikmati layanan air bersih melalui program Air Minum Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat.

Program tersebut bagian dari Community Water Supply and Health (CWSH) yang sumber dananya dari pinjaman Asia Development Bank.

Enam kabupaten di Kalbar mendapat program tersebut yakni Landak (60 desa), Sintang (30 desa), Kapuas Hulu (54 desa), Ketapang (36 desa), Sanggau (45 desa), dan Sambas (50 desa).

Kepala Bidang Bina Pengendalian Pencegahan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kalbar Monthe Krisman mengatakan, hingga kini realisasi program itu sudah menjangkau 62,6 persen dari total 285 desa yang menjadi sasaran.

"Selain sumber air, kualitas air bersih juga dipengaruhi zat-zat yang terkandung di dalamnya," kata dia.

Kalbar rencananya akan membentuk Tim Pokja Air Minum Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. Pokja itu akan dibentuk hingga tingkat kabupaten/kota untuk melanjutkan program Air Minum Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat yang rencananya tuntas pada 2011. (ant)