Rabu, 05 Mei 2010

Obat yang Pahit Biasanya Menyembuhkan

TIDAK pada tempatnya aksi unjuk rasa dan rencana mogok umum hari ini digelar oleh sebagian rakyat Yunani untuk menyambut "kemurahan hati" Dana Moneter Internasional dan sesama negara anggota zona euro untuk memberikan bantuan pinjaman besar saat negaranya sedang terancam "default" surat utang negara senilai US$8,5 miliar yang jatuh tempo 19 Mei mendatang. Namanya meminjam, sudah lumrahlah disertai persyaratan, janji mampu membayar kembali dan agunan dari pihak pemberi pinjaman.
"Beggars should not be choosers". Bukan lagi pihak peminjam yang memilih opsi saat terhimpit.

Dan kiranya IMF atau negara-negara rekan zona euro takkan ambil banyak pusing untuk mengulurkan tangan, andaikata Yunani hanya sebagai negara "miskin" biasa, bukan dalam keadaan kritis finansial. Pertimbangan Uni Eropa memberikan pinjaman kepada Yunani lebih didorong oleh kekhawatiran bahwa krisis Yunani bila dibiarkan membesar dapat berdampak buruk atas kepercayaan investor pada euro serta negara-negara euro lainnya senasib dengan Yunani.

Yunani dilihat sesungguhnya amat mujur untuk mendapatkan bantuan finansial besar mencapai 120 miliar euro yang sebenarnya diberikan bukan dengan hati ikhlas, tapi dengan berbagai pertimbangan dan persyaratan. Di zona euro, Yunani bukan satu-satunya yang terancam krisis finansial dan patut diberi bantuan. Irlandia juga mengalami defisit anggaran terbesar mencapai 14,3% dari PDB, lebih tinggi dari Yunani 13,6%. Sementara rekan-rekan Spanyol dan Portugal yang masing-masing mencapai defisit 11,6 dan 9,4% juga berhak terdaftar sebagai calon pasien ICU.

IMF sudah terkenal dengan resep "obat sangat pahit" untuk mengobati penyakit ekonomi yang pernah dialami beberapa negara berkembang di Amerika Latin, termasuk Indonesia.

Tak terduga sebuah negara dengan pendapatan US$32.100 per kapita, populasi miskin di bawah 2% dengan inflasi hanya 1% sampai menyandang beban utang LN $552,8 miliar dan defisit anggaran seperti tersebut di atas. Orang awampun bisa menarik suatu kesimpulan sederhana bahwa krisis finansial Yunani ini semata-mata disebabkan salah-urus keuangan dan potensi sumber daya negara dengan kebijakan yang salah. Otorita terlanjur membuat "besar pasak dari tiang."

Penanggulangannya tak lain daripada koreksi, reformasi dan konsolidasi dengan kebijakan penghematan sebagai pra syarat. Pengurangan belanja pemerintah melalui penurunan subsidi, gaji dan THR PNS di satu sisi dan peningkatan penerimaan dari pajak di lain sisi, adalah imperatif.

Dalam tahap awal dapat dirasakan betapa sakitnya dari kebijakan pengetatan ikat pinggang dan efeknya terhadap daya tahan lapisan rakyat dengan penghasilan rendah. Jelas pemerintah berkuasa harus siap menghadapi biaya politik atau risiko keamanan sosial yang sering terjadi di negara-negara miskin.

Guna play safe, pemerintah Yunani sebaiknya menuruti "resep pahit" IMF dengan tambahan ramuan sejumlah "vitamin" penambah gizi dan "pemanis" lokal di samping penyediaan jaring pengaman sosial bagi golongan masyarakat tertentu dengan kondisi fisik lebih lemah.

Pemerintah tidak seharusnya meniru penolakan bantuan dan pengusiran IMF seperti yang pernah terjadi di sejumlah negara penerima bantuan, termasuk Indonesia. Mengingat bantuan IMF pada paket bailout Yunani menyumbang hampir seperempat dari seluruh jumlah bantuan dan sejumlah negara rekan lain masih membutuhkan bantuan IMF, siapa tahu, maka hubungan dengan IMF tak boleh sampai terputus.

Rakyat Yunani harus ingat, bagi penyakit "bengkak defisit" dan "bengkak utang", obat satu-satunya dari dokter siapapun ialah menjalani "diet" atau "penghematan", agar postur anggaran pemerintah bisa cepat menjadi "ramping" dan sendi, struktur serta segala sistem perekonomian nasional dapat bergerak lancar kembali dari kemacetan.

Keberhasilan keluar dari krisis finansial yang tengah mengacam semata-mata bergantung pada tekad dan daya tahan kepahitan rakyat Yunani sendiri. Cadangkan dulu luapan dinamika para pengunjuk rasa bagi implementasi program-program stabilitas, pemacuan pertumbuhan dan pembangunan negara kelak.