Senin, 10 Mei 2010

PILKADA MEDAN: UANG JADI PREFERENSI, PASARAN SUDAH MENCAPAI Rp 100 RIBU/PEMILIH



Medan, Besarnya uang menjadi preferensi pemilih saat memutuskan memilih calon wali kota dan wakil wali kota Medan pada pemungutan suara 12 Mei nanti. Kondisi ini membuat tim sukses tiap-tiap calon disibukkan dengan kegiatan pemetaan berapa besar pasangan calon pesaingnya sanggup ”membayar” pemilih di satu wilayah.

Demikian pendapat pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Ridwan Rangkuti, dalam percakapan dengan Kompas di Medan, Minggu (9/5).

Menurut dia, lebih dari 50 persen pemilih yang menggunakan hak suaranya dalam Pilkada Medan nanti menjadikan besaran uang yang diberikan pasangan calon sebagai preferensi.

”Kalau melihat perkembangannya sekarang, 50 persen lebih pemilih yang menggunakan hak suaranya menjadikan uang sebagai preferensi dalam memilih calon. Ini saya temukan saat berkomunikasi dengan tim sukses dan kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki cukup banyak anggota dengan hak pilih, seperti tukang becak,” ujar Ridwan Rangkut.

Ridwan malah menyebutkan, pasaran jumlah uang yang digunakan untuk ”membayar” pemilih sudah di atas Rp 100.00 per orang. ”Sudah enggak laku lagi kalau ada calon yang mau bayar Rp 50.000. Malah yang saya dengar salah satu calon sudah siap-siap untuk mengasih Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per pemilih,” katanya.

Pernyataan Ridwan dibenarkan oleh anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Medan, Robinson Simbolon. Menurut Robinson, Panwaslu Medan dalam beberapa hari terakhir selalu menerima informasi soal pemilih di beberapa kawasan yang tengah menunggu siapa calon yang bakal memberikan uang dalam jumlah paling besar.

”Pemilih ini masih menunggu, siapa calon yang sanggup menimpa (membayar) uang lebih besar pada hari terakhir,” katanya.

Akan tetapi, Panwas, lanjut Robinson, selalu kesulitan menemukan bukti jika sudah berhubungan dengan politik uang. ”Dari beberapa kasus sudah ada laporan, pasangan tertentu bagi-bagi uang, tetapi setelah ditelusuri enggak ada,” katanya.

Dia mencontohkan kejadian di Medan Marelan pekan lalu, di mana salah satu tim sukses pasangan calon menggerebek dua pegawai negeri sipil yang dicurigai bakal membagi-bagi uang kepada masyarakat. ”Arahnya memang ke sana (politik uang), tetapi untuk membuktikan PNS tersebut akan membagi-bagi uang masih sulit,” katanya.

Menurut tim sukses salah satu pasangan calon wali kota dan wakil wali kota, mereka saat ini tengah memantau kesanggupan pesaingnya dalam memberikan uang kepada pemilih. Berbeda dengan keterangan Ridwan, menurut tim sukses yang tak mau disebutkan identitasnya ini, pasaran Jumlah uang yang digunakan untuk ”membayar” pemilih masih berkisar Rp 75.000 hingga Rp 100.000.(BIL/KPS)