Rabu, 05 Mei 2010

Belajar Hidup dari Filosofis Beras Kencur

Kadang kehidupan ini pahit dan kita perlu penawarnya, namun seringkali kita hanya punya sedikit waktu untuk seteguk jamu. Lewat metafora beras kencur; penulis buku ini menyajikan kisah-kisah yang menyegarkan, menyembuhkan dan atau menghibur (seperti halnya khasiat jamu beras kencur).
Demikian testimoni dari buku Pemimpin dengan Suara Emas, ini. Buku yang ditulis RH. Wiwoho adalah penulis buku-buku laris tentang bagaimana beranjak dari keadaan sekarang menuju keadaan yang diinginkan.

Ada 15 kisah menarik dalam buku ini, salah satu kisah yang menjadi judul dalam buku ini adalah Pemimpin dengan Suara Emas, di mana dalam tulisan ini, Wiwoho mencoba menganalisis masalah suara, katanya, dalam tulisan tersebut ada suara yang datang dari kepala. Ini ia sebuat pemimpin yang antusias, ada pula suara dari dada, ini dia sebut pemimpin yang punya determinasi dan suara dari hati yaitu pemimpin yang welas asih dan terakhir adalah suara dari nyali yaitu menandakan bahwa ini adalah pemimpin yang paripurna.

Dari sisi suara saja, ia mampu melihat dari sudut pandang yang berbeda dengan orang lain. Lewat suara, terkadang kita mampu menempatkan seseorang pada jalur yang ada.

Orang mungkin bisa terkecoh dengan penampilan, tetapi dari suara orang mungkin akan merasakan kebenaran dan apa yang diucapkan.

Begitu juga dengan kisah keduanya berjudul Hidup itu Pilihan. Memang banyak di antara kita yang selalu menyalahkan orang lain dalam hidupnya, padahal kalau kita mau berpikir sesungguhnya kitalah yang menjadi penyebab dari apa yang terjadi pada diri kita selanjutnya. Di antara kita sering menjadikan hidup sebagai akibat, bila ini terjadi maka kita akan menyalahkan orang lain. Kegagalan yang terjadi pada diri kita, dilimpahkan kepada orang lain.

Maka, jika kita merasa menjadi penyebab dalam kehidupan kita sendiri, tentunya kita akan mempunyai pilihan-pilihan terhadap apa yang kita inginkan. Tetapi sebaliknya jika kita merasa hidup adalah sebuah akibat, maka kerap sekali memandang hidup sebagai korban atau kita tidak mempunyai pilihan.

Selain, dua judul di atas tersebut, ada lagi 13 kisah lainnya yang memberikan ‘masukan’ terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Memang ketika kita membaca kisah-kisah ini, seolah-olah batin kita disentil dengan sangat bijaksana. Namun, tidak hanya sampai di situ kita juga disuruh untuk melihat apa yang terjadi kemudian menjadikan hal itu pelajaran dalam hidup kita.

Buku yang menggunakan metafora beras kencur ini memang sangat menarik untuk dibaca, paling tidak dalam tulisan sekapur sirihnya dijelaskan akan tiga khasiat utama dari beras kencur itu, pertama: menyegarkan, kedua: menyembuhkan dan ketiga, menghibur

Dari kelima belas dalam tulisan di dalam buku ini, semua khasiat beras kencur itu dapat kita rasakan. Di mana kisah-kisah yang ada menyegarkan, menyembuhkan dan menghibur. Artinya tanpa sadar, kita diberikan minuman beras kencur dengan harapan membuat kita segar, dan membuatkan kita sembuh dari penyakit-penyakit hati dan terakhir adalah memberikan hiburan kepada kita.

Peresensi: Ali Murthado