Minggu, 28 Februari 2010

6,5 Juta Perempuan Indonesia Buta Aksara


JAKARTA--Jumlah perempuan Indonesia yang sudah melek huruf masih rendah. Hal itu terbukti dari masih tingginya jumlah perempuan yang buta aksara di berbagai kalangan, yakni mencapai 64 persen.

Persoalan ini dikarenakan banyaknya perempuan yang tidak punya akses pendidikan dan drop out (DO) atau putus sekolah dari bangku sekolah lantaran tidak ada biaya atau kemiskinan.

Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Hamid Muhammad mengatakan, jumlah perempuan buta aksara sekitar 6,5 juta orang, sisanya laki-laki atau 3,5 juta orang. Mayoritas perempuan buta aksara berada pada usia 40 tahun ke atas.

Dari data yang dihimpun Kemendiknas angka buta aksara per Desember 2009, sebesar 8,2 juta orang. ''Memang sekitar 64 persen perempuan, berarti dua kali lipat laki-laki, atau 6,5 juta perempuan buta aksara,'' tutur Hamid, usai acara Lokakarya Pengalaman Terpetik Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan, di Kantor Kemendiknas, Rabu malam (24/2).

Hamid mengungkapkan, penyebab buta aksara adalah budaya, tidak ada akses, dan angka putus sekolah. Ia mengamati, buta aksara umumnya tidak pernah masuk sekolah, dan pernah sekolah tapi DO. ''Yang kami harapkan tidak terjadi lagi karena biasanya sekarang dibantu sehingga ke depan proporsi perempuan yang buta aksara dapat ditekan,'' jelasnya.

Upaya yang akan dilakukan untuk mengurangi buta aksara perempuan, lanjut Hamid, adalah mengurangi sumber buta aksara, yakni yang tidak sekolah, dan DO. ''Tugas di sekolah menekan itu, yang DO harus ditekan seminimal mungkin, karena sekarang saja di SD ada 480 ribu perempuan yang DO, kalau mereka tidak baca nulis sekian lama biar kelas 4 atau 5 nantinya akan buta aksara kembali,'' ungkapnya.

Yang kedua, kata Hamid, memberi akses pendidikan bagi anak di daerah terpencil, anak jalanan, dan yang tidak mampu secara finansial. Sementara, lanjut dia, untuk menarik minat warga kelompok umur di atas 40 tahun kembali belajar membaca, menulis, dan menghitung, pihaknya memperkenalkan pula program kewirausahaan