JAKARTA - Salah satu isu penting terkait peran Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang melayani transfusi darah adalah soal biaya penggantian pengolahan darah yang mahal dan berbeda-beda. Untuk mengatasi hal tersebut, Ketua Umum PMI Jusuf Kalla dalam waktu dekat akan mengumpulkan kepala rumah sakit se-Indonesia untuk membicarakan hal tersebut.
Saat menjawab pertanyaan salah seorang blogger Kompasiana dalam acara Kompasiana Monthly Discussion (Modis) di markas PMI Jakarta, Senin (22/2/2010), mantan Wakil Presiden ini mengakui banyaknya keluhan masyarakat terkait biaya darah yang dianggap mahal.
“Memang ada keluhan biayanya sampai Rp 500 ribu per kantong, padahal rumah sakit ambil darah dari kita hanya (dikenakan biaya) Rp 200 ribu. Kita berharap pihak rumah sakit tidak membebani pasien dengan biaya terlalu tinggi,” ungkap JK.
Kepala Bidang Pengadaan Darah PMI Jakarta Dr Udja Bachrussani mengakui, hingga saat ini pihaknya tidak bisa mengontrol biaya per kantong darah yang dipungut pihak rumah sakit. Beberapa alasan menaikkan biaya seperti untuk penyimpanan dan pemeriksaan ulang darah juga sulit diterima.
“Kita pertanyakan buat apa diperiksa lagi? Setiap darah yang keluar dari PMI sudah melalui pemeriksaan untuk empat macam penyakit dengan standar WHO,” ungkap Udja kepada Kompas.com melalui telepon.
Selain itu, proses pencocokan darah dengan kebutuhan pasien juga dilakukan di PMI dengan memeriksa contoh darah yang dikirim pihak rumah sakit pada saat meminta darah.
Untuk penyimpanan darah, Udja menjelaskan, tidak banyak rumah sakit yang memiliki bank darah untuk penyimpanan, sehingga pada saat membutuhkan darah, rumah sakit akan datang langsung ke PMI. “Di Jakarta, hanya ada sekitar 35 rumah sakit yang memiliki bank darah,” imbuhnya.
Oleh karena itu, upaya yang digagas oleh Jusuf Kalla sangat diperlukan untuk menyamakan persepsi dan agar masyarakat tidak dibebani dengan biaya transfusi darah yang terlalu tinggi.
Jakarta Naikkan Harga Darah
Saat ini, standar biaya pengadaan darah di seluruh Indonesia berkisar antara Rp 250-290 ribu per kantong. Sementara PMI Jakarta yang setiap hari mendistribusikan 900-1.000 kantong darah ke rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya masih menerapkan harga lama yang lebih murah, yaitu Rp 75 ribu untuk rumah sakit swasta dan Rp 200 ribu untuk rumah sakit swasta.
Untuk itu, PMI Jakarta sedang mengajukan biaya baru sekitar Rp 125 ribu untuk RS pemerintah dan Rp 250 untuk swasta. “Rencananya harga baru ini akan diajukan ke gubernur,” kata Dr Udja.
Harga baru ini, tambah Udja, untuk menutupi biaya operasional pengolahan darah di PMI Jakarta yang tidak hanya menangani pasien yang tinggal di Jakarta tapi juga pasien rujukan dari seluruh Indonesia. (Iskandar Zulkarnaen)
Media Komunikasi -- berita dan kebijakan persyarikatan -- Guna Meningkatkan Syiar Organisasi
Selasa, 23 Februari 2010
Bahas Harga Darah, JK Akan Kumpulkan Kepala RS
Label:
Info Kesehatan