Dua pekan terakhir masa depan Bilqis Anindya Passa (17 bulan) semakin cerah. Hingga Senin (2/2) donasi yang ditujukan kepada Bilqis telah mencapai Rp 900 juta, mendekati Rp 1 miliar, biaya yang dibutuhkan untuk cangkok hati yang harus ia jalani di RS Dokter Kariadi, Semarang. Agnes Rita Sulistyawaty
Bilqis menderita kegagalan fungsi saluran empedu alias atresia bilier. Penyakit yang terdeteksi dari kotoran berwarna putih pekat seperti dempul itu diketahui diidap Bilqis sejak berumur dua minggu.
Gara-gara atresia bilier itu, kulit Bilqis yang semula putih kini hitam, matanya berwarna kuning, dan perutnya menggembung. Feses yang ia keluarkan berwarna putih seperti dempul.
Pada umur 50 hari prosedur kasai, yakni memotong saluran empedu, dijalani Bilqis. Tindakan medis ini ternyata tak banyak manfaatnya bagi Bilqis. Kondisi Bilqis kian buruk. Cangkok hati seharusnya dijalaninya beberapa bulan lalu.
Namun, apa daya, keluarga Bilqis tidak punya biaya untuk cangkok hati sebesar Rp 1 miliar. Biaya itu pun hanya untuk operasi, belum mencakup kebutuhan dana pascaoperasi.
Sebenarnya, ibu-bapak Bilqis—Dewi Farida dan Donny Ardianta Passa—bukan orangtua yang masuk kategori keluarga miskin. Namun, penyakit Bilqis telah mengubah segalanya. Kebutuhan dana Rp 1 miliar sulit terpenuhi. Sejak Balqis lahir hingga kini sudah ratusan juta rupiah yang dikeluarkan untuk pengobatan sang bayi.
Sekali dalam sebulan, Bilqis harus dirawat di rumah sakit. Bilqis dirawat 16 hari pada Desember lalu dan 6 hari pada Januari. Hampir semua perawatan dilakukan di unit perawatan intensif (ICU). Bukan membaik, kondisi bocah ini malah semakin merosot. Uang makin menipis. Sampai kemudian pada 25 Januari Dewi mulai terpikir untuk mengumpulkan koin bagi pembiayaan cangkok hati anak keduanya itu.
”Ide itu lahir ketika saya melihat Prita berhasil mengumpulkan koin untuk membayar hukuman perdatanya,” kata Dewi.
Ide segera dijalankan. Bersama Fahrur Jehan Syatah (28), adik Dewi. Akun Bilqis di Facebook mulai dibuka, dengan nama Koin Cinta Bilqis. ”Kami undang teman-teman untuk bergabung di Facebook ini,” tutur Bije, sapaan akrab Fahrur.
Meningkat bertahap
Respons awal tidak semeriah akun Facebook Prita. Perjalanan koin juga tersendat. Walaupun begitu, ada juga orang yang bersedia menjadi relawan untuk mengumpulkan koin bagi Bilqis. Untuk kasus Bilqis, koin tidak diartikan harfiah berupa mata uang logam, tetapi donasi untuk biaya pengobatan Bilqis.
Sejumlah kotak sumbangan ditaruh di toko-toko di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Para relawan juga rela ngamen demi mendapatkan recehan.
”Awal Januari, kira-kira hanya 30 persen orang yang tahu Bilqis. Karena itu, uang yang terkumpul juga sedikit. Paling- paling hanya beberapa ratus ribu rupiah,” ucap Dodo Lesmana, salah satu relawan yang bergabung dengan Koin Cinta Bilqis sejak awal Januari.
Jumlah itu kontras dengan hasil ngamen pada akhir Januari di kawasan Senayan. Ketika itu tim relawan berhasil menghimpun dana lebih dari Rp 2 juta.
Kepopuleran Bilqis memang didongkrak oleh media massa, yang sejak dua pekan terakhir gencar memberitakan penyakit bocah ini sekaligus kebutuhannya mendapatkan uang dalam jumlah besar demi cangkok hati.
Uang logam juga makin banyak mengalir ke posko yang juga rumah Bilqis di Jalan Kramat Sentiong, Gang Masjid No E-87. Publikasi ke media massa juga membuat para tetangga tahu penyakit Bilqis.
Manih, tetangga Bilqis, ikut menyumbangkan 230 keping uang logam. ”Uang itu dari dua anak saya yang sengaja menukarkan uang logam. Semua untuk Bilqis. Namanya juga kita bertetangga, tentu kita bersaudara,” kata Manih.
Sampai Senin malam total uang logam yang terkumpul untuk Bilqis mencapai Rp 7 juta. Jumlah donasi terbesar mengalir lewat rekening khusus yang dibuka kedua orangtua Bilqis. Senin malam, donasi untuk Bilqis mencapai Rp 900 juta. Jumlah ini melonjak drastis mengingat pada awal Januari saldo di rekening baru Rp 9 juta. Hampir semua dana berasal dari orang yang tidak mengenal Bilqis secara pribadi.
Donasi yang terkumpul itu membuat kedua orangtua Bilqis semakin mantap untuk membawa anak mereka ke RS Dokter Kariadi, Semarang. Di rumah sakit inilah Bilqis akan menjalani cangkok hati.
Baru pada akhir-akhir menjelang operasi, Kementerian Kesehatan menyatakan akan membantu pembiayaan pemulihan kesehatan Bilqis. Sementara kasus Bilqis bukanlah yang pertama. Masih ada belasan—bahkan puluhan—bocah yang mengalami kondisi serupa Bilqis.
Apabila Kementerian Kesehatan benar-benar menanggung keseluruhan biaya operasi Bilqis, pihak keluarga Bilqis berencana akan mengalihkan bantuan yang terkumpul itu untuk cangkok hati bocah atresia bilier lainnya.
Hanifah berpendapat perlu ada sebuah yayasan untuk mengumpulkan donasi khusus bocah penderita atresia bilier sehingga penanganan pada masa datang tidak lagi terlambat dan membuat bayi-bayi meninggal.
(Amanda Putri Nugrahanti/Kp)
Media Komunikasi -- berita dan kebijakan persyarikatan -- Guna Meningkatkan Syiar Organisasi
Jumat, 05 Februari 2010
SOLIDARITAS KEMANUSIAAN: KOIN KEHIDUPAN UNTUK BILQIS
Label:
Info Kesehatan