Minggu, 14 Februari 2010

Hama Menyerang Kopi, Pemerintah Daerah Humbang dan Taput Tidak Pernah Melapor


Humbang Hasundutan, Hama penggerek buah atau Hypothenemus hampei menyerang dua daerah sentra produksi kopi di Sumatera Utara, yakni Kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Utara. Akibatnya, produksi kopi petani turun hingga 50 persen.

Serangan hama yang juga dikenal dengan sebutan chery borer ini sebenarnya telah berlangsung sejak tujuh tahun lalu, tetapi ketidakpastian iklim dan musim membuat serangan makin meningkat setahun terakhir. Kondisi ini diperparah ketidakmampuan petani dan pemerintah daerah menyediakan penangkal hama penggerek buah.

”Tingkat kerusakan sudah sampai 50 persen. Kalau biasanya petani dapat memanen satu kilogram biji kopi dari satu batang pohon, sekarang paling setengah kilogram saja. Bahkan, ada yang kurang,” kata petani arabika lintong di Kecamatan Lintong Nihuta, Humbang Hasundutan, Gani Silaban, Jumat (12/2).

Dia menuturkan, penggerek buah biasanya menyerang buah kopi yang akan matang.

”Hama ini masuk ke dalam buah kopi dengan membuat lubang di ujung buah. Mereka bertelur di dalamnya. Saat menetas, larvanya memakan biji kopi,” katanya.

Gani, yang juga Ketua Asosiasi Petani Kopi Lintong Organik (APKLO), mengungkapkan, serangan penggerek buah terjadi pada hampir semua kebun kopi di Humbang Hasundutan.

Luas kebun kopi di Humbang Hasundutan mencapai 9.246 hektar dengan tingkat produksi 6.461 ton setiap tahunnya.

Serangan penggerek buah di Tapanuli Utara juga merata. Menurut petani kopi di Desa Hutabulu, Kecamatan Siborongborong, Manongton Simanjuntak, hampir semua petani yang ditemuinya, saat menjual kopi mereka ke eksportir, mengeluh.

Bila tak ditangani segera, produksi kopi lintong di Humbang Hasundutan dapat menurun drastis. Dengan produksi mencapai 6.461 ton setiap tahunnya, ekspor arabika lintong dari Humbang Hasundutan nilainya sekitar Rp 193,8 miliar.

”Harga kopi arabika lintong di pasar internasional saat ini mencapai 3 dollar Amerika Serikat per kilogram,” ujar Gani.

APKLO pernah mencoba mengaplikasikan penangkal hama penggerek buah yang ramah lingkungan, yakni menyemprot dengan jamur Beauveria bassiana dan memasang perangkap hypotan. Hama yang terkena Beuveria bassiana akan mati dalam dua hari.

Tak punya dana

Kepala Dinas Pertanian Tapanuli Utara Darmi Siahaan mengaku, pemerintah daerah tak punya dana untuk menyediakan pestisida khusus untuk memberantas hama penggerek buah.

”Serangannya meluas. Terpaksa sekarang kami minta tolong ke Pemerintah Provinsi Sumut mengirimkan bantuan pestisida dan tenaga penyuluh,” katanya.

Menurut Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumut Aspan Sofyan, bantuan pestisida akan dikirim secepatnya ke daerah yang terkena serangan.

Tim pengendalian hama Dinas Perkebunan Sumut juga telah turun ke semua daerah tersebut.

”Kami kaget karena pemerintah daerah selama ini tak pernah melaporkan serangan hama ini,” ujarnya. (BIL/kp)