Minggu, 07 Februari 2010

Rektor UI : “Mari Bersama Membangun Keunggulan Rumah Sakit Muhammadiyah”


Rektor Universitas Indonesia, Prof. De Soz Gumilar Rusliwa Sumantri mengajak kepada seluruh warga Muhammadiyah untuk terus membangun Rumah Sakit, karena kebutuhan masyarakat memang masih banyak. Namun Gumilar menekankan bahwa harusnya yang dibangun adalah Rumah Sakit yang berwawasan sebagai Rumah Sehat, Desain Rumah Sakit yang terencana dengan baik dan Rumah Sakit yang berwawasan keunggulan.

Menurut Gumilar dalam acara Seminar Nasional “Revitalisasi Amal Usaha Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Menuju Satu Abad Muhammadiyah”, di Wisma Makara, Kampus Universitas Indonesia, Rabu Malam (3/01/2010), amal usaha pendidikan, kesehatan, penyantunan kaum dhuafa dan menyantuni yatim piatu merupak salah satu hal pokok yang dalam implementasi almaun. Dalam hal Rumah Sakit Muhammadiyah telah terbukti melahirkan layanan kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia. “Kita akan melihat bagaimana Rumah Sakit Muhammadiyah berada di kota-kota kabupaten” terangnya.

Namun, Gumilar mengingatkan kalau Muhammadiyah tidak boleh berhenti disitu. “Kalau kita amati, Rumah Sakit di Jepang, terasa nyaman, tidak terkesan kita masuk rumah sakit dengan bangsal bangsal yang kadang ada nuansa yang menyedihkan” kisah Gumilar. “Rumah Sakit dinegara –negara Jepang, di Jerman bukan sesuatu yang mencekam, ini situasi yang memang didesain, konsoltasi dengan dokter yang cukup waktunya, sebagai upaya membangun Rumah Sehat, dimana pasien datang sakit, pulang dengan sehat” terang Gumilar. Sehingga Gumilar mengajak Muhammadiyah membangun Rumah Sakit yang unggul dalam pelayanan ini.

Perencanaan Rumah Sakit

Hal yang kedua menurut Gumilar adalah bagaimana mendesain Rumah Sakit yang terencana dengan baik. Baik perencanaan kalau ada kebakaran, perencanaan kalau ada gempa bumi, termasuk perencanaan yang konsisten untuk sebuah rumah sakit walaupun kemampuan membangunnya tidak bisa langsung besar. “Kita membangun Rumah Sakit memang bertahap, tiga ratus tempat tidur dahulu, terus meingkat menjadi enam ratus, sejalan dengan dana yang dikumpulkan.” kisah Gumilar. “Hal ini sebenarnya bisa tepat kalau untuk desain Rumah Sakit yang tepat” teranganya.

“Seharusnya walaupun tiga ratus tempat tidur dulu bisanya, didesain tetap sebagai pendukung untuk sembilan ratus tempat tidur itu.” katanya. “Untuk suplai energinya, pondasinya, bangsal-bangsalnya, laboratorium, harus di desain untuk sembilan ratus tempat tidur.” tegasnya. “Ini karena Rumah Sakit kita seharusnya dibangun sebagai rumah sakit dengan perencanaan matang untuk jangka panjang. “ lanjutnya. “Rumah Sakit Persyarikatan harus muncul dengan keunggulan – keunggulan ini dan menjadi Rumah Sait yang bisa bersaing.” tegasnya. (arif)