Selasa, 02 Februari 2010

CINTAI LINGKUNGAN LEWAT SEKOLAH


Jakarta, kompas - Pendidikan lingkungan hidup untuk menumbuhkan kecintaan siswa terhadap lingkungan tidak harus dalam bentuk mata pelajaran tersendiri. Pendidikan lingkungan di semua jenjang pendidikan bisa dikaitkan dengan mata pelajaran lain.

”Yang utama adalah memasukkan nilai-nilai kesadaran lingkungan hidup kepada setiap siswa,” kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh seusai penandatanganan nota kesepahaman (MOU) tentang pengembangan pendidikan lingkungan hidup bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta di Jakarta, Senin (1/2).

Kesepakatan tersebut untuk memperkuat kembali pendidikan lingkungan hidup yang sudah dilaksanakan sejak Juni 2005. Gusti menjelaskan, dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa salah satu hak masyarakat adalah mendapatkan pendidikan lingkungan hidup.

”Persoalan pendidikan lingkungan hidup kini menjadi semakin penting, apalagi terkait dengan isu perubahan iklim. Kita perlu mengajak semua orang, termasuk para pelajar, agar mau memahami, memiliki kesadaran, dan mengubah perilaku yang lebih ramah lingkungan,” kata Gusti.

Menurut Gusti, pendidikan lingkungan hidup yang dikembangkan dalam kurikulum pendidikan secara umum sudah cukup baik. Meski demikian, tetap perlu dievaluasi lagi, terutama untuk menyesuaikan pelajaran dengan persoalan lingkungan hidup terkini.

”Persoalan lingkungan yang fenomenal saat ini adalah perubahan iklim. Kunci untuk mengatasi ancaman itu adalah keterlibatan seluruh masyarakat. Salah satu yang paling efektif lewat pendidikan,” ujarnya.

Diintegrasikan

Mendiknas Mohammad Nuh mengatakan, pendidikan lingkungan hidup yang dikembangkan dalam kurikulum mesti bisa terintegrasi dengan mata pelajaran lain yang terkait pada penanaman nilai-nilai dan hal-hal praktis.

Nuh mencontohkan, pembelajaran membuang sampah yang bisa dikaitkan dengan pelajaran, lingkungan hidup, etika, matematika, dan ilmu sosial. ”Pendekatan-pendekatan komprehensif integratif itulah yang harus kita kembangkan ke depan,” kata Nuh.

Mendiknas mengatakan, pendidikan lingkungan hidup bukan hanya di sekolah dasar dan menengah, tetapi juga mengoptimalkannya di perguruan tinggi. Pusat studi lingkungan yang berjumlah 32 institusi di perguruan tinggi akan lebih diperkuat.

Pusat studi lingkungan bukan hanya mengkaji secara keilmuan, tetapi juga mampu menerjemahkan dalam langkah-langkah praktis untuk menyelamatkan lingkungan hidup.

Sekolah Adiwiyata

Lebih lanjut Mendiknas mengatakan, pihaknya akan mendukung bermunculannya sekolah-sekolah yang peduli dan mengembangkan budaya lingkungan melalui Program Sekolah Adiwiyata. Bekerja sama dengan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, program yang telah berjalan sejak 2006 ini diharapkan dapat lebih ditingkatkan, baik jumlah maupun kualitasnya. ”Kita berikan penghargaan kepada sekolah-sekolah Adiwiyata. Monggo... nanti kita kembangkan adiwiyata-adiwiyata baru,” ujarnya.

Gusti mengatakan, dengan berbagai upaya ini diharapkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan semakin meningkat dan perusakan lingkungan tidak terjadi lagi. (ELN/kp)