Minggu, 07 Februari 2010

Din : Abad Kedua, Lahirkan Bentuk Amal Usaha Modern


Depok – Sejak berdirinya seabad yang lalu, dengan spirit Al Maun, Muhammadiyah telah berkomitmen memberikan layanan kesehatan dan sosial. Bentuknya seperti Panti Asuhan. Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Din Syamsuddin, memasuki usia abad kedua kedepan seharusnya Muhammadiyah mengembangkan bentuk layanan sosial lainnya. “Mari kita berfikir mendalam untuk penyempurnaan, harus ada yang baru, sesuatu yang unik, mungkin seperti Social Security System di Negara barat” tegas Din dalam acara Seminar Pra Muktamar : “ Revitalisasi Amal Usaha Kesehatan dan Sosial Muhammadiyah Menuju Satu Abad Muhammadiyah” Selasa (2/01/2010) di Wisma Makara, Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.

Menurut Din, Kyai Dahlan saja dahulu mampu mengajukan program aksi alternative, belum dilakukan oleh orang lain. “Mampu mengajukan program aksi alternatif, belum dilakukan orang lain, nyaris melawan arus, bahkan tidak takut dikafirkan” tegas Din. “ Namun aksi alternatif itu menyelesaikan masalah dan sustainable” lanjutnya.

“Pernah saya berpesan kepada ketua-ketua PWM yang berkunjung ke Inggris waktu itu untuk mempelajari bagaimana Gereja di sana mengembangkan Social Security System, mungkin bisa menjadi bentuk baru layanan sosial Muhammadiyah kedepan” kisah ketua Umum PP Muhammadiyah yang berasal dari Sumbawa tersebut. “Bid’ah-bid’ah dalam bidang Kesehatan dan Sosial perlu terus dikembangkan, ini kan lapangan Mu’amalah” katanya kemudian.

Vitalitas Tinggi

Dalam bidang amal Usaha Kesehatan, menurut Din gairah mendirikan amal usaha cukup tinggi, terbukti dengan telah berdirinya sekitar 500-an unit Amal Usaha bidang kesehatan seperti dalam bentuk Rumah Sakit, Klinik, maupun Balai pengobatan. “Layanan kesehatan Muhammadiyah bukan sekedar amal usaha, namun sudah menjadi Gerakan” katanya.

“Di Parakan , Temanggung, Jawa Tengah, Muhammadiyah disana berhasil mendirikan Rumah Sakit yang berkembang baik, di Muntilan, Magelang ibu-ibu Aisyiyah juga berhasil membuat layanan kesehatan bagi ibu-ibu hamil “ kisahnya kemudian.

Selanjutnya menurut Din, Tajdid atau Inonvasi dalam bidang layanan sosial di Muhammadiyah juga telah berkembang. Panti asuhan saat ini berkembangmenjadi pengasuhan anak keluarga dimana anak-anak tetap bisa tinggal dengan keluarga terdekat, atau dengan adanya inovasi panti asuhan pesantren, yaitu panti asuhan yang dipadu dengan pesantren dan sekolah dari SD sampai SMA. “ Di Semarang telah dikembangkan pula pesantren untuk korban Narkoba, ada juga untuk lansia” katanya.

Menurut Din, pengembangan-pengembangan lain perlu dilakukan, karena Muhammadiyah belum bisa menjangkau masalah sosial lainnya seperti Pekerja Seks Komersial, Anak Jalanan, Tuna Wisma dan sebagainya. “Kalau memang Muhammadiyah tidak sepakat dengan lokalisasi, yang kita perlu memberikan solusinya” lanjut Din.

Seminar ini sendiri diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah, Aliansi Rumah Sakit Islam Jakarta, RSIA Muhammadiyah Taman Puring. Sebelum Din memberikan Keynote Speakernya, telah didahului laporan ketua Panitia, Muhammad Jamalludin yang juga Wakil Direktur RSI Jakarta Cempaka Putih dan Ketua Badan Pelaksana Harian RSI Jakarta, dr. Watik Pratiknya (arif).