Minggu, 28 Februari 2010

Situasi Genting, SBY Pusing!


MENYIMAK berita adanya staf khusus presiden turun gunung melobi sejumlah tokoh nasional dan elite-elite parpol menyusul gagalnya totalnya lobi Partai Demokrat untuk redam kasus Century, terus terang saya membayangkan situasi politik saat ini dalam keadaan genting.

Presiden sepertinya panik dan takut dimakzulkan sampai-sampai segala upaya termasuk melibatkan staf khusus untuk urusan politik. Padahal sejatinya staf khusus itu bertugas sebagai eksekutif.

Genting karena staf tersebut sepertinya berupaya meyakinkan publik bahwa tidak akan ada pemakzulan yang didasari hasil pertemuannya dengan sejumlah tokoh partai politik yang tak ada hubungan dengan tugas dan fungsinya. Seperti diketahui Andi Arief adalah staf khusus Presiden yang membidangi penanganan bencana sedangkan kasus ini jelas bukanlah bencana.

Jika menganggap kasus Century ini sebagai bencana, maka bukan tidak mungkin Presiden SBY saat ini lagi pusing. Atau bisa jadi malah sudah frustrasi menyikapi perkembangan politik terkini yang tidak berpihak kepadanya. Apalagi isu tentang pemakzulan ini bahkan sudah disikapi MPR yang akan bersidang soal ini.

Dengan melibatkan staf khsusus, ini menunjukkan Presiden SBY kecewa terhadap Partai Demokrat yang tidak mampu berbuat banyak. Ancaman dan gertakannya malah dianggap sebagai lelucon, bukan hanya oleh partai oposisi seperti PDIP, melainkan juga oleh rekan koalisinya, seperti Golkar dan PKS. Seperti diketahui bahwa kedua partai ini sudah mematok sikapnya untuk tidak berubah dalam menyikapi kasua Century.

Akan tetapi, dengan melibatkan staf khusus di ranah politik seperti ini akan semakin menjawab berbagai dugaan publik bahwa memang ada yang tidak beres. Dugaan ini semakin kuat dengan adanya tudingan Andi Arief terhadap Muhammad Misbakhun dari PKS, salah satu inisiator Panitia Khusus (pansus) hak angket DPR tentang Bank Century sebagai salah seorang yang terlibat dalam ‘perampokan’ Bank Century. Bahkan, seperti pengakuannya dalam wawancara di Metro TV, ia merencanakan akan melaporkan ke polisi.

Publik tentu berharap bahwa siapapun yang terlibat dalam kasus ini perlu diproses secara hukum dengan tanpa pandang bulu. Akan tetapi, cara-cara seperti ini rasanya kurang elok. Apalagi tidak jelas pula posisi hukum Andi Arief di sini, apakah mewakili kepentingan presiden atau tidak. Jika mewakili kepentingan presiden SBY, maka hal ini pun patut dipertanyakan. Alasannya, pernyataan Presiden SBY selama ini justru mendukung kasus ini untuk dibuka selebar-lebarnya agar terang-benderang. Pertanyaannya adalah, apakah pernyataan SBY selama ini hanya kamuflase belaka?

Jika memang Muhammad Misbakhun terlibat dalam kasus ini tentu kita sebagai publik akan mendukung agar diproses secara hukum. Akan tetapi, jangan seolah-olah karena adanya dugaan ini lantas hendak dijadikan barter agar PKS bisa tunduk dan mendukung sikap Demokrat. Apalagi saat-saat seperti ini! Kalau ini terjadi sama saja kolusi.

Sebenarnya, jika memang merasa tidak bersalah, SBY tidak perlu ketakutan. Biarkan saja mengalir seperti air. Menurunkan para pembantunya untuk melakukan gerilya di masa-masa genting seperti ini sama saja SBY mengingkari komitmennya. Dengan demikian wajarlah jika ada yang menganggapnya paranoid. Jika memang situasinya sedang genting, pastilah SBY juga pusing. Apalagi jika nanti bom waktunya benar-benar meledak