Rabu, 03 Februari 2010

PLN: PEMADAMAN LISTRIK DI MEDAN MASIH SEPEKAN LAGI


Medan - PLN masih akan melakukan pemadaman bergilir hingga paling cepat sepekan ke depan. Pemeliharaan gas turbin 12 di Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap Sicanang, Belawan, masih belum selesai, sekarang ditambah kerusakan gas turbin 10. Kondisi ini berakibat pada defisit listrik hingga 200 megawatt lebih.

Akibat pemeliharaan gas turbin (GT) 12 dan kerusakan GT 10, masyarakat harus mengalami pemadaman bergilir hingga enam jam setiap hari.

Menurut Deputi Manajer Komunikasi dan Hukum PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Utara Maradjohan Batubara di Medan, paling cepat pemadaman baru teratasi sepekan ke depan karena rencana selesainya pemeliharaan GT 12 tanggal 7 Februari. GT 12 Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Sicanang memiliki kapasitas hingga 190 megawatt.

”Mestinya, dengan kondisi ketersediaan energi listrik sekarang, pemeliharaan GT 12 hanya mengakibatkan defisit 90 megawatt karena pada saat beban puncak jika GT 12 beroperasi ada surplus sekitar 100 megawatt. Dengan waktu selesai pemeliharaan tanggal 7 Februari, paling cepat kami bisa mengatasi pemadaman seminggu lagi,” kata Maradjohan di Medan, Selasa (2/2).

Akan tetapi, waktu seminggu untuk mengatasi pemadaman ini sepertinya tidak bakal tercapai, terlebih karena kerusakan GT 10 PLTGU Sicanang. Kerusakan terjadi hari Senin lalu.

”GT 10 memiliki kapasitas 100 megawatt lebih. Ini yang membuat kami serba salah karena baru saja Presiden meresmikan PLTU Labuhan Angin (2 x 115 megawatt). Kan, masyarakat jadi bertanya-tanya, katanya Labuhan Angin sudah beroperasi, kok, malah semakin menjadi-jadi pemadaman ini,” kata General Manager PLN Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumut, Aceh, dan Riau Bintatar Hutabarat.

Menurut Maradjohan, pemeliharaan GT 12 sebenarnya sudah dilakukan sejak November.

”Normalnya pemeliharaan GT 12 ini selama dua bulan. Begitu sudah melewati masa jam beroperasi selama 100.000 jam, GT 12 sudah harus berhenti untuk pemeliharaan, tetapi ini kami melakukan pemeliharaan setelah GT 12 beroperasi 130.000 jam,” katanya.

Akibatnya, waktu pemeliharaan, lanjut Maradjohan, jadi berlangsung lebih lama dari jadwal biasanya.

”Bayangkan saja kalau suku cadang yang terus-menerus terkena suhu panas hingga 1.200 derajat celsius, dan mestinya dipelihara begitu sudah 100.000 jam operasi. Ini baru dipelihara setelah lewat 130.000 jam. Pasti ada suku cadang yang perlu perhatian dan perawatan lebih,” katanya.

Tak berdaya

Bintatar mengungkapkan, PLN tidak berdaya dengan kondisi rusaknya GT 10 dan pemeliharaan GT 12 ini.

Dia mengaku, beberapa pejabat teras di Sumut juga marah- marah kepada PLN karena pemadaman ini.

Terlebih beberapa waktu lalu, PLN menjanjikan tak ada lagi pemadaman bergilir begitu PLTU Labuhan Angin masuk sistem dan PLTA Asahan I beroperasi mulai bulan April.

Menurut Bintatar, PLTU Labuhan Angin, meskipun sudah masuk sistem listrik Sumut, belum dapat dioperasikan secara maksimal.

Tak dapat dipaksa

Karakteristik PLTU baru yang tak dapat dipaksakan beroperasi hingga 100 persen membuat PLN juga berhati-hati.

”Kami enggak bisa memaksimalkan operasi PLTU Labuhan Angin hingga 230 megawatt sesuai dengan kapasitas terpasang. Kalau dipaksakan beroperasi 100 persen, bisa rusak PLTU ini. Bisa lebih lama lagi pemadaman di Sumut,” katanya.

Sebelumnya diberitakan, peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Uap Labuhan Angin yang berkapasitas 2 x 115 megawatt di Sibolga masih belum mampu mengatasi terjadi pemadaman bergilir di Sumut. (BIL/kp)