Rabu, 10 Februari 2010

TRANSPLANTASI: ORANGTUA BILQIS SIAP DONORKAN HATI


SEMARANG - Dewi Farida siap mendonorkan organ hatinya untuk anaknya, Bilqis Anindya Passa (17 bulan), yang mengidap atresia bilier atau kelainan fungsi saluran empedu. Meskipun Dewi memiliki golongan darah A dan Bilqis AB, tim dokter menilai bahwa transplantasi lebih aman ketimbang menerima donor orang lain yang bergolongan darah AB.

”Saya sudah tidak putus asa lagi. Saya sudah siap. Kami juga menerima kabar bahwa pemerintah akan menanggung biaya kesehatan Bilqis seumur hidup,” ujar Dewi di Rumah Sakit Dokter Kariadi (RSDK) Semarang, Selasa (9/2).

Dewi juga menyampaikan, untuk sementara keluarganya akan fokus pada kesehatan Bilqis. Mengenai hasil dari perolehan ”Koin Cinta untuk Bilqis”, Dewi berharap uang itu dapat digunakan untuk menolong anak-anak lain yang menderita penyakit yang sama seperti Bilqis.

Pada Selasa kemarin, Dewi baru saja diambil sampel darahnya untuk diteliti di laboratorium. Sebagian sampel darah, menurut tim dokter, akan dikirim ke Los Angeles, Amerika Serikat, untuk diteliti, apakah mengandung virus berbahaya atau tidak.

Dokter spesialis kultur darah RSDK Semarang, Prof Ag Soemantri, SpAK, menyampaikan, transplantasi yang akan dilakukan dengan golongan darah yang berbeda, antara penerima dan donor memiliki risiko penolakan yang tinggi. Kemungkinan organ hati yang didonorkan akan sulit membentuk jaringan baru.

”Namun, keluarga tidak perlu khawatir karena ada obat yang dapat mengatasi hal itu. Obat ini akan mempercepat pertumbuhan sel-sel baru di organ yang didonorkan,” kata Soemantri.

Dokter spesialis penyakit dalam RSDK Semarang, dr Hirlan, SpPD, KGEH, menilai, pencangkokan organ dari orangtuanya ke Bilqis akan lebih aman dibandingkan dengan menerima donor dari orang lain. Meskipun memiliki golongan darah berbeda, Bilqis berhasil dilahirkan dan tidak pernah ada penolakan selama di dalam kandungan.

”Transplantasi cenderung lebih aman jika pendonornya adalah orangtuanya, terutama ibunya karena ibu yang mengandung anak itu sehingga sudah ada penyesuaian selama anak dalam kandungan,” ujar Hirlan.

Sementara itu, menyikapi berbagai kasus atresia bilier yang muncul di beberapa daerah lain, Direktur Pelayanan Medik dan Perawatan RSDK Bambang Wibowo mengatakan, pihaknya tidak akan menolak pasien. Jika rumah sakit mampu, pasien akan diterima. (UTI)