Jakarta, Kompas - Banjir bandang dan luapan air kembali melanda kawasan Bogor, Jakarta, Bekasi, dan sejumlah kota di Indonesia. Di beberapa kota, banjir disertai tanah longsor menelan korban jiwa dan harta benda.
Terhadap serangkaian banjir dan kerugian yang ditimbulkan, selama akhir pekan lalu, Jusuf Kalla, selaku Ketua Umum Palang Merah Indonesia, menyatakan bahwa peristiwa tersebut adalah imbas dari kerusakan lingkungan.
Saat mengunjungi pos komando (posko) pengungsi banjir di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan, Sabtu (13/2), Kalla mengatakan, tata kota di Jakarta dan sekitarnya harus dibenahi. ”Pembenahan kawasan hijau wajib segera dilakukan untuk penyerapan air. Sungai-sungai harus diperlebar, dikeruk, dilestarikan,” kata Kalla.
Sejumlah daerah yang mengalami banjir dan longsor adalah Kabupaten Cilacap, Kabupaten Blora, Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Boyolali (di Jawa Tengah); Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Purwakarta, dan Kota Cimahi (Jawa Barat); Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Ogan Ilir, Kota Prabumulih, dan Kabupaten Muara Enim (Sumatera Selatan).
Untuk tiga kawasan pertama di atas, hingga Minggu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bencana air bah menyebabkan sedikitnya 1.700 penghuni bantaran Sungai Ciliwung mengungsi dan dua orang tewas. Adapun ribuan ton sampah dari Bogor, Depok, dan Jakarta yang terbawa banjir juga masih mengotori Pintu Air Manggarai dan Jembatan Pelangi di Kalibata, Jakarta Selatan.
Di Kabupaten Bogor, banjir bandang merusak dan menghancurkan dinding-dinding Sungai Ciherang, Cileungsi, Cikeas, dan bantaran Ciliwung yang melewati Kota Bogor. Sedikitnya tiga bangunan hanyut dan ratusan lainnya rusak. Diduga, penyebab bencana ini adalah penggundulan hutan di kawasan Puncak, sebagaimana banjir besar yang beberapa kali terjadi sejak 2003.
Sejumlah daerah
Di Cilacap, 2.544 rumah di enam desa di Kecamatan Sidareja sejak Sabtu malam terendam banjir setinggi 1 meter. Puluhan keluarga terpaksa mengungsi karena rumah mereka tergenang air hingga pada hari Minggu. Banjir juga merendam 78,5 hektar tanaman padi usia menjelang panen. Keenam desa itu adalah Desa Sidareja, Gunungreja, Sidamulya, Sudagaran, Tinggarjaya, dan Tegalsari.
Camat Sidareja Achmad Arifin mengatakan, kerugian sementara akibat banjir ditaksir mencapai Rp 177,5 juta. Saat ini, ada tujuh keluarga yang mengungsi di Kantor Kelurahan Sidareja. Puluhan lainnya mengungsi di rumah- rumah tetangganya yang aman.
Di Kabupaten Blora, banjir melanda Desa Ngareng, Kecamatan Cepu, Sabtu sore. Kawasan tersebut tergenang setinggi sekitar 50 sentimeter oleh luapan Sungai Ngareng yang merupakan anak Bengawan Solo.
Hujan deras pada Jumat sore menyebabkan longsor di Dukuh Takeran, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, yang berada di lereng Gunung Merapi. Tanah longsor merobohkan dinding rumah Marni dan Ponidi. Arofi (12), anak Ponidi, tewas tertimpa longsoran.
Di Kabupaten Garut, hujan dan longsor telah menelan dua korban jiwa, yaitu Kurniawan (35) dan Tatang (44), warga Kecamatan Talegong, pada hari Jumat dan Sabtu. Dalam tiga minggu terakhir, longsor di Garut telah menelan empat korban jiwa, setelah sebelumnya Asep (19) dan Adam (21), warga Kecamatan Pakenjeng, juga menjadi korban longsor.
Air bah setinggi 2 meter kembali merendam rumah warga di Kampung Cieunteung, Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, setelah selama dua minggu banjir besar melanda daerah tersebut. Ketinggian air bertahan karena hujan deras masih mengguyur hulu Citarum sehingga air sungai meluap ke permukiman.
Di Kabupaten Bandung Barat, Jumat malam, longsor menimpa Desa Sinargalih, Kecamatan Cipongkor, dan Desa Cibitung, Kecamatan Rongga. Longsoran ini menewaskan Doni (18) yang rumahnya tertimpa longsoran setinggi hampir 200 meter. Jasad Doni bisa dievakuasi pada Sabtu pagi. Tercatat tujuh rumah warga tertimbun dan terseret longsoran di dua kecamatan itu.
Longsor di Kampung Parakanceuri, Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes, Kabupaten Purwakarta, selain merobohkan satu rumah dan menimbun 17,7 hektar lahan, juga memutus saluran air bersih untuk sedikitnya 90 keluarga. Longsor memutus saluran air dari tiga sumber, yakni Ciguluguk, Cijiwa, dan Cibeutreunget.
Hujan deras di Kota Cimahi dan sekitarnya sejak beberapa hari terakhir mengakibatkan tiga rumah rusak berat akibat tertimpa longsoran tebing setinggi 10 meter di Kampung Margamulya, Kelurahan Cimahi, Jumat pukul 21.30, longsor.
Di Sumatera Selatan, hujan deras selama sepekan terakhir membuat desa-desa di Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Musi Rawas terendam banjir. Banjir paling parah terjadi di Kabupaten Musi Banyuasin. Di Banyuasin, luapan air Musi merendam permukiman, perkebunan karet dan sawit, serta kebun penduduk di empat kecamatan.
Sementara di Kabupaten Musi Rawas, luapan Sungai Musi merendam dan menggenangi sebagian wilayah di Kecamatan Muara Lakitan.
Lebih dari 500 rumah yang dihuni 686 kepala keluarga di Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel, terendam banjir pada hari Sabtu. Bencana yang terjadi berurutan setelah Kota Prabumulih dan Kabupaten Muara Enim ini tak hanya terjadi karena tingginya curah hujan semata, tetapi juga diperparah momen siklus pasang besar Sungai Musi dan di anak sungainya.(HAN/HEN/EKI/ONI/HLN/mul/jan/ryo/REK/MKN/ADH/GRE/ANT/ART/COK/NEL/EGI/KPS)
Media Komunikasi -- berita dan kebijakan persyarikatan -- Guna Meningkatkan Syiar Organisasi
Senin, 15 Februari 2010
Banjir Berulang, Imbas Rusaknya Lingkungan
Label:
Info Lingkungan