Rabu, 17 Februari 2010

Perjalanan dengan Kereta Api Medan-Belawan Hanya 45 Menit


Fasya, bocah laki-laki kelas V SD Negeri 106162 di Jalan Pancing, Medan, Sumatera Utara, kegirangan saat diperbolehkan naik kereta api Sri Lelawangsa dalam perjalanan perdana untuk rute Medan-Belawan, Selasa (16/2). Masih mengenakan celana merah, seragam sekolah, Fasya mondar-mandir di dalam kereta baru itu.

”Saya senang,” kata Fasya yang naik kereta bersama kakeknya, Tengku Idham (56), warga Glugur Barat, Medan.

Sebelumnya, Idham melihat ada banyak papan bunga di depan Stasiun KA Medan. Selepas menjemput Fasya pulang sekolah, Idham mampir ke stasiun dan kebetulan kereta yang diluncurkan akan berangkat perdana ke Belawan.

Kakek dan cucu itu langsung bergabung bersama wartawan dan tim wakil menteri yang meresmikan kereta komuter tersebut.

Seperti Fasya, banyak warga Medan dan sekitarnya menyatakan gembira dengan diluncurkannya kereta api komuter Medan-Tebing Tinggi dan Binjai-Medan-Belawan. Kereta akan memudahkan warga Medan dan sekitarnya pergi-pulang ke/dari Medan.

”Yang penting bersama-sama bisa menjaga dan memelihara, baik masyarakat maupun PT KA, supaya kereta tetap bagus terjaga dan bisa beroperasi kontinu,” tutur Idham.

Bahari (40), warga Jalan Gaharu, yang naik kereta bersama anaknya, Muhammad Chandra (5), juga mengungkapkan hal yang sama.

”Kami berharap semua pihak bisa menjaga kereta ini,” tutur Bahari, yang berupaya naik kereta setelah anaknya, Chandra, bersikeras naik kereta setelah melihat ada kereta baru yang melintas di belakang rumah saat uji coba lintasan. ”Apalagi kereta ke Belawan selama ini belum pernah ada. Maka, mari dijaga bersama. Kalau keretanya cantik, warga Medan juga yang senang,” ujar Bahari.

Idham bercerita, dulu pernah ada kereta komuter tahun 1980-an yang melayani Tebing Tinggi-Medan. Namun, kereta yang diandalkan kaum pekerja itu hanya bertahan tiga tahun. Maka, beroperasinya kereta baru ini diharapkan akan mempermudah mobilisasi warga Medan, terutama kaum pekerjanya.

Warga juga berharap jangan banyak pedagang asongan berada di kereta api, itu akan membuat kereta kumuh dan membuat penumpang tidak nyaman.

Dalam perjalanan perdana kemarin, Medan-Belawan ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit.

Tak berhenti

Catatan Kompas menunjukkan, kereta berangkat dari stasiun Medan pukul 15.40 dan sampai di Belawan pukul 16.25. Laju KA pelan dengan peluit yang tak henti-hentinya dibunyikan. Kereta tidak berhenti di setiap stasiun, yakni Stasiun Pulu Brayan, Titi Papan, dan Labuhan, tetapi hanya berhenti di Stasiun Belawan.

Sepanjang jalan Medan-Belawan, warga yang tinggal di pinggir rel (bahkan ada di beberapa titik yang sangat dekat dengan rel), terutama anak-anak, tak henti bersorak-sorak dan melambaikan tangan ke arah kereta api. Banyak orangtua yang juga tertegun melihat kereta melintas.

”Selama ini kereta yang lewat selalu kereta barang dan sudah butut. Ini ada kereta bagus lewat, maka langsung mendapat perhatian warga,” tutur Idham.

Apalagi jika kereta api terkoneksi dengan Pelabuhan Belawan.

Penumpang akan senang naik kereta api menuju Belawan, terutama saat KM Kelud berlayar dari Pelabuhan Belawan hari Selasa dan saat KM Kelud merapat hari Sabtu.

Sayangnya, saat peluncuran perdana KA Sri Lelawangsa kemarin, tanda-tanda sulitnya pemeliharaan sudah terlihat. Air keran di toilet kereta nomor dua, misalnya, sangat kotor. Meskipun ada stiker tertempel ”Terima Kasih untuk Tidak Merokok” di dalam kereta, tetap saja banyak penumpang yang merokok. Begitu perjalanan perdana berakhir, sampah langsung terlihat di lantai gerbong meskipun tempat sampah sudah disediakan.

Dari dalam kereta, rumah-rumah kayu penduduk dan nelayan dengan mudah terlihat berdiri di atas rawa-rawa. Pemandangan kawasan pinggiran Kota Medan tergambar jelas, banyak warga masih hidup jauh dari sejahtera.

Perlu pembenahan

Peneliti Laboratorium Transportasi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Djoko Setijowarno, yang turut serta dalam perjalanan perdana itu mengatakan, kereta Sri Lelawangsa jurusan Medan-Belawan perlu banyak pembenahan, terutama karena lintasannya yang dekat dengan rumah penduduk dan persaingan dengan transportasi angkutan kota. Lintasan ini berbeda dengan lintasan Medan-Binjai yang relatif lebih tertata.

Satu kereta

Menurut Djoko, sejatinya Sumut hanya akan menerima satu set kereta api, satu kereta api yang lain akan diberikan kepada Sumatera Barat. Namun, karena Sumbar terkena gempa, kereta dialihkan ke Sumut. ”Sumatera Barat akan menerima kereta yang lain,” tutur Djoko.

Meski begitu, warga Medan dan sekitarnya gembira dengan peluncuran kereta baru ini. Mereka berharap kereta dapat memenuhi kebutuhan warga akan transportasi massal yang murah, nyaman, dan ramah lingkungan(AUFRIDA WISMI/kps)