Jakarta - Terapi pendukung, antara lain, dengan senam, musik, dansa, meditasi, nutrisi, dan terapi kelompok bermanfaat meningkatkan kualitas hidup penyandang Parkinson. Terapi itu penting sebagai pendukung terapi obat. Terapi tersebut bersifat rekreatif dan perlu dilakukan berkesinambungan secara teratur.
Demikian terungkap dalam bincang-bincang Hari Parkinson Sedunia; ”Yuk Main Angklung!”, Minggu (2/5). Ketua Yayasan Peduli Parkinson Indonesia Banon Sukoandari mengatakan, selain obat-obatan, terapi pendukung juga signifikan untuk menghambat progresivitas penyakit, yakni perannya sekitar 40 persen. Adapun terapi obat-obatan berperan sekitar 60 persen.
Pembicara lainnya, dokter spesialis saraf Rocksy Fransisca mengatakan, musik ritmik dapat menjadi cetakan mengorganisasi runtutan gerakan. Proses itu tidak berlangsung otomatis. Stimulasi ritmik musik sangat baik untuk merangsang gerak karena pusat motorik distimulasi.
Parkinson merupakan penyakit neurologik kronis progresif yang ditandai gangguan motorik, seperti tremor istirahat, kekakuan otot, perubahan postur tubuh, dan kesulitan atau melambatnya gerakan. Banyak pasien yang kemudian mengalami depresi, demensia, kebingungan, dan agitasi. Di dunia, angka kejadian Parkinson mencapai 6,3 juta. Individu yang kehilangan lebih dari 80 persen suplai dopamine memperlihatkan gejala Parkinson. (INE/KPS)
Media Komunikasi -- berita dan kebijakan persyarikatan -- Guna Meningkatkan Syiar Organisasi