Sabtu, 01 Mei 2010

Dominan Hanya Pemurnian, Ada Keterputusan Bentuk Tajdid Muhammadiyah


Yogyakarta – Muhammadiyah di awal pendiriannya adalah gerakan Dakwah dan Tajdid yang berarti pemurnian sekaligus pembaharuan Islam. Namun ada kecenderungan gerakan pemurnian dominan sepeninggal KHA Dahlan, pendiri Muhammadiyah. “Ada keterputusan tajdid Muhammadiyah karena yang terjadi hanya pemurnian, padahal ada pengembangan, ada pembaharuan” kata Ketua PP Muhammadiyah Dr. Haedar Nashir.

Dalam acara lancing dan diskusi buku karya terbarunya berjudul “Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan”, Selasa (27/04/2010) di Bentara Budaya , Jl Suroto Yogyakarta, Haedar menyatakan bahwa Muhammadiyah tampil dalam bentuk gerakan sosial baru yang tidak dimiliki oleh para pembaharu di jaman itu dan sebelumnya seperti, Muhammad Abduh, Ibnu Taimiyah, Rashid Ridho dan sebagainya.

Menurutnya, dalam menggagas pembaharuan walaupun struktur gerakannya mengadopsi barat, Kyai Dahlan bisa menghadirkan Islam berkemajuan di Indonesia dalam pranata sosial baru. “Adanya Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah itu manifestasi pranata sosial baru” katanya.

Bentuk pranata sosial itu juga dengan hadirnya bentuk organisasi modern yang cukup rapi. “Kekuatan Muhammadiyah menurutnya adalah kuatnya jam’iyah (organisasi), sehingga semua diusahakan well organized, walaupun kelemahannya kadang jadi lambat, namun dengan demikian bisa mengakomodasi banyak perbedaan, inilah ciri organisasi modern” papar Haedar kemudian.

Bentuk Negara

Dalam hubungannya dengan negara, Muhammadiyah tidak memasuki wilayah politik praktis dan berbeda dengan golongan yang mengusung pendirian negara Islam atau khilafah Islamiyah. “Ini berdasarkan kepribadian Muhammadiyah, tidak seperti anggapan dengan memisahkan antara politik dan agama dianggap sekuler, karena Muhammadiyah ingin nilai-nilai Islam masuk dalam kehidupan politik” terangnya.

“Muhammadiyah menyadari bahwa Indonesia sebagai negaranya” lanjutnya. (arif)