Sabtu, 13 Maret 2010

30.500 SIAWA SD JADI PROYEK PERCONTOHAN HIDUP SEHAT & BERSIH


Mengubah prilaku hidup sehat dan bersih bukanlah pekerjaan mudah.Harus dilakukan bertahap dan berkesinambungan.Dengan begitu,suatu saat bisa menjadi kebiasaan warga.

RICHARD Tarigan dari Company Coordinator HeartIndo melihat kondisi kesehatan siswa sekolah dasar (SD) di Kota Medan masih perlu perhatian. Pasalnya, sarana dan fasilitas di sekolah-sekolah masih jauh dari harapan.Misalnya,belum tersedianya sarana buang air kecil dan kamar mandi yang baik.

Dari sisi internal anak, masih jarang yang peduli dengan kesehatannya. Anak di usia ini masih kurang peduli dengan yang namanya prilaku hidup sehat dan bersih (PHBS). Akibatnya, siswa SD ini berpotensi besar terserang penyakit diare atau penyakit lainnya. Director HeartIndo Apsari D Watts MARS pun sependapat. Dia menilai secara umum PHBS ini di Sumut belum dilaksanakan dengan sempurna. Hal itu dipengaruhi faktor geografis sehingga sulit menjangkau daerah terpencil. Padahal, PHBS tersebut dianggap sebuah keharusan yang mestinya dimulai dari tingkat SD.Pasalnya, di usia inilah anak-anak rentan diserang berbagai penyakit.

Untuk itulah,PT Unilever Indonesia Tbk terus mengampanyekan PHBS di lingkungan siswa SD di Medan melalui Integrated Health Promotion Program (IHPP).Kegiatan ini ditargetkan bisa menjangkau 100 SD dan 100 posyandu dengan sasaran 30.500 siswa. Guna menunjang program ini, Unilever memberikan pelatihan bagi fasilitator. Mereka di-harapkan bisa memberikan edukasi prilaku hidup sehat itu kepada murid SD. Dalam pelatihan itu, mereka menghadirkan 20 orang calon fasilitator dengan harapan para bisa merangkul 50 sukarelawan lainnya.

Pelatihan ini juga dihadiri perwakilan dari Dinas Pendidikan Kota Medan plus Dinas Kesehatan (Dinkes) Medan. Sebagian besar pesertanya berasal dari kaum perempuan. Dalam kegiatan selama dua hari itu,para fasilitator diajarkan praktik mencuci tangan dan menggosok gigi yang baik. Dr Richard Tarigan menyatakan bahwa mencuci tangan yang sehat harus dengan sabun dan air mengalir.Hal ini dimaksudkan agar air cucian bekas tangan tidak kembali melekat di tangan.Begitu juga menggosok gigi harus dilakukan dengan baik. Dianjurkan bisa dilakukan dua kali sehari selama 20 detik di setiap 10 titik gigi di mulut. Para fasilitator juga dibekali ilmu bagaimana pendekatan PHBS yang pas karena sasaran program ini anak SD.

Mereka disarankan melakukannya dengan santai, diselingi permainan dan cerita. ”Cara ini agar anak-anak mau mengikuti semua program tanpa paksaan,” papar Public Health and Educational Executive PT Unilever Indonesia Tbk Leo Indarwahono. Program ini sebenarnya sudah dilaksanakan sejak 2004. Sejak itu pula banyak perubahan yang terjadi terhadap anak-anak Indonesia.Namun, untuk Medan, Leo menyatakan baru dimulai tahun ini dengan harapan menjadi pionir ke daerah yang lainnya di Sumatera Utara (Sumut). Program ini pertama kali diterapkan di Jawa Timur.

Ternyata, program ini mendapat respons luar biasa dari sejumlah daerah. Banyak pemerintah daerah yang mengajak untuk melakukan hal yang sama di daerahnya. Di Jawa Timur,program ini tergolong sukses.Kebiasaan cuci tangan dengan sabun air mengalir warga Jawa Timur terus meningkat setiap tahun.Pada 2008,kebiasaan itu naik 20% dan 2009 naik menjadi 40%. Tahun ini mereka menargetkan bisa naik menjadi 65%. ”WHO sendiri mengatakan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir bisa mengurangi angka diare 40%.Kenapa kita tidak melakukan ini untuk mencegah penyakit dari pada mengobati,”papar pensiunan Angkatan Laut ini.

PHBS sebenarnya program pemerintah. Unilever hanya berupaya menguatkan dan memperluas jangkauannya. ”Dengan berjalannya program ini, kami berharap kesehatan di kalangan anakanak bisa meningkat,”ungkapnya. (nina rialita/SI)