Selasa, 23 Maret 2010

KLB Rabies Tengah Diatasi: Gunungsitoli Tertutup bagi Hewan Pembawa Rabies


Medan - Direktur Jenderal Peternakan Departemen Pertanian akhirnya menetapkan Kota Gunungsitoli tertutup bagi hewan pembawa rabies. Warga juga sudah mengurung hewan peliharaan mereka untuk mempermudah pemberian vaksin dan tidak menularkan rabies.

Warga Nias yang berada di perantauan juga mulai membantu memberikan serum antirabies untuk warga Pulau Nias. Keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah daerah membuat pemda membutuhkan bantuan dari berbagai pihak.

Sekretaris Daerah Kota Gunungsitoli Kemurnian Zebua di Medan, Senin (22/3), mengatakan, sampai saat ini dana APBD Kota Gunungsitoli belum disahkan sehingga belum ada dana untuk pembelian vaksin. Kota Gunungsitoli sendiri mendapatkan dana alokasi umum Rp 95 miliar. Dana itu habis untuk gaji pegawai yang nilainya mencapai Rp 90 miliar.

”Kami sudah menyurati Dinas Kesehatan Sumut dan Departemen Kesehatan untuk minta bantuan serum lagi, tetapi sampai saat ini belum turun,” kata Kemurnian.

Selasa ini bantuan 200 kuur serum antirabies dikirim ke Nias dari warga Nias yang tinggal di Jakarta, Fona Marundruri, melalui Yayasan Delasiga. ”Kemungkinan kami akan menyalurkannya melalui RSUD Gunungsitoli,” tutur Fona. Sebelumnya Fona telah membantu 50 kuur serum antirabies dan sudah habis.

”Kami berharap bantuan-bantuan serupa muncul dari para warga Nias di perantauan,” kata Kemurnian. Ia mengakui dana operasional di lapangan juga tidak tersedia.

Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan, dan Perikanan Kota Gunungsitoli Nurkemala Gulo mengatakan, hingga pekan lalu baru 600 anjing dan kucing yang divaksinasi. Vaksinasi berjalan lambat karena hanya ada tiga tenaga vaksinator di Gunungsitoli.

”Namun, kami sudah koordinasi dengan kabupaten/kota di Pulau Nias difasilitasi Dinas Peternakan Sumut minus Nias Selatan,” kata Nurkemala. Setelah Dirjen Peternakan menetapkan Nias tertutup bagi hewan pembawa rabies, juga sudah dibentuk tim koordinasi.

Pekan lalu Dinas Kesehatan Gunungsitoli melaporkan delapan orang sudah meninggal akibat gigitan anjing. Adapun jumlah warga yang melaporkan digigit anjing dan kucing di RSUD Gunungsitoli dan Puskesmas di Gunungsitoli 324 orang.

Selama satu pekan terjadi kenaikan korban meninggal berjumlah satu orang dan jumlah gigitan dari 115 gigitan jadi 324 gigitan. Sebanyak tujuh orang di antaranya digigit kucing.

Kepala Dinas Kesehatan Sumut Chandra Safei mengatakan, kabupaten/kota sangat mampu untuk membeli vaksin sendiri.

”Tidak semua korban gigitan juga bisa langsung diberi vaksin. Dilihat dulu apakah anjingnya mati atau tidak dan dilihat indikasinya. Seleksi ini harus dilakukan karena vaksin mahal,” kata Chandra. (WSI/kps)